Beberapa hari ini Toki ngederin lagu di YouTube yang dinyanyikan oleh beberapa VOCALOID dan VOILA! Fanfic ini Toki tulis based on the song!

Disclaimer: VOCALOID bukan punya Toki no Miko - Cover image Toki unduh dari zerochan

Warning: typo, angst-ish, dan jeleknya kualitas penulisan (dor!)


Masihkah kau ingat hari itu – hari dimana kau menemukanku? Saat itu aku masih lugu dan tidak mengerti apa arti keberadaanku, dunia belum mengakui keberadaanku. Namun kau dengan bersemangat menatapku ketika kau membangunkanku dari mimpi panjangku. Jujur saja, aku masih ingat apa yang kulihat pada waktu itu; seberkas cahaya putih (yang tentunya membuatku mengedipkan mata beberapa kali) dan kemudian wajahmu yang tersenyum lebar menatapku.

Masihkah kau ingat hari itu – hari dimana kau menuliskan lagu pertamamu? Aku ingat kau tertawa canggung, merasa bahwa apa yang kau tulis tidak lebih dari sebuah untaian kata acak yang hanya menggambarkan perasaanmu yang pada saat itu sedang patah hati. Aku ingat kau merekam petikan gitar akustik tua yang kau dapatkan dari (mantan) kekasihmu dengan mata berkaca-kaca. Kau memberikan karyamu padaku, lalu kau menatapku berharap. Aku ingat reaksimu saat kau mendengarkan aku bernyanyi untuk pertama kalinya – kau tersenyum senang, namun air matamu menunjukkan betapa terlukanya hatimu. Aku ingat kau menangis ketika kau mendengar rekaman suaraku yang diiringi oleh instrumental yang telah kau buat.

Masihkah kau ingat hari itu – hari dimana kau mengunggah debut pertamamu? Aku ingat wajah seriusmu ketika kau menulis lirik lagu itu; seberkas cahaya berharap terlihat di bola matamu. Aku ingat kau menatapku dengan seksama ketika aku bernyanyi – beberapa kali kau mengeluarkan sumpah serapah ketika aku salah mengucapkan sebuah kata, atau suaraku terlalu sumbang. Aku ingat wajah berharapmu ketika kau mengunggah hasil karyamu ke dalam dunia maya, mengharapkan mereka yang ada di dunia "kedua" itu menyadari kehadiran debut kecil-kecilanmu. Aku ingat wajah kecewamu ketika mereka tidak memberikan tanggapan positif atas karyamu, dan aku ingat sekali kau mengacuhkanku selama dua bulan karena itu – seakan-akan ini semua salahku karena mereka tidak menyukai upayamu.

Masihkah kau ingat hari itu – hari dimana akhirnya karyamu diakui? Setelah kegagalan pertamamu itu (dan pengacuhan untukku), kau terus berlatih untuk berkarya dengan lebih baik. Aku ingat saat kau mulai menggunakan musik digital, dan saat kau mengajak beberapa orang dari dunia maya untuk bergabung denganmu. Semuanya kau lakukan untuk membuat karya yang dapat diakui beberapa orang—tidak, karya yang akan diakui oleh seluruh orang yang berada di dunia maya. Aku ingat ketika keinginanmu terkabul; wajah bahagiamu, kau mengucapkan terima kasih kepada rekanmu. Dan aku ingat ketika kau berterima kasih padaku, kau memujiku habis-habisan. "Kau yang terhebat! Semua ini berkatmu! Kaulah diva yang sebenarnya!" Jujur saja, aku senang (dan malu) mendengar pujianmu.

Aku ingat jatuh bangun kita bersama. Saat karya kita menjadi yang terburuk, saat karya kita kalah oleh pendatang baru lainnya, dan saat karya kita menjadi yang terbaik selama tiga minggu. Aku ingat saat kau begitu mengidolakanku, saat seluruh perhatianmu tercurahkan padaku.

"Kau tahu? Mungkin selamanya aku tidak akan melupakanmu! Kita akan selalu berkarya bersama – memikat hati mereka dengan suaramu dan lirik buatanku! Kita tidak akan terkalahkan! (lol)"

Dan tahukah kau – bahwa itu yang kau katakan setahun yang lalu?

Sekarang aku hanya melihatmu dari kejauhan, diriku sudah tidak diakui olehmu. Ketenaranku sudah berakhir – hasil karya kita yang biasanya dilihat oleh beratus ribu orang (atau bahkan sejuta orang) sudah tidak dilihat oleh lebih dari seribu orang. Perlahan karya kita sudah membosankan, kuno, dan tidak sensasional lagi. Keberadaanku bahkan tidak sebagai sebuah karakter, melainkan sebuah "alat" untuk bernyanyi – mereka tidak lagi melihatku sebagai aku, tetapi hanya sebuah instrumental pelengkap sebuah lagu. "Monoton! Kau itu hanya sebuah mesin yang menghasilkan suara, tidak lebih dari itu!"

Beberapa manusia sungguhan mulai menyanyikan laguku, dan orang-orang lebih menyukai nyanyian mereka daripada suaraku. Lagu itu terkenal bukan karena Hatsune Miku yang menyanyikan, tetapi karena manusia sungguhan.

Semua mulai menatapku sebagai aplikasi biasa – atau bahkan sampah?

Dan sekarang kau menatapku sama seperti mereka.

Sebenarnya, aku tidak keberatan kau mengacuhkan diriku; meninggalkanku di kerumunan folder di hardiskmu. Tapi aku mohon, biarkan aku menyanyikan duniamu seperti dulu.

-Hatsune Miku, mantan diva


Well... Memang Toki buat ini berdasarkan Hatsu-taiken (First Experience) tapi jujur aja sih ya, kenyataannya VOCALOID memang mengalami kemunduran drastis. Bisa diliat dari berapa jumlah orang yang nonton video PV mereka yang dulu dan video PV yang sekarang, dan jujur aja Toki agak sedih dengan kenyataan ini (sob) jadinya Toki nulis fanfic ini... ga tau sih pendapat para pembaca gimana...

...duh Toki bingung mau ngomong apa haha... (dor) Maaf kalo fanfic ini gaje haha...

Mungkin segini aja curhatan Toki, ciao!