YGO zeXal (c) Takahashi Kazuki
Warning: Diverge. Headcanon. Karena Rio terlanjur jadi perfect heroine di mata author.
Tattletale
A/N: Ihhh gimana iniii, malah gagal nulis fic perdana di zeXal pake pairing Yuuma-Shingetsu ._.
tapi ya sudahlah... disimpen buat kapan2 aja. Untuk sekarang lebih nikmat bikin pairing ini dulu.
Enjoy~!
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
Queen Rio, semua memanggilnya.
Parasnya rupawan berbanding lurus dengan tutur sopan. Ditambah otak, kemampuan, serta fisik idaman para kaum hawa juga materi berkecukupan. Meskipun tergolong kalangan berada, dia tidak serta merta jumawa. Bahkan pribadinya cukup rendah hati untuk mengindahkan tiap-tiap yang menyapa.
Ketakutan terbesarnya hanya jatuh pada seekor kucing.
Tapi itu saja tidak cukup untuk membobol imaji tanpa celah yang melekat pada dirinya. Mary-sue! tuding mereka yang dipenuhi rasa cemburu.
"Biarkan mereka bicara sesukanya,"
Dingin. Di balik sikap bersahabat, tersimpan sesuatu yang dingin. Misterius itu hampir persis dengan sang kakak.
"Tapi kau kan bisa klarifikasi, atau jumpa pers misalnya?!" Yuuma sepertinya terlalu sering dijejali kosakata jurnalistik oleh saudarinya.
"Mungkin dengan membajak radio sekolah lalu menjelaskan pada semuanya?" untuk urusan kriminal, Tokunosuke selalu punya ide luar biasa.
"Rio!" pekik sopran mendesak, "Kami juga akan mendukungmu!"
"Kotori. Teman-teman. Aku kan tadi sudah bilang... biarkan saja. Nanti juga mereka bosan sendiri." berperilaku santai, dia membuka halaman baru dari novel misteri yang sedari tadi digeluti. Membacanya seksama sekali lagi.
"Tapi semua orang membicarakanmu." sebagai ketua kelas, Takashi memiliki rasa tanggung jawab kuat.
"Hmm. Apa ada yang salah dari mereka yang membicarakanku?"
"Ada, hrrr!" Cathy menggeram pendek, "Topik-nya~ salah, nya~"
yang menjadi sorotan utama tertawa kecil, "Ada pepatah, gosip tidak mungkin lebih dari tujuh hari. Jangan khawatir."
Gadis itu terlalu memahami satu hal. Bahwa gunjingan tidak akan bertahan lama, semua akan tunduk pada rupa—pada apa yang hadir di depan mata. Takeda Tetsuo menjadi contoh jelasnya.
"Andai gosip itu keliru, m-maukah... mau... j-adi paca—"
"Maaf, Tetsuo." ada harapan pupus begitu rupa, "Aku sudah tidak berminat menerima orang lain."
"...eh? Jadi kabar itu?" Kotori berujar lirih pada sendiri, menaruh jari-jari mungilnya di ambang bibir.
"Kalau begitu bagaimana jika dipastikan dengan duel!"
"O-oii, Tetsuo!" tampaknya sia-sia saja Yuuma berusaha menengahi, karibnya terlihat begitu bersikeras kali ini.
Shark nomor dua, julukan lain yang diberikan untuknya.
Meskipun terlihat rapuh dan lemah, kenyataannya pribadi itu tidak pantang menyerah. Dalam mode serius dia bahkan bisa melibas tiap lawan, membuat mereka bertekuk lutut—menyembah.
"Maaf. Aku sudah dilarang duel dalam jangka waktu lama." sekali lagi Tetsuo harus menelan pahitnya penolakan.
"Ah, benar juga... katanya mulai minggu depan kau juga akan cuti sebentar dari sekolah, ya?"
Anggukan pembenaran atas pertanyaan Takashi, "Aku sedang dalam pengawasan dokter."
"Semoga cepat sembuh. Kami akan sering menjengukmu." tumben sekali Yuuma kali ini peka, mungkin karena Astral baru saja berbisik di sebelahnya.
"Terima kasih."
Sejenak melihat penggalan menit melalui ponsel, dia menutup bacaan kemudian merapikan mejanya dari hamparan buku-buku pelajaran. Sudah waktunya dia kembali dan menikmati akhir pekan.
"Tapi kabar burung itu tidak benar kan? Tentang—"
Tokunosuke sibuk memandang satu per satu rekannya sekarang, meminta dukungan. Sayangnya tidak ada yang mengabulkan karena sisa anggota dari grup kecil mereka memilih diam. Sebagian tidak paham bagaimana cara memberikan pertolongan, sebagian tenggelam dalam rasa penasaran.
"—tentang kau memiliki hubungan dengan Ryouga?!"
Bersamaan dengan penghujung frasa, terdengar deru mesin motor yang menyakiti telinga bahkan hingga di lantai dua.
"Maaf, aku harus pulang. Kita ngobrol lagi kapan-kapan..."
Suara pintu yang ditutup membubarkan setiap pasang mata yang menuntut. Sisa penghuni kelas kembali ke bangku masing-masing untuk membereskan alat tulis yang masih bertumpuk.
"Rio hebat, ya. Kalau kabar itu menimpaku, aku pasti sudah depresi."
Semua mengangguk pada pernyataan Kotori, terutama Cathy, "Dia tegar, nya~ dan sangat tangguh."
"Hei, dia kan Shark nomor dua. Kalau terjadi sesuatu padanya, Ryouga pasti langsung datang untuk membasmi kejahatan."
"Tolong kurangi jadwalmu menonton film super hero, Yuuma. Kalimatmu tidak relevan..." mood Takashi mendadak jatuh.
Sementara Tetsuo menghembus napas berat,
"Keluarga Kamishiro memang pada dasarnya menakutkan..."
.
.
Menuju lantai dasar, kaki rampingnya sedang menuruni level tangga, menciptakan ketuk merdu. Menyambut remaja pria berparas serupa yang terlihat masih sabar menunggu.
"Terima kasih sudah menjemputku, Ryouga..."
Setelah menerima helm, gadis itu menaiki bangku penumpang dengan posisi menyamping, mengencangkan pegangan di area pinggang pengemudi sebelum mesinnya dinyalakan dan siap untuk berlari.
"Kau tidak apa-apa?"
"Apanya?"
"Kalau ada keluhan, tinggal bilang saja... aku akan membantumu..."
Ada gelak manis tertahan dari posisi belakang, "Membantu? Dengan caramu menghajar ketua Osis saat dia mengajakku ber-duel minggu lalu?"
"Kondisi tubuhmu sedang tidak mendukung untuk melakukan pertarungan!"
"Iya, iya, aku tahu." ucap sang gadis seraya mempererat pelukan, "Aku kan mulai istirahat total di rumah mulai minggu depan sampai setengah tahun ke depan. Jangan cerewet!"
Ryouga memutar bola matanya, dongkol, "Kau ini benar-benar tidak bisa dinasehati."
Karena memang tidak bisa, siapapun akan menyetujui fakta menyebalkan yang satu ini.
Dialah Queen Rio.
Dia cantik.
Dia kuat.
Dia luar biasa.
Dia berbahaya.
(Dia—
.
.
.
—selalu berharap tidak pernah terlahir sebagai adik Kamishiro Ryouga.)
.
.
.
"Aku akan merindukan Yuuma dan yang lainnya sampai anak kita lahir."
Di tengah perjalanan pulang, Rio lembut mengusap bagian perutnya tatkala memejamkan mata. Menikmati hembusan angin sore yang menerpa.
END
