Apakah Vampire itu ada? Apakah jenis makhluk mitologi seperti itu benar nyata adanya? Sebagai gadis yang terlahir di era modern ini jujur saja aku masih belum percaya bahwa makhluk seperti itu ada. Bukankah ciri-ciri Vampire itu sangat bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan yang jelas nyata?
Sahabatku, ia meyakinkanku jika Vampire itu benar adanya, namun ... haruskah aku percaya? Untuk apa? Jikapun mereka memang nyata ... apa yang harus kulakukan? Tidak ada bukan?
Kupikir di dunia ini penuh dengan berbagai makhluk yang berbeda ; Angel... Devil... Succubus... Evil... Vampire... Werewolf... Siluman... Makhluk halus dan makhluk hidup seperti kita. Well, apa yang harus dirisaukan? Bukankah itu adalah hukum alam?
Kita semua berhak menjalani hidup kita masing masing bukan? Ya, termasuk 'mereka' yang entah nyata atau tidak karena, kita memiliki kehidupan masing masing dan aku yakin para 'makhluk' itu pun tidak akan pernah mengganggu kita jika kita (manusia) tidak memancing, mengundang dan mengganggunya. Benar bukan?
Tapi ... asistensiku itu tidak berlaku lagi ketika aku bertemu dengannya. Dia ... salah satu makhluk yang tidak aku yakini keberadaannya adalah nyata.
Berawal dari keputusasaan yang aku rasakan, tanpa sengaja aku menghampiri ketidaknyataan itu untuk memberikanku sedikit secercah harapan dari jurang penderitaan.
Inilah kisahku ...
Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
Vampire © UchiHaruno Misaki
.
.
.
.
.
WARNING !
AU/EyD/OOC/Misstypo(s)/Vampic/etc.
Genre : Mystery/Little bit Supernatural/Family/Romance.
.
.
.
M (For Mature Content)
SasuSaku
.
.
.
.
This story pure is mine!
[Don't Like? Don't Raed!]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Enjoy Reading
BAB 1
—oOo—
"Nghh ... ahh ... ahh ... le-lebih cepathh Pain-kun ... shh...,"
"Ohh ... sebentar sayangh ... teruslah mendesah untukku ... nghh ... ahh ... ahh,"
"Ahh ... cepatlah ... nghh...,"
"Khh ... seperti ini sayanghh? ahh ... nikmatilah keperkasaanku ini!"
"Kyaaaah ... haahh ... ini ... terlalu cepath ... ahh ... ahh ... aku ... ha-hampir sampai ... AKHHH!"
"UGHH!"
Desahan demi desahan memenuhi sebuah kamar sederhana dan desahan panjang itu menandakan bahwa mereka telah sampai pada batasnya.
Seorang gadis berparas imut yang tengah belajar di tempat tidur kamarnya itu memejamkan kedua matanya erat, wajahnya memerah ketika mendengar suara desahan dan suara kepala ranjang yang menghentak dinding kamarnya berkali-kali dari kamar sebelahnya tanda bahwa betapa buasnya aktivitas yang mereka lakukan di sana, bukan karena malu tapi lebih tepatnya marah, ya gadis itu begitu marah kepada seseorang yang tengah melakukan hal menjijikan di rumahnya itu.
Oh ayolah ia baru saja pulang dari kerja sampingannya dan harus mengerjakan PR yang belum sempat ia kerjakan, ini sudah tengah malam setidaknya ia harus beres mengerjakan PRnya sekarang juga karena besok harus dikumpulkan kepada gurunya yang super killer itu Kurenai Yuuhi, tapi apa ini? sesampainya di rumah baru beberapa menit saja ia sudah disuguhi pendengaran yang sangat menjijikan.
Membereskan peralatan belajarnya, gadis bermanik emerald itu berbaring lalu mengenakan selimutnya sebatas bahu dan mulai menutup kedua kelopak matanya menuju bawah alam sadarnya setelah sebelumnya menggumamkan sesuatu.
'Cih, wanita jalang menjijikan.'
.
oOo
.
Sang mentari telah muncul menerangi sebagian belahan bumi yang begitu padat oleh para manusia yang tengah sibuk untuk memulai aktivitas rutin mereka, waktu menunjukan pukul 6 pagi, hari yang lumayan cerah untuk menjalani aktivitas.
