THE MISSING CAKES by AmieZombieLuph

2nd fic~ ^_^

Aha, fic pertama saiia yang ber-chapter! Ditulis dengan sengaja (ya iya lahh), disertai ide-ide jayoues Author!~ *dicekik*

Ingat, Death Note bukan punya saya, tapi punya orang~

OK deh, silakan dinikmati … *emangnya mi goreng?*

Siang itu, benar-benar cuaca yang tenteram dan damai, di mana burung-burung gereja berciut-ciut (emang suara gitu, kannn?) mentari hangat plus awan yang samar-samar menghindari kulit manusia dari serangan bom atom, eh, maksudku dari serangan sinar ultraviolet yang bisa bikin gosong. Semua orang berada di balik selimutnya saat ini; mengisi ulang tenaga mereka dengan cara tidur siang di hari yang damai. Ah, inilah hidup di dunia yang sangat nikmat, tidak ada yang mengeluh hari ini, tidak ada yang menganggu ketenangan orang lain hari ini, kecuali…

"CAKE-KU! CAKE KESAYANGANKU! HILAAAAAAANG! OH, TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK! PENCURI! PENCURIIII! AARRGH, ADA YANG MENCURI KUEKU! TIDAK! TAMATLAH DUNIA! DUNIA INI SUDAH MILIK KIRA! KITA HANCURRRR! KITA HANCURRRRR! KIAMAT DATANG! WATARIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!"

DUAR! BRUK! PRANG! BLAM! GUK, GUK! KUKURUYUK! BRAK! BYURRR! BDUMMM! KRAKKK! SYUT! MEONG-MYAWWWRR! GRUSAKKK! PETOK, PETOK! CUIT, CUIT! CIAAAAT! KA-BOOOOM!

…ah, rupanya ada juga yang merusak suasana indah yang merupakan momen paling langka itu—semenjak dunia digemparkan dengan adanya KIRA—dan rupanya sang pembuat masalah sendiri adalah detektif terhebat yang sedang menganalisis KIRA (yang kini sedang stress –plak-). Keadaan semula para penduduk yang tertidur telah tergantikan dengan suara teriakan dan bangunan hancur perang dunia ketiga. Inalillahi. (Woy, siapa yang meninggal?)

Dengan ngos-ngosan, Pak Tua Watari *plak* maksudku, Watari si cowok keren *muntah darah* menghampiri L yang sedang sekarat, eh maksudku yang sedang panik di dapurnya.

"A… ada apa, L? Ada kasus terbaru? Presiden terbunuh? Wammy's House dibom? Pulau Jepang tenggelam? Sandal jepit hilang? (halah!) Daster robek? (?) Tempat sampah ketelan? (?) Kena panuan? (!)" tanya Watari sambil menghela napas dari tabung gas oksigen yang dipesan dua tahun yang lalu (?).

"Cccake …" L hanya tergagap sambil meratapi kulkasnya yang awalnya terisi penuh dengan kue-kue manis-nis-nis banget dan sekarang sudah habis-bis tak tersisa, bersih tanpa noda kue secuil pun. Oh, L yang malang… cup, cup… *digampar L*

Watari menepuk jidatnya pake panci. "Ya elaa L. Kue aja kok bingung. Ntar dibelikan lagi, kok …" kata Watari santai, sampai-sampai tak disangka celananya melorot ke bawah, memperlihatkan boxer putih berpolkadot merah bentuk hati. Hih!

"Be … beneran?" tanya L sambil ngempot.

"Iya." dengan gesit, Watari memasang celananya lagi, lalu menelepon supermarket kue dan memesan, "Halo, pesan kue seribu lusin, ya! diantar sekarang juga. Ya iyalah sekarang masa taon depan! Ya, cepat antar sekarang. SEKARANG!"

Akhirnya, tiga truk datang dari supermarket ke tempat L, membawa kue-kue pesenan Watari (tiga truk?). Akhirnya, kue-kue itu dimasukkan ke kulkas L yang hanya berukuran 2 cm x 9 cm dengan tebal 5 cm secara paksa (?).

