A/N:
I'm back, again. Heuuhh..setelah sekian lama hiatus, gw membuat keputusan. Re-edit cerita ini habis-habisan. Setelah gw baca cerita ini...cerita ini benar-benar CRACK PARAH -_- apalagi, tokoh OCnya benar-benar ditonjolin. Jadi, bagi yang udah baca cerita, terima kasih banget tapi, Drey juga minta maaf karena cerita ini benar-benar akan direvisi bahkan ditulis ulang lagi. Judul yang semula ditulis "The Next of The Phantom", akan diganti.
That's all from me.
THE MYSTERIOUS PHANTOM
Disclaimer:
Character by Butch Hartman exp. OC
Chapter 1
Seorang cowok cungkring berpakaian mirip-orang-hippies melangkah gontai bersama kedua sohibnya. Ditangan kanannya terdapat selembar kertas berkibar karena ditiup angin. Bagian pojok kanan paling atas ada coretan tinta merah berbentuk D dalam mata pelajaran matematika.
" Orangtuaku akan membunuhklu." Katanya madesu.
" Ah, Danny, kau lebay,deh. Gagal di test matematika gak akan membuat dunia kiamat." Kata cewek gothic yang ada di sebelahnya.
" Haaaaa... kau akan merasa hancur jika kau tidak mendapat nilai A-." Kata cowok madesu yang dipanggil Danny itu.
" Dengar, Danny. Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda." Sam memberi petuah untuk Danny.
"Kau setuju, Tucker?" Sam melirik ke cowok Afro-Amerika yang sedang asyik dengan sebuah kotak yang berukuran tidak melebihi telapak tangannya.
" Argh! Sam, kau membuat packmanku kalah." Sungut Tucker.
Hening sesaat.
" Kau mau ke mana, Danny?" tanya Sam ketika mengetahui Danny berbalik arah. Berlawanan dengan arah rumahnya.
" Kalian pulang duluan saja. Aku ingin sendiri." Jawabnya sambil tersenyum suram.
" Perlu kutemani?" selaku pacar, Sam merasa dia harus menghibur Danny.
" Terima kasih, Sam. Tapi, kali ini, aku benar-benar ingin sendiri." Danny tersenyum maksa.
Moodnya benar-benar jelek karena gagal di test matematika. Berbeda dengan Sam yang mendapat A- dan Tucker B+.
Danny pergi ke pinggiran Amity Park. Di mana danau tersebut menghampar bebas lepas, tanpa diganggu jalan beraspal maupun gedung-gedung pencakar langit yang mengganggu keindahan danau. Dia duduk di bawah pohon.
"Haaa...beginilah jadinya jika aku menjadi Danny Phantom." Gumannya." Di saat aku mengembalikan hantu-hantu yang membandel, aku lupa besoknya ada ujian. UGH! Dasar payah!"
" Apa aku harus berhenti menjadi Danny Phantom?" tanyanya pada diri sendiri.
Danny menundukkan wajahnya. Mengingat bahwa telah beberapa kali dia gagal dalam tes-tes mata pelajaran matematika. Kegiatannya menjadi pahlawan menyita waktunya untuk belajar.
" Kalau begini terus, aku butuh bantuan. Dani? Hmm..aku benar-benar kehilangan kontak dengannya. Jazz? Mom? Dad? Pilihan yang kurang tepat, Danny. Mereka hanya dapat membasmi hantu level ecek-ecek. Vlad?"
Danny sedikit bergidik ketika dia menyebut musuh bebuyutannya itu yang telah terbuang dan melayang-layang di luar angkasa entah di mana posisinya sejak peristiwa Asteroid itu.
" Hii..lebih baik aku menjadi katak daripada menjadikannya sebagai partnerku." Dannypun mengacak-acak rambutnya frustasi.
Diapun menutup matanya. Mencoba untuk membiarkan angin berhembus kepada wajahnya.
" My life..is suck!" gumannya.
Danny melipatnya hingga menjadi kecil kemudian, kertas tersebut dia selipkan di dalam tasnya pada bagian yang paling dalam. Diapun memutuskan untuk pulang ke rumah.