Di sebuah sekolah berarsitektur kuno namun mewah itu terlihat lenggang, masuk akal jika suasana disekolah itu masih lenggang karena jam masuk akan dimulai dua jam lagi dan tentunya para murid Konoha Hidden Leaf High School masih terbuai dalam mimpi mereka, namun tidak dengan seorang gadis berhelaian merah muda sepunggung yang kini tengah berjalan santai menuju kelasnya.
Gadis itu kini telah berdiri tepat di pintu kelasnya yang sudah terbuka lebar, lalu melangkah memasuki ruang kelas dan duduk tenang dikursinya seraya membaca sebuah novel.
Beberapa saat gadis berjidat lebar itu begitu menikmati acara santainya dalam hening hingga akhirnya, "Hey forehead! Kenapa kau pulang begitu saja kemarin? Kau tahu andai saja kau tak pulang pasti kau akan melihat betapa tampannya pemeran Vampire Edward Cullen." Seorang gadis berambut ponytail memasuki kelas itu lalu menghampiri sahabatnya dan duduk manis dengan mata yang terlihat begitu berbinar-binar ketika menceritakan tokoh yang sangat ia idolakan itu, sedangkan gadis berhelaian merah muda yang duduk di sampingnya hanya memutar kedua bola matanya bosan tanpa mengalihkan jarak fokusnya dari buku novel yang tengah ia baca.
"Hhh ... Maafkan aku pig, kau tahukan bahwa aku itu sibuk dan kau dengan seenak jidatmu menyeretku ke bioskop. Kau tahu? Aku hampir saja dipecat dari toko buku paman Jiraya jika saja aku tak kabur darimu!" Sungut gadis bernama Sakura itu seraya menatap sahabatnya tajam.
Ino gadis berambut ponytail itu hanya cengengesan, "Ahahaha ... Gomen nee Sakura-chan, aku tahu aku salah telah memaksamu menemaniku. Kau tahukan tadi malam itu aku sangat kesal karena Sai-kun membatalkan acara kencannya denganku. Huh jujur saja aku heran Sai-kun selalu membatalkan janjinya secara mendadak, apa ... Dia selingkuh di belakangku?" Sakura yang melihat sahabat blonde-nya murung seketika pun menghela nafas pasrah, ya selalu saja seperti ini.
Sakura Hatake adalah gadis yang baru saja duduk dibangku akhir Konoha Hidden Leaf High School, terlahir di keluarga sederhana dengan seorang Ibu tiri bernama Konan yang entah apa pekerjaanya, yang Sakura tahu Ibu tirinya itu sering sekali pulang malam dan selalu membawa pria berbeda ke rumahnya untuk melakukan sex.
Ayah Sakura Hatake Kakashi adalah seorang General Manager disebuah perusahaan yang lumayan besar, Ayah Sakura dituduh melakukan penyelundupan narkotika yang sebenarnya dilakukan oleh temannya sendiri Orochimaru, kini Ayah Sakura tengah menjalankan hukuman yang seharusnya tak ia jalankan, tapi semua bukti mengarah kepada Ayah Sakura. Sudah satu setengah tahun lamanya Ayah Sakura dikurung di jeruji besi itu dan meninggalkan Sakura dengan istri barunya.
Mendiang Ibu kandung Sakura bernama Karin Haruno atau Karin Hatake meninggal tepat di hari kelulusan SMP Sakura, Ibu Sakura meninggal karena kecelakaan beruntun ketika hendak menghadiri acara kelulusannya dan tentu saja Sakura begitu terpukul ketika mengetahui kenyataan pahit bahwa Ibunya tidak bisa terselamatkan, dari saat itulah sifat Sakura berubah menjadi pendiam, datar dan dingin kepada semua orang tapi tidak kepada sahabat pirangnya itu.
Satu tahun setelahnya, ketika Kakashi pulang membawa seorang wanita berambut biru tua sebagai Ibu tiri Sakura itu membuat sifat Sakura semakin dingin, jujur saja Sakura marah dan kecewa, apa sebegitu mudahnya sang Ayah melupakan mendiang Ibunya? Apa lagi fakta bahwa Ibu tiri Sakura yang ternyata adalah seorang jalang membuat Sakura semakin membenci wanita hina itu.
