Tak tau semenjak kapan, yang pasti ini di mulai semenjak mereka menjadi co-host di acara Stasiun TV swasta. Bermula dari skrip yang mengharuskan mereka dekat satu sama lain, atau istilah yang sering kita sebut 'bromance'. Awalnya tak ada yang aneh selama meraka menjadi co-host di acara itu. Tapi semakin berjalannya waktu, karena ketidaksengajaan yang mengharuskan mereka menjadi dekat akhirnya membuat mereka mengenal baik satu sama lain. Dan di perparah dengan banyaknya shipper yang mendukungan hubungan mereka, apalagi ada satu Negara yang benar benar sangat mendukung hubungan mereka karena tanpa sadar pula mereka sering menggunakan bahasa yang hanya mereka dan juga shipper dari Negara itu yang tau apa saja yang mereka bicarakan saat off atau saat kamera fokus pada member lainnya. Tak banyak yang tau tentang ke anehan mereka berdua, dan bagi mereka berdua pun itu tak aneh. Tapi salah satu di antara mereka mulai merasakan hubungan mereka terbilang aneh.
"apa kau tak merasa jika kalian berdua semakin dekat. Maksudku kalian terlalu dekat. Well kau pasti tau maksudku kan?" tanya sang leader kepada pria berwajah cilik di sebelahnya.
"hanya skrip, tak lebih dari itu." jawab pria berwajah cilik malas. Dia mulai bosan dengan pertanyaan semacam itu.
"aku tau, tapi bukankah terlalu mencolok kalian berdua."
"intinya saja. Apa yang ingin kau katakan padaku?" Mark-berwajah cilik- mulai emosi dengan pernyataan leadernya.
"tolong pikirkan dirimu, Jackson dan juga group. Aku tak mau ada berita macam macam tentang group kita. Terlebih dengan kau Mark." Jaebum lalu pergi meninggalkan ruang latihan mereka. Sedangkan Mark merasa sangat dongkol dengan pernyataan mengambang yang di sampaikan Jaebum padanya.
Sejujurnya Mark sudah mencoba untuk menghindar atau menjauh dari Jackson, tapi memang dasarnya sifat Jackson yang terlalu aktif dan supel, jadi mau tak mau Mark meladeni sifat Jackson. Mark pikir Jackson akan bersifat seperti itu hanya di depan kamera, tapi saat off kamera pun Jackson masih sama dengan sifat supelnya. Apalagi Jackson tak pernah sungkan untuk hanya berdua dengan Mark saja. Maka tak heran jika teman segroupnya merasa aneh dengan mereka berdua.
"ayolah, aku dan Jackson hanya berteman, tak lebih dari ituuuuu." Mark hanya menghela nafas tak wajar jika mengingat semua pertanyaan pertanyaan aneh dari teman temannya, bahkan sunbae mereka pun menanyakan hal yang sama.
"hyung?" tanya seseorang menepuk pundak Mark.
"ada apa Jie?" Mark tau jika yang datang adalah Jinyoung.
"are you okay? You look screwed." tanya Jinyoung. Mark hanya diam sambil menundukkan kepalanya di meja. "aku melihat Jaebum hyung keluar dari ruangan ini, dan dia bilang ada kau di dalam."
"apa ada yang aneh dengan ku Jie?" tanya Mark tiba tiba. Hanya Jinyoung yang belum bertanya pertanyaan aneh itu.
"aneh dalam hal apa?" bingung Jinyoung.
"aku dan Jackson."
"…" Jinyoung hanya diam, dia mengerti sekarang maksud dari muka tegas Jaebum saat keluar dari rungan latihan dan muka kusut Mark saat ini, dan segala macam tingkah aneh yang terjadi di dorm dan member lainnya. *maklum sih emak:D
"see! you too." Jinyoung masih diam. Dia diam bukan berarti tidak ingin berkata apa apa atau membenarkan kata kata Mark, dia hanya ingin agar Mark mengatakan semua yang ada di pikirannya dan bisa saja Jinyoung mendapatkan jalan tengahnya.
"aku dan Jackson? Seriously? Aku dekat dengannya karena bahasa, rapper, dancer, roommate. Apalagi yang ingin kalian tau? Kenapa kalian hanya bertanya padaku? Kenapa tidak Jackson?." Mark menjawabnya dengan menggebu.
"karena kau hyung. Jackson sendiri yang mengatakannya untuk bertanya kepadamu."
"anak sialan! Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas, kenapa kalian masih meragukan jawabannku?" tanya Mark lagi.
"boleh aku memberi kesimpulan padamu dari semua pertanyaan anak anak?" Jinyoung mencoba mendekat pada Mark, dan menatap mata Mark menyakinkan diri sendiri apakah dia harus mengatakannya atau tidak. "Grace Tuan" setelahnya Jinyoung bangkit dari duduknya lalu keluar dari ruang latihan. Sebelum keluar Jinyoung memperhatikan Mark dari kaca.
"kalian menggunakan kakakku sebagai opini tak mendasar seperti ini." Mark geram.
"bukan hyung, kami ingin agar kau jujur pada dirimu sendiri. Seperti apa yang di lakukan Grace Tuan." Jinyoung menghilang.
.
.
.