"Nah, sudah puas kan, L? Sekarang kulkasmu penuh dengan kue yang bisa kauhabiskan kapanpun maumu." kata Watari, tapi sebenarnya di dalam hatinya dia berkata, 'NOH, MAKAN TUH KUE PENYET, MAKAN! PUAS LO HAH UDAH NERIAKIN GUE SEPANJANG HARI. DASAR PANDA CENGENG!'

"Iya, makasih." mata L berbinar-binar saat mengamati kue-kue barunya yang manieeees sekali. Huh lebaiy lo, L *plakk*.

"Ya sudah, aku pergi dulu," Watari lenyap di tempat (?).

Keesokan harinya …

"HUWA! HUWAAAA! DEMI KAUS KAKI GOMBAL BEKAS KAKI JAMURAN! DEMI TEMPAT SAMPAH BAU PISANG MENTAH BUSUK! DEMI BANGKAI TIKUS BOROKAN DI KOLONG MEJA! YA AMPUUUN! KUEKU HILAAAAAAAAAAAAANGGG!"

"Ada apa lagi, sih, L?" kata Watari, dia baru saja mandi, jadi hanya memakai sebalut handuk di pinggangnya. Dia juga menggenggam sikat gigi berodol, dan rambutnya dibalut handuk sepeti tante-tante yang sedang cream-bath. Ah, lebih mendingan daripada pake boxer berpolkadot hati merah!

"Cccaaaakeee …" kata L berlinang air mata. Oh, L … aku turut berduka cita … *dilempar*.

"Ya sudah. Aku pesankan!" Watari mengeluarkan HP dari… (eh, dia ga pake kantong, ya?) dari handuk di pinggangnya (heheheh) dan memesan, "Halo? Pesen kue se-Kecamatan, ya. Hah? Kapan? YA SEKARANG LAH BEGO! MASA' NUNGGU HARI RAYA KUCING? CEPAT! SEKARANG JUGA!"

Tak lama kemudian, ada Truk Tronton datang dari Palestina (?). Truk itu bentuknya seperti kereta api yang mempunyai sambungan gerbong-gerbong yang tersangkut di belakangnya. Panjang Truk itu mencapai 19 km (BUSET MAU LEWAT MANA TUH?) dan mengangkut semua kue pesanan Watari untuk L.

Karena kulkas superkecil L tidak muat, maka terpaksa Watari membelikan kulkas super yang gedenya serumah presiden Amrik (?). Nah, itu baru muat!

"Oke, deh. Semuanya beres. Mungkin sampai sepuluh tahun lamanya L tidak akan bisa menghabiskan kue-kue itu." kata Watari sambil mengeringkan rambutnya pakai hair dryer Misa Amane yang ketinggalan (ck ck ck…). 'MAKAN, TUH, MAKAN! AMPE PERGANTIAN ABAD JUGA GA BAKALAN MUNGKIN LO ABISIN TUH KUE BONYOK!' olok Watari dalam hati.

Keesokan harinya (lagi) …

"TIDAK! TIDAK! TIDAK! TIDAAAAAAAAAAA … AAAAAAKK!" –PLETOOOK!

Watari melempar ayam potong yang ga jelas datangnya dari mana ke muka L.

"HEH BISA DIEM GAK SIH BERHARI-HARI KERJANYA CUMA TERIAK-TERIAK GAJE MULU! GUE BUKAN NYOKAP LO YANG KAYAK PANDA, YA, DASAR PANDA SARAP!" begitu sadar bahwa yang diteriakinya adalah bos-nya sendiri, maka Watari mencoba meralat perkataannya. "Eee, eh, maksud saya, ada apa L kok siang bolong gini teriak histeris? Kuenya hilang lagi?"

"I … iya, tapi cuma seper sepuluhnya …" kata L berkaca-kaca lebaiy.

"SEPER SEPULUH AJA TERIAK-TERIAK. KEDENGERAN TETANGGA MALU, TAHU! LAGIAN GA BAKALAN TUH MALING KUE BISA NGEHABISIN KUE SEGITU BANYAKNYA!" kemudian Watari sadar lagi. "Eh, maksudku, hanya seper sepuluh saja tidak akan berpengaruh banyak, kok, L. Jadi, jangan kuatir."

