Haiii!

Saya kembali~!

Kali ini saya akan buat cerita tentang Sena dan Suzuna

Kita Mulai saja ya!

Finally, I Found My Wings….

Chapter 1

Where's My Wings?

Disclaimer : Inagaki Riichiro and Murata Yuusuke

Disclaimer Song : Dream Theater-Misunderstood

Sena's POV

HUAAAAHHH~!

Sepertiinya pagi ini sangat cerah….

CTAR!
BLAR BLAR!

Oh. Dugaanku salah, ternyata di luar sedang ada badai. Ah, aku harus bersiap-siap ke sekolah. Sebenarnya aku malas ke sekolah karena banyak siksaan menantiku disana. Tapi, apa boleh buat, aku berangkat saja lah. Dengan tampang lesu aku turun dengan terpaksa dari kamarku menuju ke meja makan. Seperti biasa, ibuku sudah menyiapkan sarapan super lezat untuk kumakan.

Nasi putih...dan sambal...UKH!

Ya, aku adalah anak dari keluarga yang miskin. Aku bisa bersekolah karena bantuan dari teman baik ibukku. Pendidikan? Aku sama sekali tidak pintar dalam bidang pelajaran, makanya aku tidak mendapatkan beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, setiap hari aku makan nasi putih dan sambal. Kalau sedang beruntung aku bisa makan nasi putih dengan ikan bakar. Lauk seperti itu biasanya bisa kumakan sebulan sekali.

Memang malang nasipku...

Tapi, tidak ada gunanya aku meratapi nasipku terus-terusan. Aku harus lebih rajin belajar agar ibuku tidak bosan melihat nilai 4 di kertas ulanganku. Saatnya berangkat.

"Bu! Aku berangkat dulu ya!" aku berpamitan kepada ibuku.

Aku berlari sekuat tenaga untuk menuju ke sekolah. Aku sedang bersemangat untuk menjalani hariku. Tapi, sepertinya aku merasakan sesuatu yang dingin...dan...basah...

"UAPAAAAA?" aku berteriak sekencang-kencangnya seperti orang gila.

Aku baru menyadari bahwa hari ini sedang hujan badai tapi aku tidak membawa payung ataupun jas hujan. Aku memang sangat bodoh, pantas saja ibuku selalu memasang wajah kecewa setiap melihatku. Aku ingin kembali ke rumah untuk mengambil payung. Tapi, aku sudah terlalu jauh dari rumah, dan bel sekolah tinggal sepuluh menit lagi. Otakku terus berpikir dan berpikir...

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dulu ke rumah untuk mengambil payung. Aku mengantisipasi kalau hujan datang lagi sewaktu pulang sekolah. Aku berlari sekuat tenaga untuk mencapai rumah. Tiba-tiba aku terpeleset dan terjatuh karena air hujan yang menggenang di jalanan.

Aduh, sikuku sakit...

GRRRR...

Aku mendengar suara geraman yang cukup seram, kulirikan mataku ke kiri dengan perlahan. Aku merinding, anjing besar yang kelaparan seperti siap untuk menyantapku sebagai sarapan. Kulihat dia tidak diikat. Perlahan aku bangun, lalu kulangkahkan kakiku dengan perlahan. Anjing itu mulai melangkah perlahan juga. Aku semakin takut, dan akhirnya aku memutuskan untuk berlari.

Anjing ganas itu terus mengejarku, sedangkan aku terus berlari dan berlari.

"UUUUUUAAAAHHH! TOLONGGG!AKU!"

Ditengah teriakanku aku mendengar suara seorang gadis seperti sedang memanggil-manggil, "ANDY!ANDY! KEMARI! KAU JANGAN NAKAL! ANDY!"

Wah, benar. Mungkin dia adalah pemilik sang anjing. Oh, cepatlah sang pemilik anjing. Tenangkan anjing ganasmu ini...

Suara gadis itu muncul lagi. Tapi sepertinya kali ini dia berhasil menangkap anjingnya.

"Fuuh! Tertangkap juga akhirnya... Maaf ya, anjingku sudah membuat masalah..."