Lagi nasib buruk menimpa Sakura ketika polisi datang ke rumahnya dan membawa sang Ayah pergi ke tempat yang Sakura yakini adalah tempat di mana seorang penjahat ditempatkan, Jail. Membayangkan sang Ayah yang dikurung saja sudah membuat Sakura terasa teriris sebuah kushanagi, tapi Sakura percaya Ayahnya tak pernah melakukan kejahatan dan Sakura bersumpah akan membuat seseorang bernama Orochimaru itu membayar semua perbuatannya terhadap sang Ayah.
Ditengah penderitaannya Sakura bersyukur memiliki sahabat bernama Ino Yamanaka yang menerima dirinya apa adanya tanpa melihat fakta bahwa dirinya adalah anak dari seorang narapidana -walaupun itu semua tidak benar- Ino selalu ada di sampingnya ketika ia butuh, walaupun Ino selalu bersikap semaunya, cerewet dan berlebihan Sakura tetap menyayanginya karena Sakura tahu itulah cara Ino menyampaikan rasa khawatir dan kepeduliannya.
Melihat Ino yang selalu berpikir negative tentang kekasihnya itu membuat Sakura menggelengkan kepalanya maklum, "Oh ayolah piggy! Kau selalu saja berpikir seperti itu. Sai ia sangat baik jadi mana mungkin ia berani bermain api di belakangmu? Jika itu benar kau tenang saja, aku adalah orang pertama yang akan mematahkan leher pemuda mayat itu!' ujar Sakura datar dan tentu saja itu membuat seorang Ino Yamanaka merinding ngeri melihat wajah aneh gadis berambut soft pink panjang itu.
"Err ... Jidat setidaknya jangan menampilkan wajah tanpa ekspresi seperti itu jika kau sedang berusaha menghiburku, kau tahu? Kau terlihat menyeramkan aha-ha-ha," ujar Ino seraya tertawa garing.
Sakura menatap Ino datar, "Menghiburmu? Aku tidak menghiburmu Ino, aku serius dengan kata-kata ku tadi." dan GLEK! jawaban dari Sakura membuat Ino menelan ludahnya susah payah, oh ayolah Ino tak bisa membayangkan bagaimana nasib sang kekasih jika harus menerima bogem mentah dari sahabatnya itu. Jangan memandang remeh gadis Hatake itu, walaupun terlihat kurus dan lemah Sakura adalah pemegang sabuk hitam terkuat di sekolahnya apalagi ditambah kemampuan luar biasanya dalam ilmu pedang. Jadi Ino benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana nasib sang pujaan hati.
Ino tertawa horror, "ah-ha-ha ... Emh su-sudahlah jangan membicarakan Sai-kun lagi. Oh ya apakah kau percaya akan adanya Vampire?" Ino berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka dan tentu saja Sakura tak peduli karena sesungguhnya Sakura sangat malas membicarakan hal yang tidak penting seperti itu.
"..."
Ino merenggut kesal ketika Sakura tak kunjung menjawab pertanyaannya itu, "Hey jidat kau dengar tidak apa yang aku katakan?"
"Tidak bisakah kau berhenti mengatakan hal yang tidak penting? Dan aku tak percaya makhluk mitologi itu ada, it's really impossible." Sakura menjawab tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari novelnya.
"Kau tak percaya? Oh kami-sama kau harus percaya Hatake Sakura! Apa kau tak pernah mendengar kalimat 'Impossible is Im'possible' kau akan termakan oleh kata-katamu sendiri Sakura!" Ino menatap Sakura tajam sedangkan Sakura hanya mengedikan kedua bahunya tak peduli.
.
.
.
.
"Baiklah pelajaran cukup sampai di sini. Dan untuk tugas minggu depan, kalian harus membawa tanaman herbal yang saya tunjukan tadi, mengerti?" ucap seorang wanita paruh baya berambut hitam bergelombang dan beriris mata merah menyala itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas.
Seorang pemuda berambut merah mengangkat sebelah tangannya, "Tapi sensei bukankah tanaman itu langka? di mana kami harus mencarinya?"
