Malam itu, saat aku katakan yang sejujurnya kepadamu.
Tentang apa yang aku takutkan akhir-akhir ini.
Tentang apa yang selalu mengganggu pikiranku akhir-akhir ini.
Yang aku pikir, kita memang perlu membicarakannya.
Aku kira, kita akan baik-baik saja.
Aku kira, kita bisa membicarakannya baik-baik dan mencari solusi terbaik bersama.
Tapi, aku tidak menyangka.
Ternyata kau marah saat itu.
Aku tau, aku yang salah.
Ah, bukan. Bukan kau juga yang salah.
Tidak ada yang salah.
Tapi aku sempat menyesali keputusanku itu.
.
.
.
VKOOK
.
.
.
"Hyung, let's break up."
"Kenapa?"
"Yah, aku pikir sudah tidak ada yang perlu dilanjutkan lagi. Kau sibuk dengan urusanmu, dan aku di sini selalu menunggu. Awalnya aku coba untuk tidak percaya omongan orang lain. Tapi semakin ke sini, aku sudah mulai ragu."
"Itu artinya kau tidak percaya padaku dari awal Kook."
"Bukan begitu."
"Terserah Kook. Aku lelah."
"Baiklah. Terimakasih."
.
.
.
Aku pikir, setelah aku mengatakannya kita akan baik-baik saja.
Kita bisa berperilaku seperti biasa.
Ternyata tidak.
Bahkan sekarang, kita tidak mengatakan apapun.
Aku juga sakit di sini.
Dan ku pikir-pikir lagi.
Aku hanya terhasut oleh omongan teman-temanku tentang kejelekkanmu.
Yang aku tidak tau, apa itu benar atau tidak.
.
.
.
Sejak saat itu.
Aku putuskan, aku tidak akan mempercayai mereka lagi.
Aku hanya bercerita pada Hoseok-ie hyung.
Saat aku putus denganmu, dialah tempat curhatku.
Dia yang menasehatiku.
Bahwa apa yang aku lakukan memang salah.
"Tidak semua lelaki seperti itu Jungkook-ie."
Katanya saat itu, saat aku memberitahunya alasan aku ingin putus denganmu.
Dan aku menyesal atas apa yang aku katakan malam itu padamu.
.
.
.
Sejak saat itu, aku masih selalu berpikiran tentangmu.
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri.
Apa kau sudah makan?
Apa kau sudah pulang kuliah?
Apa kau sudah mandi?
Apa kau sedang mengerjakan tugas kuliah?
Apa kau sedang begadang bermain game?
Dan sampai saat ini, aku tidak tau jawabannya.
Dan tak akan pernah tau, lagi.
.
.
.
"Hoseok-ie hyung, aku merindukannya. Jinjja! Aku ingin menyapanya. Aku ingin memberinya pesan lagi. Oh jinjja! Aku bisa gila hyung jika begini terus. Aku benar-benar merindukannya."
"Tidak Jungkook-ie. Jangan. Jangan lakukan apapun. Lupakan dia."
.
.
.
Setiap aku melakukan sesuatu, aku pasti mengingatmu.
Namamu masih tergambar jelas di kaca lemari kamarku.
Ah itu, tulisan tanganku saat pertama kali kita menjadi sepasang kekasih.
Konyol, memang.
Itu aku lakukan, karena saat itu aku sangat bahagia bisa menjadi kekasihmu.
Sekarang.
Aku ingin menghapusnya.
Tapi hatiku masih ragu.
Aku masih berharap padamu.
Itu kenyataannya.
Aku tau, kau di sana pasti berpikir untuk balas dendam.
Tak apa, aku berhak mendapatkan karmanya.
Karena seharusnya aku tidak menyia-nyiakan seseorang yang setia.
Setia itu mahal.
.
.
.
Malam ini, adalah titik terpuncakku.
Aku benar-benar merindukanmu.
Aku ingin menangis rasanya.
Aku selalu menyesal setiap mengingatnya.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku bingung sekarang.
Sangat.
Aku ingin menyapamu.
Tapi di sisi lain Hoseok-ie hyung tidak memperbolehkanku.
.
.
.
Dan aku memutuskan.
Aku akan memberimu pesan.
Saat ini.
Aku benar-benar ingin melakukannya.
.
.
.
To : Taehyung Hyung
From : me
Msg : Hyung
.
.
.
Hanya itu yang aku tuliskan.
Aku tidak tau harus memberimu pesan seperti apa.
Aku terlalu pengecut untuk berkata padamu bahwa aku merindukanmu.
Tapi.
Malam itu, kau tidak membalas chatku.
Aku pikir, kau memang benar-benar marah padaku.
Dan aku menyesal untuk kesekian kalinya.
.
.
.
Esoknya, kau tetap tidak membalas pesanku.
Dan sejak saat itu, aku memutuskan untuk benar-benar melupakanmu.
Aku akan melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita.
Tidak mudah, memang.
Tapi aku akan berusaha.
Berusaha sekuat tenaga.
Dan mencoba untuk melihat depan.
Tidak melihat ke belakang lagi.
Ke arah kau berada.
.
.
.
Hari yang ku lewati sangat berat.
Aku mencoba melakukan apa saja agar aku tidak teringat padamu.
Selalu mencoba menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah.
Bahkan aku mengikuti club dance lagi, padahal sebelumnya aku telah keluar karena aku pikir aku sudah dewasa.
Aku juga mengiyakan ajakan teman-temanku untuk hangout.
Padahal di hari biasanya aku sangat malas, aku lebih suka tidur omong-omong.
Kau tau itu kan.
Aku melakukan semuanya.
Agar aku bisa melupakanmu.
.
.
.
Hari esoknya, siang hari.
Aku baru sempat membuka handphoneku.
Setelah beberapa saat melakukan kegiatan yang tidak terlalu penting, yang aku harap agar bisa mengalihkan pikiranku tentangmu.
Ternyata kau membalas pesanku.
Ahh, baru kau balas tadi pagi tepatnya.
Aku sedikit senang.
Mungkin.
Aku masih berharap padamu.
Tapi kau membalas dengan kata yang tidak aku harapkan.
Sangat tidak aku harapkan.
Dan aku menyadari, bahwa kau benar-benar sudah tidak mengharapkanku lagi.
Itu membuatku sadar.
Bahwa aku harus mundur.
Bahwa aku tidak boleh berharap padamu lagi.
Bahwa aku harus melupakanmu.
Bahwa tidak seharusnya aku menyesali kejadian malam itu.
Dan juga, bahwa kau tidak pantas untuk aku pertahankan lagi.
Mulai saat itu, aku memutuskan.
Untuk melupakanmu.
Selamat tinggal Taehyung hyung.
.
.
.
END
.
.
.
Apa ini?
Hehehehe, lagi baper akutu.
Gak jelas ini emang, heuheu.
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membacanya, hehehe.
Btw, Selamat Berpuasa bagi yang melaksanakan.
Annyeong^^