Dengan tubuh yang sudah lemas aku berkata, "Iya, tidak apa-apa. Tapi, apakah aku boleh meminjam payungmu?"

UPS! Aku keceplosan. Seenaknya meminjam payung, padahal belum kenal. Aku beranikan diri menyapanya dan berkenalan dengannya, "Hai, aku Kobayakawa Sena. Salam kenal. Maaf ya merepotkan."

Diapun memperkenalkan dirinya juga, "Hai! Namaku Suzuna! Salam kenal juga! Ini payungku, kau pakai saja. Tidak usah sungkan. Nanti siang kau bisa kembalikan."

"Wah, terimakasih banyak ya! Aku sangat tertolong. Aku pergi dulu ya! Aku sudah terlambat. Terimakasih Suzuna!"

ZUUUUNGGG!

Aku kembali berlari menuju ke sekolah...

(***)

Fuuh~

Akhirnya aku sampai juga di sekolah. Walaupun dengan badan yang basah kuyup, tapi setidaknya aku bisa masuk sekolah, belajar, mendapatkan nilai bagus di ulangan, mendapatkan ranking satu, dan dapat membahagiakan ibuku.

Oh iya, hari ini ada pelajaran matematika dan hari ini adalah pembagian ulangan yang dilaksanakan 2 minggu yang lalu. Aku jadi tidak sabar menunggu hasilnya. 2 minggu yang lalu aku mengerjakannya dengan penuh percaya diri sampai aku bisa tidur-tiduran. Pasti aku mendapatkan nilai yang bagus.

"KOBAYAKAWA SENA!"

Yap namaku sudah dipanggil oleh sang guru. Kini saatnya aku merayakan saat-saat dimana aku berjaya.

"50."

"Hah?" aku tidak percaya. Nilaiku 50?

Aku menatapi kertas ulanganku yang penuh dengan coretan berwarna merah dengan hati yang penuh dengan kekecewaan. Sempat terbesit di pikiranku keputus asaan yang sangat mendalam, aku mungkin tidak bisa membahagiakan ibuku. Tapi, pikiran itu cepat kuhapuskan dengan berjalan-jalan.

Pertama-tama aku akan pergi ke sungai. Tidur-tiduran di rumput yang lembut, menatap langit yang penuh dengan keindahan dan membayangkan bagaimana diriku yang sukses pada saat dewasa nanti. Yap! Sebuah rencana yang bagus.

Author's POV

-Pulang Sekolah-

Sena yang memutuskan untuk berjalan-jalan demi menghilangkan stresnya akhirnya bisa berjalan-jalan.

"Hmm...sebaiknya aku kemana ya? Ah, sudahlah. Kemana saja yang penting aku bisa rileks..."

Sena bersiul-siul seperti burung yang sedang menikmati harinya. Tiba-tiba siulannya terhenti oleh suara geraman…

GRRRR!

"Glek! Sepertinya aku kenal suara itu." Sena berkata pelan.

GUK! GUK! GUK!

Dengan hati-hati Sena menoleh ke belakang dan ternyata anjing yang ditemuinya tadi pagi datang lagi dengan wajah yang lebih ganas dan galak.

Sena berteriak ketakutan dan mulai berlari, "UAAAAAHHH! Anjing yang tadi? Tuhan? Apa salahku?"

Sena terus berlari sekuat tenaga. Saat tenaganya mulai terkuras sedikit demi sedikit dia mendengar suara seorang gadis yang memangil-manggil anjing itu.

"ANDY! KEMBALIIII!"

Sena merasa seperti pernah mendengar suara itu, "Ah, Suzuna! Terimakasih Tuhan..."

Setelah berlari cukup jauh dan berteriak dengan kencang akhirnya Suzuna berhasil menangkap anjingnya, "Fuuh, lagi-lagi dia mengejarmu Sena. Maaf ya...Aku tadi sedang mengajak anjingku jalan-jalan. Lalu, aku berhenti sebentar untuk membeli se krim. Eh, tau-tau tali yang kupegang terlepas. Sekali lagi maaf ya..."

