Chapter 1 – Prologue.


War, Love, and Friendship.

Disclaimer – Fujimaki Tadatoshi

WARN – Typo(s), OOC, Blood Scene, AU(?) , Supernatural, Fantasy, Romance, Pair utama AkaKuro, and other warnings. DLDR, okay.

Rate – T (?)


Suara pedang yang sedang beradu terdengar sangat jelas ditelinga, diiringi dengan teriakan-teriakan orang meminta tolong, membuat suasana semakin mencekam. Suara-suara orang berbisik-bisik—mengucapkan doa, berharap dirinya bisa selamat dari kejadian itu. Tapi hasilnya nihil—karena tak ada yang lolos dari kejadian tragis ini.

"..Kau pikir kau siapa, dengan seenaknya mengkhianatiku. Padahal aku sudah.."

Seihurou melipat kedua tangannya ke dada sambil menatap tajam kearah sosok misterius yang berada dihadapannya. Dari tatapannya itu, terurailah bermacam-macam perasaan yang berkecamuk menjadi satu, yaitu kecewa, benci, dan amarah. Tetapi meskipun seperti itu, seorang Seihurou takkan menampakkan emosinya.

"Malang sekali kau, Seihurou. Padahal aku masih ingin bermain-main denganmu sedikit lama," ujar sosok tersebut sambil tersenyum sinis.

Sosok tersebut kemudian mengangkat tangannya, membuat suatu simbol kasat mata di udara. Sembari memejamkan matanya, sosok itu merapalkan sebuah mantra dengan waktu yang singkat, dan menunjuk kearah seorang anak kecil disebelah Seihurou. Sosok tersebut tersenyum nakal, "Red Curse," bisiknya pelan. Seihurou membulatkan matanya—

"Sebagai salam perpisahan, aku akan mengutukmu dan adikmu," ujar sosok tersebut dengan nada sadis. Sebuah seringaian pun muncul di bibirnya.

Sebuah simbol bercahaya pun mulai terukir dipundak Seihurou dan pundak anak kecil tersebut, membentuk sebuah simbol dengan kaligrafi bahasa rune yang susah dimengerti. Setelah beberapa detik munculnya simbol itu—Seihurou tersentak. Mendadak, pundak sebelah kanannya terasa lebih berat dan munculnya rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Seihurou tersenyum pahit—

"Ternyata kau sudah belajar Red Curse tanpa sepengetahuanku," ujar Seihurou ketus, merasa tidak terima.

Sosok itu menaikkan salah satu alisnya, bingung. Tetapi hanya beberapa saat, ia kemudian tertawa keras bagaikan seorang psikopat. Sebuah senyuman nakal terpampang dibibirnya—"Haruskah aku memberitahumu, Seihurou? Lagipula, kau adalah musuhku. Untuk apa aku beritahu jika kau adalah musuhku? Konyol," jelasnya panjang dengan nada merendahkan. Seihurou tersenyum miris, "Jadi kau benar-benar mengkhianatiku.." bisiknya sedikit kecewa. Sang sosok terdiam untuk beberapa saat—

"Kau sungguh naïf, Seihurou! Cukup sudah, akan kuhancurkan tempat ini! Ne, Seihurou?"

—tetapi kemudian kembali tertawa layaknya psikopat.

Seihurou menggertakkan gigi-giginya, merasa tak memiliki energi untuk melawannya kembali. Dengan satu kali sentakan—pedang yang dimiliki sosok itu dilayangkan ke udara dan kemudian jatuh—menusuk tanah, dan mengakibatkan sebuah ledakan besar yang menghancurkan dunia tersebut, tak tersisa. Lenyap.

.

.

.

Seijuurou menerjap pandangannya beberapa kali, kemudian kembali sadar dari lamunannya. Tangan kanannya perlahan menuju pelipisnya, memijatnya pelan ketika pusing mulai menjeranya. Setelah mulai mereda kembali, Seijuurou mendongak kebawah—dan menemui sesosok pria yang tak bernyawa, dan juga sesosok wanita yang meringkuk ketakutan di pojok ruangan.

Seijuurou mengumpat dalam hati, bisa-bisanya ia sedang berlabuh ketika ia sedang menyelesaikan misi penting untuk klien-nya. Ia merutuki dirinya sendiri karena kurang lebih waspada terhadap kondisi fisiknya, padahal sendirinya pun tak pernah sempat lengah seperti ini.

Seijuurou menjentikkan jari sebelah kirinya sekali, kemudian keluarlah sebuah pistol perak di udara secara tiba-tiba. Seijuurou meraih pistol tersebut, kemudian mengarahkan pistol tersebut kearah wanita tersebut—sebelum dirinya menarik pelatuk pistol dan menembaknya persis jantung wanita tersebut.

