Fairy Tail bukan punya author

Summary : Ada seseorang yang mirip dengan kakakku, dia adalah murid pindahan dari sekolah lain. Setiap melihatnya membuatku menjadi sedih.

A/N : Sebelumnya…Ini adalah cerita lanjutan dari Cokelat untuk Adikku Tersayang, karena ada yang meminta untuk membuat sequelnya ya sudah saya buat. Jadi, kalau mau baca cerita ini baca dulu ya yang pertama biar nyambung hehe. Jangan kayak saya, belum nonton eps 141 udah nonton eps 142 (curhat)

Kejadian itu sudah berlalu 3 tahun lamanya. Kini Erza sudah berumur 13 tahun, semenjak kematian kakaknya semuanya berubah. Ayahnya kini menjadi lebih penyayang, tidak lagi suka membentak ataupun memukul. Erza sendiri, tidak ada yang berubah darinya, dia tetaplah anak ceria, pintar, dan terkadang galak.

Hari itu adalah hari Senin, sebuah hari yang sangat tak terduga karena ada murid baru, tetapi bukan itu yang membuat Erza kaget. Anak lelaki itu bernama Mystogan, dia lumayan tampan dan cukup tinggi, saat melihat wajahnya Erza sangat kaget karena wajah Mystogan sangat mirip dengan wajah kakaknya. Dia duduk dipaling belakang sedangkan Erza sendiri duduk paling depan dekat dengan meja guru. Saat istirahat, Erza menghampiri Mystogan dia mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Mystogan.

"Salam kenal, namaku Erza aku ketua kelas"

"Erza ya…Salam kenal juga namaku Mystogan"

"Kamu sendirian saja?"

"Iya, aku belum memiliki teman"

"A…aku mau menjadi temanmu…."

"Terima kasih, aku tidak menyangka teman pertamaku adalah anak perempuan"

Mereka saling bertatapan muka dan tersenyum. Entah mengapa raut wajah Erza mendadak sedih, dia sangat sedih melihat wajah Mystogan yang mirip dengan wajah Jellal.

"Kenapa kamu sedih? Apa aku mengatakan hal yang salah?"

"Ti…tidak bukan itu hanya saja kamu mirip dengan seseorang"

"Siapa? Kalau aku boleh tau"

"Kakakku, kamu mirip dengannya bahkan sangat mirip. Sudahlah lupakan saja, kita omongkan hal yang lain saja"

Terus saja mereka berbicara sampai bel istirahat berakhir. Entah mengapa Erza merasa ingin mengenalnya lebih dalam, dan juga dia merasa sangat menyayangi Mystogan, mungkin karena wajahnya mengingatkannya pada kakaknya. Bel pulangpun berbunyi, semuanya berhamburan keluar dari kelas. Erza dan Mystogan dengan tenangnya meninggalkan kelas, mereka berjalan bersama dan keluar bersama.

"Rumahmu dimana?"

"Didekat warung bu Mavis"

"Rumahku juga tidak jauh dari sana, mau pulang bareng?" Tawarnya

"Boleh"

Selama perjalanan pulang Mystogan dan Erza saling terdiam. Saat sudah mau sampai akhirnya mereka berduapun membuka mulut.

"Sampai jumpa" Mereka mengatakannya secara bersamaan

"Ya, hati-hati di jalan" Kata Mystogan

"Kamu juga, sepertinya kamu melewati rumahmu"

"Iya benar, aku ingin mengantarmu jadi ya aku melewati rumahku"

"Terima kasih, kamu baik sekali"

"Sudah dulu ya, kita sambung kapan-kapan. Kalau mau berkunjung saja ke rumahku"

Mystogan berlari ke rumahnya sedangkan Erza sudah sampai di rumahnya. Karena kematian Jellal, ayahnya memutuskan untuk membuka sebuah toko kue. Ayah Erza hanya ingin supaya dia bisa lebih dekat dengan Erza, jadi dia memustukan untuk membuka toko. Meski terbilang baru toko kuenya lumayan laris.

"Ayah aku pulang"

"Erza kamu sudah pulang rupanya, makan siang ada dimeja"

"Apa ayah sudah makan?"