Kurenai menatap tajam pemuda berambut merah itu, "Pertanyaan bagus Sabaku-san, tanaman ini memang langka dan saya tidak mau tahu kalian harus mendapatkannya di manapun! Saya ingatkan pada anda Sabaku-san jika anda bertanya seperti itu pada saya, anda salah bertanya karena saya bukan seorang penjual tanaman! Dan kalian semua...," Kurenai menatap tajam seluruh murid dengan tatapan tajamnya, "Harus mendapatkannya tanpa terkecuali, jika kalian tidak mendapatkannya maka jangan salahkan saya jika nilai sains kalian akan saya kosongkan, mengerti?"
Para murid menatap Kurenai horror, "Ha-ha'i, Kurenai sensei." jawab para murid serempak, guru bernama Kurenai itupun tersenyum dingin lalu pergi meninggalkan kelas yang mulai gaduh.
"Dasar nenek sihir, di mana kita harus mencari tanaman sialan itu?"
"Haah ... aku tidak tahu, jika saja aku berani sudah kupastikan nenek sihir ber-body sexy itu akan terkapar di atas ranjangku!"
"Dasar bodoh kau Hidan! Mana berani kau melakukan itu?"
"Haah ... sudah kukatakan 'jika saja' aku berani. Kau yang bodoh Kimimaru!"
"Haha baiklah aku rasa pendengaranku sedikit terganggu, tapi...," pemuda berambut putih sebahu itu menyeringai tipis, "Jika kau sudah berani jangan lupa mengajaku ya? Sepertinya threesome tidak buruk juga."
"Hahaha baiklah."
Sakura membereskan peralatan sekolahnya dalam diam tanpa menghiraukan suara gaduh di kelasnya, setelah selesai gadis itu melangkah keluar dengan santai.
"Kyaaaa ... forehead kenapa kau tidak menungguku hah?!" Sakura memutar kedua bola matanya bosan ketika gadis blonde berlari mengejarnya seraya berteriak nyaring dan tentu saja membuat sebagian murid yang tengah berada di koridor mendelik karena terganggu dengan suaranya itu.
Sakura menghela nafas pasrah, "Ino bisakah kau mengecilkan volume suaramu itu? Kau tahu aku itu tidak tuli." Sakura kembali melangkahkan kakinya yang tadi sempat terhenti oleh teriakan nyaring sahabatnya itu.
"Kau tahu betul bagaimana diriku forhead, jika aku tidak berteriak bukan Ino namanya hahaha," Sakura memutar kedua bola matanya bosan dan menggelengkan kepalanya prihatin ketika melihat sahabat pirangnya itu tertawa seperti orang tidak waras.
Ino yang sadar tengah diperhatikan dengan tatapan aneh pun menghentikan tawanya, "Kenapa kau memandangku seperti sedang memandang orang gila eh?"
Sakura mengalihkan jarak pandangnya ke depan, "Memang," sahutnya datar. Mulut Ino menganga lebar mendengar satu kata singkat dan padat dari sahabat pink-nya itu.
Menghela nafas berusaha untuk sabar, Ino mulai mengalihkan topik pembicaraannya, "Oh ya jidat, kau akan mencari tanaman herbal itu di mana?"
Sakura menghembuskan nafas berat, "Entahlah."
Ino menatap Sakura khawatir, "Kau baik-baik saja Saki? Aku akan meminta Sai untuk mencarikan tanaman langka itu apa kau mau?"
Sakura tersenyum tipis, "Tidak perlu Ino, aku akan mencarinya sendiri."
"Tapi...,"
"Daijobu Ino, terima kasih." ujar Sakura seraya memandang Ino lembut, Ino menghela nafas pasrah.
"Dasar keras kepala kau jidat!"
.
oOo
.
"Sakura-chan ini sudah sore kau boleh pulang," Aku yang tengah mencuci piring sedikit tersentak ketika mendengar suara seseorang, aku menoleh dan kulihat Uzumaki Naruto putra dari pemilik kedai ramen ini tengah memamerkan cengiran khasnya.
Aku membasuh kedua tanganku yang masih sedikit berbusa lalu setelah itu aku mengeringkan kedua tanganku dengan sapu tangan yang selalu aku bawa, ya sapu tangan berwarna putih polos dengan hiasan bunga sakura ditengahnya. Sederhana memang, tapi sapu tangan ini begitu berharga untukku. Sapu tangan yang Tou-san belikan sehari sebelum ia ditangkap pihak kepolisian.
"Saku..."
"...kura,"
"SAKURA?!"
Deg!
