Disclaimer : Free! bukan punya saya ya. Bukan deh, beneran.

Warning : OOC.

"Kriiiiinggg..." Suara alarm menyambut pagiku, pagi yang cerah dengan sinar mentari hangat menembus celah tirai jendela kamarku. Akupun bergegas merapikan diri, bersiap menuju ke sekolah. "Semoga aku bertemu dengannya" gumamku.

Mentari pagi yang hangat, kicauan burung yang merdu mengiringi perjalananku menuju sekolah, tempat menyenangkan dimana aku bisa melihatnya, pria dengan wajah yang tenang, penuh kehangatan. Haruka-senpai.

"Gou-chan!" Suara itu membuyarkan lamunanku. Suara yang tidak asing di telingaku, suara yang sangat mengganggu. Aku menoleh ke arah suara itu, dengan wajah kesal.

"Sudah kubilang, panggil aku Kou!" Tukasku kesal.

Pria berambut blonde itu tersenyum lebar, senyum yang sangat mengganggu, menjengkelkan, membuat iritasi mata. Sialnya aku harus bertemu dengannya.

"Gou." Jawabnya singkat, dengan wajah sok polos yang bagiku terlihat sangat mengesalkan, membuatku ingin memukulnya keras.

"Kou! Bukan Gou! Tapi K-O-U! Nagisa-senpai!"

"Maa maa" ia tertawa kecil melihat ekspresi kesalku. "Ah, ohayou Gou-chan" ia menyapaku dengan senyuman lebar, selebar meja tenis, mungkin.

"KOU! Tsk- ohayou!" Jawabku dengan nada kesal. Berharap ia tidak memperpanjang obrolan ini, dan aku bisa segera menjauh darinya. Makhluk berwajah bayi yang menyebalkan ini.

"Ohayou Nagisa, Kou" sapa seseorang bertubuh tinggi, Makoto-senpai.

"Ah, ohayou Mako-chan!" Balas nagisa dengan wajah cengengesan.

"Ohayou senpai." Aku tersenyum kearahnya. "Tidak kusangka akan bertemu di jalan"

"Hm, kalian berangkat bersama? Apa kalian punya hubungan spesial?" Tanya makoto-senpai dengan nada bercanda.

"Hee?! Tentu tidak! Siapa yang sudi dengan makhluk aneh kekanak kanakan sepertinya!" Jawabku dengan nada tinggi. Aku memalingkan wajahku dari mereka berdua, sementara si bodoh itu justru tertawa bersama makoto-senpai. Pertanyaan bodoh macam apa itu? Semburat merah mulai muncul di pipiku. Aku mempercepat langkahku, menjauh dari mereka agar mereka tidak menyadarinya. "Sial..." Gumamku kesal.

….

Aku melihat keluar jendela, memandangi indahnya daun-daun yang berjatuhan. Terkadang sangat membosankan ketika berada di dalam ruangan yang disebut kelas. Aku ingin pergi ke klub renang, dimana banyak otot-otot menawan yang bisa dilihat. Lekukan-lekukan indah artistik yang sungguh indah.

"Kou-chan, ada yang mencarimu." Aku tersadar dari lamunan-aneh-ku.

"Eh? Siapa?" Tanyaku sedikit bingung. Tumben sekali ada seseorang yang mencariku sampai ke kelas.

"Entahlah, ada pria tinggi berambut merah menunggumu di ruang guru"

"Nii-chan? Untuk apa dia ke sini?" Gumamku. Aku bergegas menuju ruang guru. Entah setan apa yang merasuki kakakku, hingga ia repot-repot datang kemari. Mencariku hingga ke sekolah. Apakah ada sesuatu yang penting?

….

"Nii-chan?" Sapaku ke arah pria berambut merah.

"Yo!" Ia hanya membalas singkat. Deretan gigi hiunya terlihat jelas ketika ia bicara. "Besok aku akan pergi ke Australia. Aku ada perlu dengan guru renangku di sana. Untuk persiapan turnamen musim panas."

