Good Day

(IU – Good Day)

Entah mengapa langit terasa lebih biru hari ini, mungkin langit sedang berpihak padaku. Karena, saat ini dengan pakaian yang menurutku bagus ini aku berniat pergi mengunjungi tempat kerja dari 'calon' kekasihku. Ia memiliki wajah yang tampan, badan yang sehat, dan juga otak yang pintar. Tapi, hanya satu kelemahannya.

He is too mean.

Sudah hampir 2 bulan aku selalu mengunjungi Toko Musik 'Sowon', tempat Byun Baekhyun bekerja, ya si lelaki yang aku sukai itu bekerja disana. Ia bekerja sebagai pegawai biasa disana. Aku tak tahu mengapa dengan wajah seperti itu ia bisa bekerja di toko music seperti ini, bukannya ia bisa bekerja di tempat yang lebih baik lagi?

Entahlah mungkin karena ia terlalu menyukai music jadi asal pekerjaanya berhubungan dengan music, ia terima – terima saja. Dengan membawa anak kucing di lenganku, sebenarnya aku dari Klinik Hewan dengan 'Bongbongie', jadi ia kini berada bersamaku.

"Selamat datang,"

Seru sebuah suara yang sudah sangat kukenal, ya itu adalah suara Byun Baekhyun.

"Hai, Baekhyun-Hyung," sapa Jongdae sambil tersenyum tipis pada Baekhyun, Baekhyun yang awalnya tersenyum menyambut pelanggannya itu dengan cepat merubah ekspresinya.

"kau kemari lagi, Jongdae?,"

"Ya, aku ingin masih memikirkan ingin membeli gitar seperti apa,"

"Ini sudah dua bulan sejak kau ingin membeli gitar. Jangan-jangan kau belm mempunyai uangnya ya?,"

"Err entahlah mungkin saja. ohya apakah ada desain gitar yang baru?,"

"Kau bisa melihatnya sendiri di tempat biasa, bocah,"

"baiklah, terima kasih Hyung."

Nada bicaranya selalu datar saat berbicara padaku, awalnya tidak ko, tapi entah mengapa setelah beberapa kali aku kesana sikap aslinya mulai terlihat. Terkadang aku sakit hati saat ia bersikap begitu manis terhadap para pelanggannya dan juga akan bersikap lebih manis jika pelanggannya itu seseorang yang menurutnya menarik.

Sambil menelusuri gitar-gitar itu, aku memandangi Baekhyun yang sedang asik berbincang dengan seorang wanita berkulit putih, wanita itu sangat cantik. Apakah Baekhyun menyukainya?

"Kau mencari sebuah tamborin?," Tanya Baekhyun sambil memerlihatkan senyum manisnya, sedangkan wanita yang ada dihadapannyapun tersenyum manis sambil menganggukan kepalanya,

"Iya, apakah ada?," jawab wanita itu, Baekhyun pun tertawa setelah mendengar jawaban pelanggan cantik dihadapannya itu,ia berpikir tentu saja ada Tamborin di toko alat musiknya, jika tidak ada ia merasa malu untuk meneruskan pekerjaannya ini.

Sambil terus tersenyum , baekhyun pun menuntun pelanggan wanita itu ke rak yang berisi beberapa Tamborin yang sialnya sangat dekat dengan Jongdae yang masih setia berdiri sambil memperhatikan interaksi keduanya.

"Aku rasa warna merah cocok denganmu," suara itu membuat dada Jongdae berdesir, Jongdae bermimpi bagaiman jika setiap hari Baekhyun memanggilnya dengan nada seperti itu bukannya nada datar cenderung ketus.

"Aku juga berpikir begitu, ah terima kasih telah membantuku, eeh siapa namamu?,"

"Baekhyun, Byun Baekhyun, dan That's my pleasure untuk membantumu,"

"Ya, Terima kasih Baekhyun,"

"Dan namamu adalah..?,"

"Jung Chaeyeon,"

"Nama yang indah,"

"terima kasih."

Dengan hati dongkol Jongdaepun keluar drai toko music itu, sambil mengelus kepala BongBongie, Jongdae keluar tanpa pamit pada Baekhyun tidak seperti biasanya. Ia menundukkan kepalanya dan pergi keluar begitu saja, tanpa tahu saat ia melewati baekhyun dan Chayeon, Baekhyun memperhatikannya hingga tubuh kecilnya sudah hilang dibalik pintu keluar itu, kerutan muncul di kening Baekhyun, hingga akhirnya iapun tidak ambil pusing dengan sikap Jongdae yang tadi.

.

.

.

"Jongdae pulaang,"

Teriak Jongdae sambil membuka sepatunya, iapun menemukan kedua kakaknya sedang menonton film di laptop miliknya, ia tidak marah, untuk apa marah saat barangmu digunakan oleh keluargamu sendiri.

"Kau darimana saja, dae?," Tanya kakak tertuanya, Minseok,

"Aku dari klinik memerika BongBongie, lalu ke toko music Sowon,"

"Menemui Baekhyun lagi?," Tanya Joonmyeon, kakak keduanya,

"Iya, tapi tidak ada yang berubah, Hyung,"

"Bersemangatlah."