"Misi selesai," tuturnya pelan sembari menatap cipratan darah yang dihasilkan oleh pelurunya.

Ia menarik nafas—kemudian menghembuskannya perlahan. Disenderkannya dirinya pada dinding ruangan, mengistirahatkan dirinya sejenak. Akhir-akhir ini, Seijuurou seringkali berlabuh berkali-kali, bahkan hingga daydream, bahkan sewaktu ia masih tersadar. Tetapi, entah mengapa yang selalu diputar di mimpinya itu merupakan mimpi dari masa lalu, masa ia masih kecil. Entahlah, ia tak begitu mengingatnya, sehingga Seijuurou tak terlalu memikirkannya karena hal tersebut tak terlalu menganggunya.

Bzzt. Bzzt.

Ponsel merahnya bergetar dibalik saku celananya—menandakan sebuah panggilan masuk. Seijuurou meraih ponselnya, kemudian melihat nomor sang penghubung. Seijuurou kembali menarik nafas, lalu mengangkat telepon itu.

"Ada apa?" tanya Seijuurou sembari melipat tangan kirinya ke dada yang kemudian dihimpit oleh tangan kanannya yang memegang ponsel. Manik merahnya menatap lurus kedepan, dan sesekali memandang ke seluruh penjuru ruangan.

"Apakah kau telah selesai melakukan misimu, Seijuurou?"

Seijuurou mendengus pelan ketika mendengar pertanyaan tersebut. Ia mendecih pelan, merasa kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan. Tentu saja jawabannya adalah sudah, mengapa ia harus bertanya lagi? Seijuurou mengangguk, "Ya, aku sudah selesaikan dari tadi, Chihiro. Sebutkan apa keperluanmu padaku, cepat." ucapnya tegas.

"Ibumu menyuruhmu untuk segera mencari Empress—"

"Katakan padanya, aku menolak. Aku sibuk, dan aku memiliki banyak misi yang belum kuselesaikan," potong Seijuurou dingin. Dengan sigap, Seijuurou menutup flip ponsel merah miliknya dan memasukkannya kedalam saku celana, tak memedulikan sosok yang bernama Chihiro itu terus meneriaki namanya dari ponsel merahnya.

Mendengar nama ibunya disebut dan kata-kata berhubungan dengan Empress di percakapannya tadi mendadak membuatnya kesal. Seijuurou segera melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan mood yang sangat tidak baik, sehingga tak siapapun menatapnya karena auranya yang begitu mencekam. Seijuurou menggertakkan giginya—heran dengan dirinya mengapa begitu kesal. Ia merengut kembali ponsel merahnya—bukan bermaksud untuk menelpon Chihiro kembali, melainkan bermaksud untuk mengetahui misi selanjutnya dari salah satu kliennya. Mungkin saja jika ia mendapati misi yang cukup menarik, ia bisa melupakan kekesalannya.

Ketika Seijuurou membaca sederet tulisan di ponsel merahnya, bibirnya membentuk sebuah seringaian lebar. Sederet kata disana menurutnya sangat menarik, tetapi menurut sebagian orang merupakanlah hal yang biasa. Ia menatap ponselnya cukup lama, tetapi kemudian segera menutupnya. Tugas dari kliennya kali ini hanya cukup untuk menjaga seorang manusia berumur 13 tahun dari serangan makhluk-makhluk supernatural yang tidak dikenal. Menurut kebanyakan orang ini pasti dibilang mudah, tetapi ternyata fakta mengatakan lain. Tercatat disana—sebanyak 45 orang menolak tugas ini, dan 25 orang yang mendadak menyerah untuk menjaga pemuda tersebut. Entah untuk alasan apa, tidak dijelaskan di dalam thread itu.

Seijuurou merasa sangat puas sekarang. Dengan cepat, ia melupakan kekesalannya tadi, seakan-akan tugas itu benar-benar menusuk otaknya. Tetapi sepertinya ia perlu istirahat, karena perjalanannya akan cukup melelahkan, dan ia memutuskan untuk tinggal disana sementara karena banyak tugas dari klien yang berasal dari sana. Mansion dan apartemennya yang berada ditempatnya sekarang bisa dititipkan oleh Chihiro, asisten setianya.

"Ini akan menjadi tugas yang menarik bagiku,"


A/N : Maaf atas kesalahan yang terjadi diatas. Terima kasih yang sudah menempatkan waktunya untuk membaca ini, meskipun hanya sekilas. Author masih baru dalam hal menulis-nulis, jadi mohon untuk saran dan kritiknya, Ara terima kok.

Review?