Sudah kuduga, yang ia pikirkan hanyalah tentang perlombaan. Bahkan ia sampai rela kembali ke Australia. Hanya demi kemenangan. Entah apa yang ada di dalam otaknya, aku rasa bentuk otaknya seperti pijakan di kolam renang.

"Hmph. Terserah kau saja." Aku menggembungkan pipiku, memberi tanda kalau aku merasa kesal. "Kau tidak menemui Haruka-senpai dan yang lain?"

"Tch.. Untuk apa? Baiklah, aku akan pergi sekarang, sampai jumpa." Ia pergi begitu saja. Dengan wajah dingin. Entah kenapa seperti ada yang mengganjal perasaanku. Ketika aku melihatnya berjalan menjauh. Aku mencoba untuk tidak peduli, toh dia juga tidak pernah peduli padaku.

Aku berjalan menyusuri koridor. Melangkah cepat, agar bisa segera duduk tenang di dalam kelas. Menikmati ketenangan daun-daun yang tertiup angin.

Jduagh...

Aku terjatuh, seseorang menabrakku dari belakang. "Sakiiiit..."

"A-ah, maaf! Kau baik-baik saja Gou-chan?" Tanya pria berambut blonde yang menabrakku.

"Kou! Tsk... Kau punya mata tidak sih?!" Entah apa yang ia lihat. Bagaimana bisa ia berjalan dengan begitu ceroboh hingga menabrakku? Dasar orang aneh.

"Eheheh... Maaf, aku sedang terburu-buru. Aku sedang mencari Rei-chan, apa kau melihatnya?" Ia bertanya sembari mengulurkan tangannya.

Refleks aku menepis tangannya. Siapa yang butuh bantuannya? Aku bisa berdiri sendiri. "Tidak, aku tidak melihatnya." Aku sibuk membersihkan pakaianku yang kotor. Berusaha menghindari untuk melihatnya. Ya, dia memang menyebalkan, namun terkadang terlihat begitu manis. Terlebih ketika ia melepas bajunya di kolam renang. Otot-ototnya yang menawan itu- Ah- sudahlah, apa yang kupikirkan?! Lagipula, siapa yang sudi dengan makhluk aneh kekanak-kanakan ini?! Haruka-senpai jauh lebih keren darinya.

"Yaah, sayang sekali ya. Ah, kau darimana?" Ia melihat kearahku dengan tatapan 'sok polos' nya.

"Bukan urusanmu." Jawabku ketus.

"Kau kenapa sih? Selalu saja marah-marah setiap bertemu denganku." Wajahnya terlihat sedikit sedih. Eh? Dia sedih? Apa aku tidak salah lihat? Dia... Terlihat sungguh manis.

"Kriiing" handphoneku berbunyi. Memecah suasana yang sedikit tidak aneh. Di layar tertera nama Nii-chan. Eh? Untuk apa dia meneleponku?

"Nii-chan?"

"Maaf, benar ini dengan Gou Matsuoka?" Suara yang terdengar bukan suara Nii-chan. Suaranya lebih tegas, dan sepertinya orang yang menelepon adalah orang yang sudah berumur. Dengan nada bicara yang formal.

"Ya be-benar. Ada apa? Kenapa anda menelepon dengan nomor Nii-chan?" Aku mulai gelisah.

"Pemilik Handphone ini baru saja mengalami kecelakaan, dan sedang dibawa ke Rumah Sakit. Kondisinya sangat Kritis. Saya hanya ingin menyampaikan itu."

Deg... Seketika badanku melemas. Kakiku seperti tak kuat lagi menahan berat tubuhku. Ini bukan mimpi kan? Aku terduduk lemas. Tanpa sadar, bulir-bulir air hangat mulai menetes dari mataku. Aku tak kuasa menahan diri. Menangis sejadinya.

"Gou-chan? Daijoubu?!" Nagisa-senpai terlihat begitu khawatir. "Gou-chan?! Gou-chan?!"

Entah apa yang ia katakan. Aku tidak bisa berkonsentrasi lagi. Seketika sekelilingku menjadi gelap. Dan aku sudah tak ingat lagi apa yang terjadi.