Sena yang masih sedikit kesal membatin, ' Harusnya kurung saja anjing ganasmu itu '

"Ah, ya. Tidak apa-apa kok..."

Lalu Sena melihat ke arlojinya, "Wah! Gawat sudah jam 4! Aku harus segera pergi ke tepi sungai!"

Suzuna penasaran dengan kata-kata Sena tentang sungai, "Hei, kau mau pergi ke sana ya? Bolehkah aku ikut?"

Mendengar pertanyaan Suzuna, Sena jadi bingung. Bisa-bisa anjingnya mengejar Sena lagi, "Umm...tapi, anjingmu itu..."

"Aku akan menjaganya! Dia tidak akan mengejarmu lagi. Aku janji!" dengan tegas Suzuna menjanjikan bahwa anjingnya tidak akan mengejar Sena lagi.

"Baiklah. Ayo!"

Mereka bertigapun berjalan menuju ke tepi sungai.

(***)

Sesampainya mereka di tepi sungai Suzuna dan Sena langsung berbaring menatap langit sore yang indah. Sedangkan Andy berlari-larian mengejar kupu-kupu.

Hening...

Hening...

Lalu, Suzuna memecah keheningan mereka berdua dengan bertanya, "Hei, Sena. Apa sih impianmu?"

Sena kaget mendengar pertanyaan Suzuna yang langsung menuju pusat.

"Aku ingin membahagiakan ibuku dengan nilai yang bagus. Karena, selama ini aku tidak pernah memperlihatkan kertas ulangan yang bertuliskan nilai 100."

"Wah, impianmu sepertinya sangat bagus."

"Hehe...ya, tapi aku sulit untuk mencapai impianku itu...sayangnya..."

"Lho? Kenapa? Kamu kan tinggal belajar yang rajin, berteman dengan orang-orang yang berprestasi dan mendapatkan ranking deh..."

"Tidak semudah itu." Sorot mata Sena tiba-tiba berubah menjadi serius. Suzuna menatap Sena dengan muka yang sedikit bingung dengan perubahan wajah Sena.

"Aku berasal dari keluarga yang miskin, ayahku pergi entah kemana pergi meninggalkan ibuku ketika aku berumur 5 tahun. Setiap hari aku hanya makan nasi dan sambal. Kalau ibuku sedang ada uang paling-paling aku dan ibuku hanya makan nasi dan ikan. Oh iya, ibuku adalah seorang pelayan di sebuah restoran yang kurang terkenal. Jadi gajinya sedikit. Tapi, perlu kau ketahui. Ibuku sangat enak kalau memasak ikan. " Sena berbicara panjang lebar.

"Lalu apa hubungannya semua ceritamu itu dengan mendapatkan nilai yang bagus?" Suzuna semakin bingung.

"Ah iya! Teman-teman berprestasi di sekolahku kebanyakan berasal dari keluarga yang kaya. Mereka pasti tidak mau berteman denganku yang lusuh ini. Ditambah aku ini sangat bodoh." Sena kembali curhat panjang lebar ke Suzuna.

"Hei! Kau tidak boleh terlalu psimis begitu! Kamu pasti bisa berteman dengan mereka. Bersikap baiklah kepada mereka. Seperti misalnya kau bawakan bekal setiap hari kepada mereka, bersedia mencuci baju olahraga mereka, menemani mereka setiap mengerjakan pr.."

Belum selesai Suzuna berbicara Sena sudah menyela, "Hei! Kau mau membuatku jadi anak yang berprestasi atau mau menjadikan pembantu dari anak berprestasi?"

"Wah...maaf-maaf. Aku hanya bercanda. Baiklah aku hanya bisa mengatakan ini padamu... Suatu saat nanti kau pasti akan menemukan sayapmu dan kau pasti akan terbang menuju impianmu."

Sena terpana mendengar kata-kata Suzuna yang begitu bermakna, "Wow...baiklah Suzuna. Aku pasti akan berjuang untuk membahagiakan ibuku dengan nilai yang bagus."