Mark terus memikirkan perkataan Jinyoung malam itu. Mencoba mengabaikannya tapi juga memahami maksudnya. Mencoba untuk tidak peduli tapi selalu mendapat pengawasan dari Jinyoung untuk peduli pada perasaannya. Tapi di sisi lain teman seteamnya menganjurkan untuk tetap mempertahankan groupnya dan juga kebersamaan, jangan memikirkan apapun kecuali karir mereka. Tapi bagi Mark sendiri sesuatu yang aneh itu juga harus segera di selesaikan agar tidak menjadi boomerang bagi dirinya dan juga teamnya.
Mark mencoba untuk tidak perduli akan semua tingkah Jackson yang selalu mengarah padanya. Berusaha untuk mengatur semuanya dari awal, mungkin bermaksud menjaga jarak pada Jackson. Yang berakhir dengan tanda tanya juga bagi Jackson, ada apa dengan Mark?
"kau tak ada keinginan untuk berbicara pada Mark?" tanya Jaebum duduk di sebelah Jackson. Saat ini mereka hanya berada di dorm, kebetulan Jackson sedang tidak ada schedule jadi dia bisa bermalasan di dorm.
"berbicara apa, bukankah itu justru akan memperparah keadaan?" Jackson menjawab sekenanya. Dia sedang tak ingin berpikir yang macam.
"bukankah jika kau diam itu akan menambahkan tanda tanya lagi bagi Mark, kita semua dan mungkin bagi kau sendiri juga." Jaebum meraih remote, mencoba mencairkan suasana dengan mencari chanel yang menarik.
"apa yang harus aku katakan padanya hyung. Aku saja bingung harus memulainya darimana."
"kau mulai saja dari semua pertanyaan yang ada di kepalamu itu bermula. Kau pikirkan sendiri apa yang harus kau katakan padanya, dan kesimpulan yang kau dapat dari semua pertanyaan itu bermula."
Jackson diam sesaat. Dia diam memikirkan semua ini bermula darimana. Memikirkan darimana dia bisa merasakan senyaman itu bersama Mark. Memikirkan bagaimana dia bisa mengetahui Mark lebih dari Mark sendiri ketahui tentang dirinya. Memikirkan semenjak kapan dia terus memikirkan Mark ntah itu dia sedang melakukan kegiatan dengan siapa dan dimana. Memikirkan bagaimana bisa dia begitu mengagumi sosok Mark. Memikirkan bagaimana dia bisa menyukai Mark.
.
Jackson meninggalkan Jaebum sendirian di ruang tengah lalu berjalan menuju kamarnya dengan Mark. Jackson hanya duduk di kasurnya dengan mengeluarkan ponselnya. Membuka berbagai macam video yang terdapat interaksi dirinya dengan Mark. Memikirkannya berulang ulang apakah dia harus mengatakannya atau tidak. Atau hanya diam dan tetap berpura pura tidak tau arti dari perasaannya itu.
Sedangkan di ruang tengah, Jaebum hanya tersenyum setelah terdengar suara pintu tertutup. Jinyoung yang memang mendengarkan perbincangan mereka menghampiri Jaebum yang masih tersenyum.
"kau gila! Saat bersama Mark kau mengatakan padanya untuk memikirkan group. Tapi pada Jackson kau menyuruhnya untuk jujur pada perasaannya. Kau ingin menghancurkan mereka dan juga group!" geram Jinyoung memukul Jaebum dengan boneka bantal.
"tak ada, aku hanya butuh motivasi dari mereka berdua saja. Melihat bagaimana mereka berdua berinteraksi pun aku tau pasti ada sesuatu diantara mereka. Aku tidak mengadu domba mereka dan juga tidak memojokkan salah satu di antara mereka. Aku hanya ingin tau bagaimana sikap mereka menghadapi masalah itu. Jika mereka bisa, maka aku juga bisa. Tapi bukan berarti aku mengatur kebahagian mereka, mengerti. Aku hanya ingin melihat bagaimana selanjutnya. Jika mereka menyerah akupun juga akan sama menyerahnya seperti mereka." Jaebum masih tersenyum saat mengatakanya. Seolah olah dia juga bercerita tentang kesulitan dia pada Jinyoung.
"aku hanya berharap agar permainanmu cepat selesai hyung. Aku tak mau group ini rusak hanya karena hal sepele yang seperti kau bilang." Jinyoung tau apa yang di maksud Jaebum. Dia tak pernah bertanya lebih karena mereka sudah dekat satu sama lain jauh sebelum mereka bertemu dengan teman seteamnya. Jadi hanya dengan kata pengandaian yang di sampaikan Jaebum, Jinyoung tau jika dia juga punya masalah sama seperti Mark dan juga Jackson.
"tak akan lama Jinyoung. Aku juga tau. Jika memang tak berakhir seperti yang aku bayangkan, aku akan mengatakan yang sejujurnya pada dia. Aku pun sama seperti Jackson, tak bisa terus bersembunyi karena hampir setiap hari setiap saat aku bertemu dengannya, dan itu yang membuatku gila." Jaebum bangkit lalu meninggalkan Jinyoung yang masih diam di sofa. Jaebum mengambil jaketnya lalu pergi keluar, ntah akan pergi kemana, setidaknya bukan di dorm. Sedangkan Jinyoung, dia masih diam.
"aku pun sama hyung. Hanya diam dan menunggu."
.
.
.
.
.
Tbc~
.
I'm back guys~
Maaf ya lama ngga buat cerita lagi. Kemaren kamaren abis mempersiapkan diri buat ketemu para cogan. Setelah ketemu mereka langsung punya seribu ide buat bikin cerita mereka lagi. Apalagi pas ketemu mereka banyak moment yang bikin aw aw aw~
Review yah kesayangan~
Peace out! Jjjai~