Mendengar itu, L bangkit, meremas kerah baju Watari ke atas, hingga Watari sesak napas. "Ap … apanya yang 'jangan kuatir'? Mungkin bagi Watari kue itu hanyalah 'barang biasa' belaka, namun bagiku, kue adalah belahan jiwaku, aku dan kue telah ditakdirkan untuk hidup bersama selamanya, dalam sedih, suka, duka, sehat, sakit, kita masih tetap bersama, selamanya dengan uang dibayar tunai … (halah L kayak kawin aja!)" jelas L superlebaiy.

"Ja … jadi, apa maumu, L?" tanya si Kakek *geplakk* maksudku, si Pangeran Charles versi kecebur sumur *duar*.

L melepaskan kerah baju Watari, lalu berkata, "Kita harus mendatangkan beberapa detektif untuk menyelidiki kasus ini."

"Ta … tapi, kau, kan, detektif, L." kata Watari sambil ber-sweatdrop.

L melirik Watari tajam. "Kau benar juga, Wat. Aku kan detektif terhebat sedunia." Kemudian, L melompat ke sofa yang jaraknya tiga meter dari tempatnya berdiri, langsung di posisi jongkok (?). "Tapi aku, penasaran; maling macam apa yang berani-beraninya mencuri kue-kueku sedangkan aku detektif terhebat di dunia?"

"Aku tidak tahu, L." dengan soknya, Watari menjawab.

"Aku bukan sedang bertanya, Wat. Sekarang pergi dan biarkan aku berkonsentrasi."

"Baik," jawab Watari, melakukan gerakan memutar dengan bertumpu pada satu kaki, lalu melompat-lompat gaje ke luar pintu kamar L.

"Dasar Pak Tua merepotkan," gumam L sambil menjilat lolipop-nya.

Lima jam kemudian, L dapat ide (lama banget mikirnya!). Dia berencana untuk mengundang Near, Mello, dan Matt, anak-anak jenius dari Wammy's House yang sudah kenal dekat dengan L untuk menyelidiki kasus ini.

Akhirnya, setelah ditelpon, ketiga bocah itu datang sejam kemudian dengan mengendarai ojek (wah, ojek super, dong … dari Wammy's House di Inggris sampe ke Jepang cuma sejam?).

"Ada perlu apa, L?" tanya anak-serba-putih yang terduduk di sofa ruang tamu. Dia adalah Near, yang paling jenius di Wammy's house.

"Ada yang kecolongan, ya?" tebak Mello, anak pirang yang kerjanya makan coklat mulu.

"Pasti kuenya hilang," terka Matt, si Kepala Merah. Huu kacian deh, cuma dapet julukan 'Kepala Merah' *dijewer*.

"Betoel," jawab L yang seperti ketua dari grup Ndagelan Musik Keroncong beranggotakan tiga orang. "Kueku hilang berturut-turut sejak kemarin lusa. Sang pencuri mengambil semua rotiku yang ada di kulkasku. Kecuali pagi ini—pencuri hanya mengambil seper sepuluh roti dari se-Kecamatan roti milikku. Mungkin, malingnya ga kuat makan kali ya…"

"Tapi, kau kan yang paling hebat di antara kita semua, L. Kenapa minta bantuan kami?" tanya Near sambil menyanggul rambutnya *doeng* maksudku, memelintir rambutnya.

"Betul, tuh. L kan jago. Masa pake manggil-manggil kami jauh-jauh dari Inggris?" tambah Mello.

"Kau lagi males ya, L?" ledek Matt.

L langsung ber-sweatdrop saat hendak menjawab pertanyaan anak-anak buahnya. Dia memang malas, sih …

"Pokoknya kalian harus menyelidikinya, titik!" teriak L kemudian, lalu dia berlari ke kamarnya untuk tidur siang. Sebelum dia nyampe di pintu kamarnya, jidatnya kebentur ventilasi udara yang guede banget (?). Abis itu ambruklah dia di lantai. Semua orang yang melihatnya langsung ber-sweatdrop.

