Disclaimer Masashi Kishimoto
.
The Story Is Mine
.
Warning : Alternate Universe, Out Of Character, and Unclear Storyline
.
Don't Like Don't Read
.
.
.
Her Annoying Brothers
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Dua belas tahun lalu, Haruno Kizashi memboyong keluarga kecilnya untuk tinggal di Jerman. Ia diberi kerpercayaan memimpin sebuah perusahaan internasional. Sang istri, Haruno Mebuki juga tidak keberatan untuk pindah meninggalkan kampung halaman mereka di kota Suna. Walaupun pada saat itu, ketiga anak mereka masih kecil-kecil.
Anak pertama mereka, Haruno Gaara sekarang telah berusia sembilan belas tahun. Ia telah kembali ke Jepang setahun yang lalu untuk melanjutkan kuliah. Namun bukan di kota Suna, melainkan di kota Konoha.
Haruno Sasori adalah anak kedua dan Haruno Sakura adalah anak bungsu mereka. Sasori dan Sakura hanya berbeda usia satu tahun. Tahun ini adalah tahun pertama Sakura di sekolah menengah atas dan tahun kedua bagi Sasori.
Sasori dan Sakura memutuskan mengikuti jejak sang kakak, Gaara untuk bersekolah di Jepang. Mereka sangat merindukan negara asal mereka. Kizashi dan Mebuki pun mengizinkan. Mereka percaya Gaara dapat menjaga kedua adiknya.
"Kakak," teriak Sakura saat ia melihat Gaara telah tiba di bandara untuk menjemput kedua adiknya yang baru saja mendarat.
Gaara tersenyum dan berjalan mendekat. Sakura segera memeluknya. Gaara pun menyambutnya.
"Kau selalu menggemaskan, Sakura," ujar Gaara. Ia mengacak-acak rambut adik bungsunya. Sakura hanya bisa merengut.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Gaara.
"Bisa kau lihat sendiri kalau kami baik-baik saja," jawab Sasori.
Gaara tersenyum dan tangannya saling bertinju dengan Sasori, menandakan penyambutan dan kekompakan di antara keduanya.
"Bagaimana kabar ayah dan ibu?" tanya Gaara lagi.
"Mereka juga baik. Ibu bilang akan segera berkunjung ke Jepang bila ayah memiliki waktu luang," jawab Sakura. Gaara mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan mengambil mobilku. Kalian tunggu aku di gerbang keluar," kata Gaara. Ia berbalik dan hendak melangkah pergi saat Sasori memanggilnya.
"Kak, tunggu."
"Ada apa?"
"Aku sudah belajar menyetir selama sebulan belakangan. Jadi, izinkan aku yang menyetir," ujar Sasori.
"Kau yakin?" Gaara terlihat meragukan Sasori.
"Tanya saja pada Sakura. Aku sudah mengantarnya berbelanja beberapa kali."
"Apa itu benar Sakura?" tanya Gaara.
"Menurutku dia belum lancar. Dia masih sering mengerem tiba-tiba," jawab Sakura jujur.
"Kalau begitu tidak boleh," Gaara tidak memberi izin.
"Bagaimana aku bisa lancar kalau aku sama sekali tidak diberi izin menyetir?" Sasori putus asa.
Setelah menunggu beberapa saat di gerbang keluar, Gaara akhirnya muncul dengan mobilnya. Ia membantu Sasori memasukkan koper ke bagasi.
"Ini," Gaara menyerahkan kunci mobilnya pada Sasori.
"Tadi kau bilang tidak boleh."
"Aku berubah pikiran," ujar Gaara.
"Trims, Kak."
Sakura heran melihat Sasori duduk di kursi pengemudi.
"Kau diizinkan menyetir?"
"Tentu saja," jawab Sasori bangga.
"Kalau begitu aku harus berjaga-jaga," Sakura yang duduk di kursi belakang segera memasang sabuk pengaman.
"Kau meremehkan aku, Sakura?"
