"Ongieee... aku sangat menyukai hasil kerjamu! Sangat rapi dan teliti! Lihat ini, tak ada sedikitpun debu yang menempel! Ah, kau memang maidku yang paling pintar."

Emily memeluk Ongie, maidnya yang baru saja selesai bersih-bersih di ruang tamu rumahnya.

Emily adalah seorang pengusaha sukses yang sibuk. Ia sangat suka kebersihan, tetapi ia tidak pernah sempat untuk membersihkan rumahnya sendiri. Maka dari itu ia mempekerjakan seorang maid bernama Ongie yang ternyata hasil kerjanya begitu menakjubkan.

"Tidak sia-sia aku menggajimu lumayan mahal. Aku bahkan akan meningkatkan lagi gajimu jika kau bekerja seperti ini terus." lanjut Emily.

Ongie tersenyum lebar. Matanya menyipit menggemaskan. Ia memainkan ujung seragam maidnya yang berupa rok hitam putih yang menempel erat ditubuhnya.

FYI, Ongie ini laki-laki. Ia menjadi maid dan menggunakan pakaian maid perempuan karena ia memang menyukainya. Emily tidak pernah mempermasalahkannya.

"Terima kasih, Emily." majikannya itu juga tidak pernah mau dipanggil nyonya. Ia lebih suka Ongie memanggilnya dengan namanya saja.

"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, Ongie-ya. Aku akan pergi menemui kekasihku dulu. Bye, Ongie..." Emily memeluk Ongie lagi dan melenggang keluar rumah.

Tinggallah Ongie sendiri sekarang. Ia kembali membersihkan beberapa bagian rumah yang belum ia jangkau.

Sembari bekerja, Ongie bersenandung dan sesekali menari. Astaga... siapapun yang melihat Ongie pasti akan tersenyum karena tingkah polosnya itu.

Wajah yang manis dan menggemaskan, pipi yang chubby, mata yang berbinar, tubuh yang putih mulus adalah poin plus Ongie. Kebanyakan orang akan melihatnya sebagai dongsaeng yang manis dan lucu. Banyak pria bukannya menjadikannya kekasih, tetapi justru ia dianggap seperti anak kecil yang harus dilindungi.

Padahal, saat malam datang...

"Ohhhh... hmmmhhh... yaaaahhhhh..." suara desahan dan getaran sebuah benda memenuhi kamar Ongie, si maid.

Maid manis itu sedang masturbasi menggunakan vibrator yang besarnya tak main-main. Benda itu sedang memenuhi lubangnya. Menyentuh prostatnya dan membuatnya mendesah sembari mempermainkan putingnya yang sensitif.

Posisinya saat ini menungging dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun menutupi betapa mulusnya kulit Ongie.

Siapapun yang melihat Ongie saat ini, bisa dipastikan akan bergairah. Lihat saja tubuh indah itu. Pantat montok yang terpampang dan lubang merah merekah yang mencengkeram vibrator berukuran besar itu.

Sungguh tidak akan ada yang menyangka kalau Ongie yang kala siang adalah lelaki manis dan menggemaskan akan berubah menjadi lelaki binal nan menggairahkan.

Sang maid tidak puas hanya dengan sekali keluar. Ia akan terus menghujamkan vibrator itu sampai ia lemas dan ketiduran. Ia akan mengeluarkan spermanya berkali-kali tanpa harus susah-susah menyentuh penisnya. Sebegitu sensitifnya tubuh Ongie.

Sisi binal Ongie itu tidak ada yang mengetahui. Ia pandai menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya di balik topeng wajah polos itu. Ia hanya belum menemukan tambatan hatinya yang akan membuatnya menjadi dirinya sendiri.

Iya, Ongie yang sebenarnya itu adalah seorang hyper sex yang sangat mendambakan sentuhan lelaki jantan di tubuhnya. Tetapi ia tidak akan sembarangan memberikan tubuhnya kepada orang lain. Maka dari itu sampai sekarang ia masih belum tersentuh oleh tangan lelaki lain.