Aku tersentak dari lamunanku, "Ah? ya ada apa Naruto?" Kulihat Naruto menatapku khawatir dan prihatin.
"Kau baik-baik saja Sakura-chan?" Aku tersenyum tipis kearahnya, melipat empat bagian sapu tanganku lalu aku memasukannya ke saku celana training-ku.
"Iie, daijobu Naruto. Baiklah kalau begitu aku pulang ya. Sampaikan salamku pada paman Minato dan semoga Tou-san-mu cepat sembuh, jaa ne Naruto!" Setelah itu aku melangkahkan kaki menuju pintu keluar tak lupa mengambil tas yang aku simpan dikamar ganti.
'Aku merindukanmu Tou-san.' batinku pilu.
Kehidupan bahagiaku hancur ketika Kaa-sanpergi meninggalkan dunia, meninggalkan Tou-san dan pergi meninggalkanku sendiri dengan wanita jalang itu. Dia Ibu tiriku entah apa tujuannya menikahi Tou-san yang nyatanya tak memiliki apapun, awalnya Ibu tiriku itu bersikap baik dihadapanku dan Tou-san namun ketika mengetahui kenyataan Tou-san dipenjara, Ibu tiriku berubah drastis. Ia sering membawa pria bebeda setiap malamnya untuk melakukan sex, aku benci wanita itu aku benci! Aku hanya bisa mengatakannya dalam hatiku, karena nyatanya aku tidak bisa melakukan apa-apa pada wanita itu sekalipun hanya untuk mengatakan 'benci'.
Tak terasa aku telah berjalan cukup lama, waktu sudah menunjukan pukul setengah enam petang. Karena masih ada waktu sedikit sebelum melanjutkan kerja sampinganku di toko buku paman Jiraya sebaiknya aku mencari tumbuhan herbal yang Kurenai-sensei tugaskan saja.
Aku mulai melangkah kearah sekolahku, sekolah? tidak bukan sekolah tujuanku tapi aku berencana mencari tumbuhan langka itu disebuah Mansion kuno yang sudah lama kosong, Mansion itu adalah milik bangsawan Uchiha terdahulu, letaknya tidak jauh dari sekolah. Kenapa harus mencari di Mansion itu? Karena kupikir mungkin saja tumbuhan langka itu tumbuh di halaman Mansion yang sudah tak terawat ratusan tahun lamanya.
Mansion ini akan terlihat sangat jelas jika aku tengah berdiri diatap sekolah, dua bulan yang lalu aku pernah melihat seorang gadis gendut berambut indigo dan berkacamata tebal yang kuketahui bernama Hyuuga Hinata memasuki Mansion ini dari atap sekolah ketika aku tengah bersantai di sana, entah apa yang gadis itu lakukan tapi apapun yang ia lakukan di sana aku tak peduli.
Setelah beberapa menit aku melangkah disinilah aku berdiri, di depan gerbang menjulang tinggi dengan besi yang mulai berkarat. Dengan mantap kulangkahkan kakiku memasuki gerbang yang entah mengapa tidak terkunci, kudorong sedikit gerbang itu lalu masuk dengan langkah perlahan.
Aku menatap bangunan di depanku ini dengan takjub, walaupun arsitekturnya terlihat kuno tapi Mansion ini masih terlihat sangat megah dan mewah.
Di sebelah timur Mansion ini terdapat sebuah menara tinggi yang katanya terdapat Vampire yang bisa mengabulkan segala permohonan seseorang tetapi ia harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan itu. Haha mendengar desas-desus yang tidak masuk akal itu selalu saja membuatku ingin tertawa, dasar konyol mana ada makhluk mitologi yang tidak nyata seperti itu? Huh sungguh tidak masuk akal, bahkan Ino pun percaya ckck.
Desas-desus itu sudah terdengar saat sekolahku diresmikan, pertanyaannya adalah apa hubungan Mansion ini dengan sekolahku? Sekolahku ternyata adalah milik bangsawan Uchiha. Sekolahku dulunya bekas istana yang dibangun oleh para tetua bangsawan Uchiha, tak ada yang tahu kapan bangunan ini didirikan.
Pada masa kejayaan bangsawan Uchiha dulu menginjak puncaknya, entah apa sebabnya seluruh Clan Uchiha terbunuh dan menyisakan seorang keturunan terakhir Clan Uchiha. Namun lima tahun setelahnya sang keturunan terakhir itu hilang tanpa jejak dan tak ada yang tahu kemana hilangnya sang keturunan terakhir bangsawan Uchiha sampai saat ini.