Gaara yang melihat tingkah kedua adiknya terkekeh.
"Kakak juga meremehkan aku?" Sasori melihat Gaara juga memakai sabuk pengaman.
"Seperti kata Sakura. Untuk berjaga-jaga," Gaara terkekeh lagi.
"Akan kubuktikan kalau aku bisa."
"Kita lihat saja," sahut Sakura.
"Kau belum memiliki surat izin mengemudi, Sasori. Sebaiknya kau menyetir dengan benar agar polisi lalu lintas tidak memberhentikan mobil kita," Gaara mengingatkan.
"Iya, iya."
Gaara menjadi penunjuk jalan menuju apartemennya.
"Lihat kan? Aku sudah bisa. Aku akan menabung untuk membeli mobil sendiri. Para gadis pasti akan semakin terpesona padaku," gumam Sasori. Ia merasa di atas angin. Dia tidak menyadari mobil di depan mereka memberi tanda hendak menepi ke pinggir jalan. Sasori yang kaget berusaha mengelak. Namun tabrakan tidak dapat dihindari. Mobil milik Gaara itu sukses menubruk bagian belakang mobil hitam di depan mereka.
Beruntung, Sasori tidak mengemudi terlalu cepat dan jalanan itu terlihat sepi. Mereka bertiga merasakan guncangan namun karena memakai sabuk pengaman, hal tersebut tidak berefek.
"Sepertinya kau memang akan menabung, Kak. Tapi untuk memperbaiki mobil orang lain," gumam Sakura. Dia lumayan shock.
Sasori menelan ludah. Mobil yang ia tabrak tampaknya mobil mahal. Sasori bisa saja segera melarikan diri dengan mobil Gaara. Namun ia tidak ingin menjadi buronan. Lagi pula, orang tuanya pasti akan membantunya mengganti rugi.
Gaara keluar dari mobil untuk menghadapi pemilik mobil yang ditabrak Sasori. Ia merasa bertanggung jawab karena telah mengizinkan adiknya menyetir. Sasori dan Sakura menyusulnya kemudian.
Pemilik mobil itu tampak sedang memeriksa kerusakan yang menimpa mobilnya. Ternyata pemiliknya masih muda. Sepertinya seumuran dengan Sasori.
Lelaki itu memiliki rambut yang mencuat di bagian belakang dan mata hitam yang tajam. Gaara dan Sasori menilai lelaki itu angkuh. Sementara Sakura menilai lelaki itu tampan.
Lelaki bernama Uchiha Sasuke itu memperhatikan ketiga orang berambut merah yang telah menabrak mobilnya.
"Aku pikir kalian akan kabur setelah dengan seenaknya menabrak mobilku," ujar Sasuke ketus.
"Hei bung, kau pikir kami tak punya uang untuk mengganti rugi?" Sasori tersulut amarahnya.
"Tenang, Sasori," Gaara mencoba menengahi.
"Kau mau membawa mobilmu ke bengkel sekarang?" tanya Gaara.
"Tentu saja. Asal kalian tahu, mobilku ini mahal," Sasuke masih menunjukkan keangkuhannya dengan melipat kedua tangannya.
"Kami tahu. Apa kau mau memberi kami waktu? Kami tidak membawa banyak uang saat ini," ujar Gaara lagi.
"Ck. Berikan kartu identitas kalian. Aku akan ke bengkel sendiri. Aku akan menghubungi kalian untuk jumlah ganti ruginya. Jangan mencoba kabur atau orang-orangku akan memburu kalian," ancam Sasuke. Ia berkata seolah ia adalah penguasa di daerah itu.
"Kami akan membayar ganti ruginya. Sasori, berikan kartu identitasmu," kata Gaara. Sasori hanya menurut. Gaara juga memberikan kartu identitasnya.
"Kau juga, Nona," ujar Sasuke pada Sakura.