"O, oke … sekarang, mari kita lihat kulkasnya untuk mencari petunjuk." ajak Mello kepada kedua sohibnya *cieeeh*.

Mereka pun bergegas menuju kulkas L yang gedenya minta ampun. Dengan bantuan Watari, mereka berhasil membuka pintu kulkas yang gueeeeeeeeeeeede kayak rumah gajah. A ha… kulkas segede itu harganya berapa, ya? Nyolong kulkasnya kingkong kalee … *ditabok*.

"Gg … gile … kulkas raksasa gini kok isinya cake semua, seeh?" gagap Matt sambil ber-sweatdrop saat melihat milyaran cake di depan matanya.

"Halah, daripada diisi cake, mendingan coklat aja! L nggak kreatif, nih …" kata orang gila nyasar yang sok pinter. –coughcoughMellocough- -duar-

"Hmmm, saya tidak melihat ada sesuatu yang janggal di sini. Hanya saja, ada sedikit remah-remah roti yang tersisa. Berarti … maling kue itu tidak 'mengambil', tapi 'memakan'-nya di sini," ujar Near dengan gaya detektif (dia kan emang detektif!). "Kemudian, karena merasa kenyang, maling itu memutuskan untuk berhenti memakan semua cake ini. Tapi jumlah yang dimakannya termasuk banyak sekali…"

Hening sesaat. Si Duo M menatap Near dengan bingung.

"Apa?" tanya mereka kompak. "Bisa diulangi lagi?"

"Tidak ada siaran ulang," jawab Near dingin.

Karena merasa cukup mendapat petunjuk, akhirnya ketiga anak-anak Wammy's itu bertanya kepada Watari untuk mengorek informasi lebih dalam lagi.

"Kejadiannya selalu di saat L terbangun dari tidurnya." tutur pria paruh baya ini (halah kayak di koran aja) "Dan ketika L menemukan kuenya telah dicuri orang, dia teriak-teriak gaje sampai-sampai gunung Krakatau meletus untuk yang kesekian kalinya (lebaiy deh!)"

"Lalu, apa yang anda lakukan saat L kehilangan kuenya?" tanya Near sok kewartawanan (?).

"Aku pesankan kue yang buanyaaak buat L dari Supermarket Kue Sarap yang melayani semua pesanan bahkan pesanan yang konyol,"

"Lalu, apa pendapat anda tentang kejadian ini?" tanya Mello, mengarahkan mike bertuliskan "Gendeng TV" di mulut Watari, sementara Matt mengarahkan kameranya (Eh?).

"Pendapatku, L adalah detektif TERLEBAIY yang pernah ada di sejarah dunia. Juga seperti PANDA PALING SARAP di dunia—dia bisa memecahkan Guinness World Record di bidang itu…,"

Hmmm. Ba-bi-bu-be-bo. Setelah semua keterangan berhasil dikupas, (emangnya jeruk?) ketiganya langsung duduk di warkop Mpok Nori untuk berdiskusi tentang masalah kecolongan itu.

"Jadi bagaimana menurutmu, Mell?" tanya si Kepala Merah.

"Ng, … menurutku, sih, yang mencuri cake itu … orang." jawab Mello gaje.

"Ya iyalah, masa kodok sih!"

"… tersangka pasti mencurinya di malam hari." tambah Near sambil makan jengkol asem yang dipesannya tadi.

"Jadi untuk nangkep pencurinya, kita harus nginep, dong?"

"Ya. Bukan menginap, tapi … kemping." kata Near.

"APA?" teriak si Duo M.

"Kulkasnya L kan ada di luar rumahnya. Jadi kita juga harus berkemah di dalam kulkasnya …"

"Apa! Mikir dikit, dong! Secara, kita ini manusia, bukan ikan sarden!"

"Ya kita ubah temperaturnya jadi lebih hangat. Kan' ada pengatur suhunya. Lagi pula, cakes tidak akan mencair, kan?"

Mello dan Matt berpandangan. Dengan terpaksa, mereka mengangguk setuju tapi ½ nggak ikhlas. Oh, apa yang akan mereka alami di dalam kulkas?

Bersambung ….