Di pagi hari yang cerah ini, Emily sudah rapi dan memanggil Ongie yang sedang mengelap meja makan untuk menemuinya di ruang tamu. Sang maid tentu kebingungan. Raut wajah Emily sangat menakutkan. Ia takut ia melakukan kesalahan. Sedari tadi maid manis itu terus menunduk ketakutan.

Emily yang menyadari bahwa maidnya ketakutan pun, segera mengubah ekspresi wajahnya.

"Ongie, lihat aku. Aku tidak marah padamu. Aku hanya sedang stress dengan tingkah kekasihku. Maafkan aku sudah menakutimu, ya?" Emily menampakkan raut menyesal.

Ongie mendongak menatap wajah Emily. Ia terlihat kelelahan dengan kantung mata yang tebal. "Emily kau kenapa?" tanya Ongie. Kedua tangannya menangkup wajah Emily yang terlihat pucat.

"Kemarin, aku seharusnya berkencan dengan romantis di apartment kekasihku. Tetapi kau tahu, Ongie? Aku malah berakhir membersihkan seluruh penjuru apartment-nya karena disana saaaaangaaat berantakan. Kau tahu kan, aku sangat tidak bisa melihat hal seperti itu?" Emily menumpahkan sesak di dadanya.

Ia pulang kerja setelah seminggu berada di luar negeri, berharap bisa merileks-kan badannya dengan berkencan dan mungkin bercinta dengan kekasihnya, tetapi malah berakhir dengan dia yang kembali memforsir tubuhnya dengan membereskan apartment kekasihnya yang sungguh mirip kandang babi itu.

"Astaga, Emily... tubuhmu demam. Kau istirahat saja. Biar aku buatkan bubur dan teh." Ongie terlihat khawatir dengan keadaan majikannya. Pasalnya Emily itu orang yang kuat. Ia jarang sakit.

Meskipun Emily itu orang yang senang sekali mengeluh, tetapi ia sesungguhnya orang yang sangat baik. Ongie begitu menyukai Emily karena majikannya itu pun begitu menyayanginya. Selalu membelikannya pakaian maid yang manis dan lucu. Emily juga bukan orang yang suka menghakimi. Meskipun Ongie laki-laki, Emily tidak pernah mempermasalahkan kalau Ongie memakai pakaian maid yang harusnya dipakai oleh perempuan.

Maka Ongie begitu khawatir ketika Emily sedang berada di titik terlemahnya seperti ini. Ia pun segera memapah Emily supaya ia berbaring di kamarnya saja. Selanjutnya, Ongie membawakannya semangkuk bubur dan teh hangat.

"Ongie-ya... aku ingin berbicara sesuatu kepadamu." Emily menyentuh tangan Ongie yang duduk disampingnya.

"Aku sangat menyukai kinerjamu sebagai maid di rumahku. Tetapi ada hal yang harus kau lakukan yang lebih penting daripada membersihkan rumah yang akan jarang kutempati. Jadi Ongie, maukah kau melakukan sesuatu untukku?" Emily memandang Ongie dengan raut wajah serius.

"Ada apa, Emily? Jika aku bisa membantumu, tentu aku akan melakukannya." jawab Ongie. Emily tersenyum dan memeluk Ongie sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku akan pergi ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan S3-ku disana. Sekaligus mengembangkan bisnis yang sedang kurintis disana."

"Aku rasa untuk kembali kesini, akan memakan waktu yang lama. Jadi Ongie, maukah kau bekerja menjadi maid di apartment kekasihku?"

Sejenak hening. Ongie sedang mencerna apa yang dikatakan Emily. "A-apa?"

"Kumohon, Ongie... aku akan menyuruh kekasihku untuk memperlakukanmu dengan baik, kalau itu yang kau takutkan."

"Kau tahu sendiri kan, aku sangat sebal pada kekasihku karena dia selalu saja memiliki apartment yang berantakan. Jadi, kumohon kau bekerja disana dan membantunya membersihkan apartment Daniel yang mirip kandang babi itu, ne?" pinta Emily dengan wajah memelas. Membuat Ongie tidak tega.

"B-baiklah..." jawabnya pasrah. Toh, gajinya tidak akan berkurang.