"Belum"

"Kalau begitu kita makan bersama saja"

"Baiklah"

Ini pertama kalinya mereka makan bersama lagi, saat Jellal meninggal ayah selalu mengurung diri di kamarnya sehingga Erza selalu makan sendiri. Selesai mengucapkan doa Erza langsung makan dengan lahapnya, sedangkan ayahnya makan dengan pelan-pelan.

"Jangan terburu-buru nanti tersedak"

Baru saja diberitau Erza sudah tersedak, dia buru-buru meminum segelas air putih dan melanjutkan makan. Melihat Erza begitu bersemangat membuat ayah Erza menjadi senang. Selesai makan Erza pergi mencuci piring, lalu ganti baju dan membantu ayahnya. Ia nampak bahagia dibandingkan 3 tahun yang lalu. Toko tutup jam 5 sore, biasanya saat malam Erza selalu berbicara tentang kegiatannya di sekolah. Sekitar jam 7 malam Erzapun mulai bercerita.

"Ayah tadi di kelas kami kedatangan murid baru"

"Siapa namanya?"

"Mystogan, dia laki-laki"

"Siapa namanya?"

"Mystogan, dia laki-laki"

"Kamu tadi diantar olehnya ya?"

"Iya benar, dia mirip dengan kakak ya…"

"Sangat mirip, ayah sendiri kaget melihatnya"

Mendadak raut wajah Erza dan ayah menjadi sedih. Mereka teringat pada Jellal, Erza mengambil foto kakaknya dimeja dekat sofa. Dia menatapnya terus menerus, semakin dipikir semakin sedih saja tanpa disadari butiran air jatuh dari matanya. Ayahnya memeluk Erza berharap Erza segera berhenti menangis.

"Sudahlah jangan dipikirkan…."

"Bagaimana tidak kepikiran? Dia satu-satunya saudaraku, aku sangat menyayanginya"

"Sejak kakakmu meninggal ayah menjadi merasa sangat berasalah padanya. Dulu ayah sering memukulinya dan membentaknya, saat dia meninggal ayah baru tau jika dia begitu berharga. Seharusnya ayah menjaganya, membahagiakannya bukan sebaliknya. Ayah telah melanggar janji dengan ibumu"

"Kakak pasti sudah memaafkan ayah, ibu juga pasti memaafkan ayah meski ayah melanggar janji"

"Bagaimana jika minggu ini kita pergi mengunjungi makam kakak dan ibu?"

"Iya, sudah lama tidak mengunjungi makam kakak dan ibu"

"Apa kamu lapar?"

"Iya aku lapar"

"Kita makan di warung bu Mavis, mau tidak?"

"Aku mau"

Tak sampai 10 menit berjalan ayah dan anak tersebut sudah sampai di warung bu Mavis. Mavis sendiri sangat senang karena akhirnya ada pelanggan, dari dulu Erza memang langganan warungnya Mavis. Jika sang ayah tidak memasak Erza pasti makan nasi uduk di warungnya bu Mavis.

"Sudah lama tidak makan nasi uduk di warung bu Mavis"

"Ya sudah lama malahan ayah tidak pernah kesini lagi"

"Sebenarnya setiap pulang sekolah kakak suka membelikanku nasi uduk di warung ini. Ya kan bu Mavis?"

"Iya benar, sayangnya sekarang Jellal sudah tiada jika dia masih ada pasti dia sangat senang"

Suasana menjadi hening seketika, selesai menghabiskan makanan dan membayar. Erza langsung masuk ke rumah disusul ayahnya, dengan cepatnya Erza pergi sikat gigi lalu pergi ke kamarnya. Hari ini rasanya sangat melelahkan, belum lama menutup mata dia sudah tertidur. Ayah Erza masuk ke kamarnya dan mematikan lampunya, lalu mengecup dahi putrinya tersebut. Malam itu terasa begitu tenang, semuanya sangat bahagia meski tadi ada sedikit tangis dan penyesalan.

Bersambung…

A/N : Di chap selanjutnya nyeritaiin tentang Mystogan dan Erza. Penasaran? Baca aja terus, riview yaa :D Oh iya, cerita pembunuh legendaris masih berlanjut kok nanti aku publish chap selanjutny tanggal 5 April.