"Hei, aku tidak ada hubungannya dengan ini. Aku hanya penumpang di sini," tolak Sakura. Ia menyesal sempat memuji ketampanan Sasuke dalam hati. Ia agak kecewa pada sikap Sasuke yang angkuh dan dingin.
"Kau adalah saksi yang melihat bagaimana orang di depanku ini menabrak mobilku," Sasuke menunjuk Sasori. Sakura dengan terpaksa memberikan kartu identitasnya juga.
"Ini nomor telepon yang bisa kau hubungi," Gaara menyerahkan kartu namanya.
"Ingat. Jangan mencoba kabur. Satu hal lagi, sebaiknya kau memeriksakan kedua matamu supaya kau bisa melihat dengan jelas mobil di depanmu," Sasuke sepertinya tidak menyukai Sasori dari awal.
Bugh!
Sasori tidak bisa menahan diri lagi. Sasuke sedikit limbung saat Sasori meninju wajah tampannya.
"Cukup, Sasori. Jangan menambah masalah," Gaara menahan Sasori yang hendak memukul Sasuke lagi.
"Cih. Kau berhutang dua maaf padaku karena telah menabrak mobilku dan memukulku. Kau harusnya bersyukur, aku tidak melaporkanmu ke polisi," Sasuke yang pipinya lebam kembali ke dalam mobilnya dan meninggalkan Haruno bersaudara begitu saja.
"Aku akan membawa mobilku ke bengkel setelah mengantar kalian ke apartemen," gumam Gaara setelah mengamati bagian depan mobilnya yang rusak.
"Untunglah benturannya tidak telalu keras. Mobilku dan mobil orang itu hanya penyok sedikit. Tapi karena mobil orang itu bagus, mungkin akan mengeluarkan biaya lebih banyak. Tenang saja Sasori, aku yang akan menanggung biaya perbaikan mobilku. Urusi saja mobil orang itu. Bila uangmu tidak cukup untuk mengganti rugi, kau bisa menelepon ayah," kata Gaara seraya menepuk pundak Sasori.
"Ayah memang tak pernah keberatan soal uang. Tapi ibu pasti akan menceramahiku panjang lebar. Sakura, kau harus membantuku berbicara pada mereka," gumam Sasori.
"Tidak mau."
.
.
.
Sasuke sampai di rumahnya yang megah. Ia disambut oleh Yamato, kepala pelayan di rumahnya.
"Yamato, bawa mobilku ke bengkel dan berikan padaku nota pembayarannya," Sasuke menyerahkan kunci mobilnya pada Yamato dan masuk ke dalam rumahnya.
"Baik, Tuan Muda," Yamato mengangguk hormat.
Sasuke ingin segera mengompres sendiri pipinya yang lebam. Namun ibunya, Uchiha Mikoto memergokinya.
"Wajahmu kenapa, Nak?"
"Tidak apa-apa, Bu. Tadi seseorang menabrak mobilku dan memukulku."
"Apa?! Apa kau sudah melaporkan orang itu ke polisi?" Mikoto tampak sangat khawatir pada putra bungsunya.
"Tidak perlu. Dia akan membayar ganti ruginya."
"Bagaimana dengan pukulan yang kau terima?"
"Ini tidak seberapa," Sasuke berbohong. Ia tidak ingin ibunya khawatir.
"Ibu akan menyuruh Nenek Chiyo untuk mengobati wajahmu."
"Tidak perlu. Suruh saja dia membawa air hangat ke kamarku. Aku akan mengompresnya sendiri."
Setelah selesai mengompres pipinya, Sasuke teringat pada kartu identitas yang ada di dompetnya.
'Haruno Sakura'
Sasuke membaca nama di kartu identitas Sakura.
"Keluarga Haruno ya," gumam Sasuke. Ia melihat nama Gaara dan Sasori juga bermarga Haruno.
"Apa-apaan ini? Mereka tidak tinggal di Jepang?" Sasuke baru menyadari bahwa kartu identitas mereka berasal dari negara lain. Jerman lebih tepatnya.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