" Aku pul...AANGG?!"
Begitu Danny membuka pintu rumahnya sebuah jala terlontar dan menangkap dirinya. Dannypun terguling dan meringkuk dengan jala yang memerangkapnya seperti ikan terjala.
" MOM! DAD!"
" Oh, kau rupanya, Danny!" kata Maddie Fenton. Segera mungkin, ibunya itu membenahi jala perangkap Fenton untuk membebaskan anaknya.
" Sudah berapa kali aku bilang, jangan pasang jebakan di depan pintu! Coba kalau Ratu Inggris yang berkunjung ke sini. Apa jadinya bila dia bertemu dengan jala kalian?" amuk Danny.
" Maaf, Nak. Kami kira ada hantu yang akan menyerang kami."
Sejak peristiwa invasi asteroid, orang tuanya yang telah mengetahui bahwa Danny Fenton adalah Danny Phantom malah membuat Danny semakin frustasi. Usut punya usut, orang tuanya masih sering salah dalam membedakan hantu mana yang menyerang dunia manusia maupun Danny Phantom sendiri.
" Sejak tadi, ada hantu di sekitar sini. Namun, detektor Fenton kadang bereaksi kadang juga tidak. Jangan tersinggung, Danny. Detektor ini sudah kami perbaiki agar tidak bereaksi kepadamu. Sial, kami kira ada hantu yang terang-terangan akan menyerang kami tak tahunya ternyata kamu yang pulang." Kata Jack.
Danny mengangkat alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres. Apa mungkin ada hantu yang memanipulasi gadjet hantu mereka. Hanya satu kemungkinan yang dapat melakukan pemanipulasian tersebut. Technus!
" Apa kalian sudah memeriksa seluruh ruangan?" tanya Danny.
" Ya. Hasilnya nihil." Kata Jack
" Akan kucek kembali." Danny meninggalkan ruang tamu dan menaiki tangga menuju lantai atas.
Setiap ruangan dia teliti. Memang tidak ada tanda-tanda akan keberadaan hantu. Namun, begitu dia melewati tangga menuju atap, ghost sensenya muncul. Danny menengadah ke tangga tersebut. Dia yakin benar bahwa ada hantu di atapnya. Pelan-pelan dia menaiki anak tangga tersebut dan menuju atap. Danny terperangah ketika mendapati ada sesosok gadis yang sedang berdiri diam di atap. Danny tersenyum. Dia merasa dia mengenal gadis itu.
" Lama tak berjumpa, Dani." Sapa Danny.
Gadis tersebut menoleh. Senyum Danny menghilang ketika mendapati bahwa gadis itu bukan Dani. Dari belakang memang mirip namun, ketika dilihat dengan seksama, gadis itu berbeda jauh dengan Dani. Ketika Dani mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, gadis itu membiarkan rambut hitamnya yang melewati batas bahu beberapa senti itu terurai. Gadis itu memakai kaos berwarna putih dengan lengan baju berwarna merah yang dipadukan dengan celananya yang bergradasi hitam hingga menjadi biru navy secara descending. Selain itu, dia mengenakan sepatu sandal gladiator sebatas mata kakinya yang berwarna hitam biru juga. Uniknya, gadis itu memiliki iris yang berbeda. Yang kiri berwarna biru dan yang kanan berwarna ungu yang sewarna dengan...Sam? Ya, gadis ini mengingatkan dirinya kepada Sam.
" Kau siapa?!" tanya Danny.
Gadis itu masih tinggal di dunia diamnya.
" Aku tanya kepadamu, KAU SIAPA?!" kali ini Danny mengeraskan suaranya.
" Ah, di sini kau rupanya, Ally."
Danny menoleh ke pintu masuk dan melihat Jazz muncul.
" Kau mengenalnya?" tanya Danny.
Jazz memutar bola matanya.
"Jangan konyol! Dia adalah sepupu kita."
Sepupu? Lagi? Danny merasa de javu.