Kkakk! Kkakk! Kkakk!
Suara burung gagak membuatku tersadar dari lamunanku, -Haah ... kuhela nafasku pelan ketika sadar bahwa aku sudah membuang sepuluh menit waktu berhargaku hanya untuk mengingat kronologi tentang Mansion Clan Uchiha ini.
Dengan langkah pasti aku mulai mencari tumbuhan herbal itu dengan teliti diseluruh penjuru taman tak terurus ini, ketika aku tengah serius mengamati beberapa tumbuhan yang tumbuh disekitar taman ini tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang sedang memperhatikanku, kutolehkan kepalaku keseluruh taman dan aku tak menemukan siapapun.
Entah mengapa bulu romanku terasa berdiri, aura di sekitarku juga berubah menjadi terasa sangat dingin, kepalaku tiba-tiba saja menoleh keatas dengan reflex dan...
Deg!
Aku melihat seluet hitam berbentuk tubuh manusia berjubah awan merah yang tengah berdiri di depan jendela besar menara tinggi itu tengah menatap kearahku, dapat aku lihat dengan jelas kedua iris matanya yang berwarna merah pekat dengan pola bintang di dalamnya menatapku tajam.
Kupejamkan kedua bola mataku sejenak mencoba mengusir halusinasi aneh yang aku lihat, ya aku yakin pasti itu hanya halusinasiku saja. Dengan perlahan aku membuka kedua mataku perlahan dan lihat, tidak ada siapapun dimenara itu. Kurasa aku terlalu kelelahan bekerja lebih baik aku segera pergi ke toko paman Jiraya sebelum tubuhku ini benar-benar sampai pada batasnya, masalah tumbuhan langka itu lain kali sa-
"TUMBUHAN LANGKA?!" Tanpa sadar aku berteriak girang ketika melihat sesuatu di depan sana. Oh apakah ini halusinasi juga? aku melihat jenis herbal yang Kurenai sensei tunjukan. Tunggu, aku yakin tadi aku tidak melihat tumbuhan itu di sana, tapi ini bagaimana bisa? Kugosok kedua mataku berulang kali dan tumbuhan itu tetap ada! oh kami-sama apakah ini keberuntunganku?
Dengan langkah riang kuhampiri tumbuhan herbal yang tumbuh tepat di bawah menara tinggi itu lalu mengambilnya, "Siapa saja pemilik tumbuhan ini aku mohon ijinkan aku memilikinya, bolehkan? onegai?" Aku tahu aku mulai gila karena berbicara kepada menara tinggi yang bahkan tak hidup tapi setidaknya orang tuaku telah mendidiku untuk tidak mengambil sesuatu tanpa permisi ya walaupun aku harus meminta ijin pada benda yang tak hidup.
Wussshh!
Err ... baiklah kenapa angin tiba-tiba saja berhembus di belakang tengkukku, "Ehm ... Baiklah, angin yang berhembus tadi aku anggap itu sebagai tanda siapa saja yang memiliki tumbuhan ini mengijinkanku untuk memiliknya. Jaa ne!" Setelah mengatakan itu langsung saja aku berlari keluar dari Mansion itu menuju toko paman Jiraya, tapi ada sesuatu hal janggal yang baru kusadari...
Mengapa gerbang Mansion itu tak terkunci? bukankah tak ada satupun yang dapat masuk ke sana? kecuali...
.
.
.
.
oleh seseorang yang akan meminta sebuah permohonan kepada sang Vampire.
.
.
.
.
To Be Continue ~
Hai^^ Saya datang lagi dengan ff baru saya, emh ... bukan baru sih, ff ini sudah ada sejak 4 bulan yang lalu di dokumen saya well ini sebenenarnya adalah ff (PERTAMA) yang saya tulis tapi ngga pede buat saya publish. Maaf ya ff Saya yang kemarin aja belum pada kelar eh Saya sudah bikin yang baru xD Ini saya bikin di hp karena laptop saya tengah koma sementara 6 bulan terakhir ini, jadi mungkin ff ini terlihat berantakan.
Sign, with love.
UchiHaruno Misaki.