"Ya! Kau pasti bisa Sena! Berjuanglah!"

"Pasti! Oh iya, aku harus pulang. Terimakasih ya Suzuna!"

Sena berlari meninggalkan Suzuna sambil melambaikan tanganya. Saat Sena sudah cukup jauh dari Suzuna, Suzuna melontarkan kata-kata, "Sama-sama Sena..."

(***)

-Esok harinya di sekolah-

Sena sudah berada di dalam kelasnya. Terlihat banyak sekali anak-anak berwajah pintar yang ada di depannya. Ingin sekali ia menyapa anak-anak itu, dan berteman dengan mereka. Tapi, hati kecil Sena masih sangat ragu.

"Glek." Sena menelan ludahnya. Ia sangat takut dan malu. Tapi, tiba-tiba dia teringat wajah ibunya yang mengharapkan dia menjadi anak yang pintar. Senapun memutuskan untuk menyapa salah satu anak pintar yang bernama Hiruma, "Hai..Hiruma..."

Anak pintar yang bernama Hiruma itu mengacuhkan sapaan Sena. Sena menjadi sangat kecewa. Hiruma memang dikenal sebagai anak yang cukup sombong. Sena belum menyerah, ia coba menyapa anak perempuan yang bernama Mamori, "Hai Mamori...Selamat pagi..."

Setelah menyapa seperti itu Mamori tetap saja asik mengobrol dengan teman-temannya dan mengacuhkan Sena. Padahal semua anak di kelas itu mengenal Sena. Yang pasti karena nilainya yang selalu hancur. Tapi, Sena merasa seperti terbuang...

How can I feel abandoned even when the world sorrounds me...

Bagaimana caranya dia bisa mengenal anak-anak pintar itu lebih jauh kalau kejadiannya jadi seperti ini…

How can I know so many never really knowing anyone…

"Fuuh…." Sena menghembuskan nafas. Seperti tidak ada harapan untuk sekolah lagi. Sena sangat lemas, dia butuh penasehat lagi. Sena memtuskan untuk mengajak Suzuna untuk mengobrol dengannya lagi sepulang sekolah.

-Pulang Sekolah-

"Fuuh... aku akan pergi ke rumah Suzuna. Untung waktu itu sempat dikejar anjingnya. Sepertinya aku harus berterimakasih juga pada anjingnya..." Sena memutuskan untuk ke rumah Suzuna untuk mengobrol dan curhat pastinya...

Sesampainya di depan rumah Suzuna, Sena langsung memanggil namanya, "Suzuna! Suzuna!"

Sena sudah memanggilnya berkali-kali tapi tetap tidak ada jawaban dari Suzuna. Tiba-tiba dia melihat anjing Suzuna sedang berjalan sambil memasang tampang lesu dan sedih. Sena memberanikan diri untuk mendekati anjing itu dan bertanya, "Kau kenapa? Suzuna tidak bersamamu?"

Entah apa yang bisa membuat anjing itu mengerti kata-kata Sena. Tapi, anjing itu langsung mengajak Sena ke suatu tempat. Sesampainya di tempat itu Sena melihat Suzuna yang sedang bertengkar dengan lelaki yang keliatan sudah berumur. Lelaki itu kelihatan seperti ayahnya Suzuna. Sena ingin sekali melerai mereka, tapi anjing Suzuna yang bernama Andy itu menarik celana Sena seperti melarang Sena untuk pergi ke sana. Senapun diam di tempat sebentar. Tapi ketika lelaki yang seperti ayahnya Suzuna itu mulai membentak napsu Sena untuk melerai tidak tertahankan lagi. Dia memaksakan dirinya untuk berlari walaupun Andy terus menarik celananya.

Setelah Sena berhasil melepaskan diri dari Andy dia malah tersandung dan dagunya menyentuh sesuatu...

(***)

Bersambung...

Hehe...

Chapter 1 selesai! Wiiii! *norak* *digampar*

Maaf ya kalau ceritanya agak kurang berkenan *halah*

Kritik dan saran dipersilahkan...

^^b