Setelah melepaskan BongBongie di rumahnya itu, akhirnya Jongdae pun pergi kekamarnya, ia berdiri di depan kaca seluruh tubuh itu, memerhatikan pakaian yang sedang ia kenakan.

"Apakah pakainku terlalu kuno?,"

"Apakah baju berwarna kuning ini begitu jelek?,"

"Apakah celana jeans hitam ini terlalu jelek?,"

"Apa ada yang salah denganku hari ini?,"

"Ya, Kim Jongdae. Mungkin masalah terbesarmu berada wajahmu itu."

Helaan nafas terdengar begitu jelas keluar dari mulut Jongdae, hingga akhirnya Jongdae-pun menuju kasurnya, sambil mengambil sebuah celengan bergambar not balok.

Dengan tergesa Jongdae mengeluarkan semua uang yang berada di dalam sana, ia mulai menghitungnya, awalnya uang itu akan ia gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun untuk seluruh keluarganya, tapi setelah melihat Baekhyun, Jongdae menghilangkan niatan awalnya, dan kini ia akan menggunakan uang itu untuk membeli gitar di tempat Baekhyun bekerja, walaupun Jongdae tidak tahu dan tidak ada niat untuk memainkan alat music itu.

Sambil menghitung uang-uangnya, iapun mengingat kembali saat pertama kali melihat Baekhyun.

Saat itu ia disuruh mencari bagaimana bentuk 'garputala' karena saat pelajaran Seni hari kemarin ia membolos dengan Sejeong, sahabat Aliennya, yak arena Kim Sejeong bukanlah seorang manusia, dan itu sudah dibuktikan.

"gara-gara Sejeong, aku harus mencaritahunya," gerutu Jongdae sambil memasuki toko music itu, suara seorang lelaki mengalihkan pandangannya, disana ia melihat seorang lelaki jangkung dengan rambut hitam dan kemeja putih berdiri disana dan tersenyum dengan manis kearahnya. Jongdae merasa waktu berhenti saat itu juga, hingga akhirnya lelaki itu yang ia ketahui bernama Baekhyunpun, menuntun Jongdae untuk memerlihatkan bentuk Garputala. Dengan mata yang bersinar-sinar Jongdae terus melihat ke wajah Baekhyun. Hingga semuanya buyar saat baekhyun memarahinya karena Jongdae dianggap tidak sopan oleh Baekhyun.

Jongdae meminta maaf sambil membungkukkan badannya pada Baekhyun, hingga kejadian terus menatap Baekhyunpun berulang hingga dua bulan lamanya.

Sikap Baekhyun terhadap Jongdae sedikit demi sedikit mulai berubah, ia tidak terlalu ramah bahkan ia begitu kejam terhadap Jongdae.

Baekhyun menatap Jongdae sebagai seorang siswa sekolah yang sangat ingin membeli giat tapi tidak punya uang dan Baekhyun menanggap bahwa cara Jongdae menunjukan rasa tertariknya pada BAekhyun terlihat kampungan.

Tapi, Jongdae tidak pernah tau itu.

.

.

.

"Mari buat 'sesuatu', Dae," seru Sejeong sambil dudk dihadapan Jongdae diatap sekolah mereka,

"sesuatu apa?,"

"Apa kau tidak lelah?,"

"lelah? Tentu saja.. hatiku lelah tubuhku lelah..,"

"Maka dari itu kita buat perjanjian, bagaimana?,"

"Iya perjanjian apa Kim Sejeong?,"

"Bagaimana jika minggu pagi kita berdua kesana, ke Sowon, lalu uang yang kau kumpulkan sudah cukup untuk membeli sebuah gitar kan?,"

"Iya sudah cukup, lalu setelah itu apa?,"

"Kita tes bagaimana sikapnya terhadapmu setelah kau berhasil membeli gitar di tokonya. Bagaimana?,"

"Apakah akan berjalan dengan benar?,"

"Percayalah padaku. Dan mungkin saja setelah kau membeli gitar itu sikapnya berubah kembali,"

"Ku berharap,"

"Semangatlah wahai bangsa Alien-ku,"

"Aku bukan Alien sepertimu, Kim Sejeong,"

"Aigoo Aigoo Aigoo, anak kucing milk Sejeongie marah~,"

"Diamlah,"

"Baiklah, aku selalu mendukungmu, Dae,"

"Terima kasih, Jeongie."

Dengan niat yang bulat Jongdaepun sudah memakai baju sebagus mungkin untuk pergi ke Sowon bersama Sejeong, Sejeong menunggunya di depan toko Sowon, Sejeong terlihat mengenakan pakaian yang hampir sama dengan Jongdae. Hingga saat suara loceng berbunyi, ia mendengar suara Baekhyun kembali.

"Selamat dat—Kau lagi Dae?,"

"Ah Halo, Baekhyun-Hyung, aku kesini ingin melihat gitarnya lagi,"

"Kau tahu tempatnya, Dae. Dan nona apa ada yag bisa kubantu?,"

"Tidak usah aku datang kemari bersama Jongdae,"

"baiklah kalau begitu, jika kau membutuhkan sesuatu panggil dan cari aka saja, ya?,"

"Ya, Terima kasih."

Nada bicara Baekhyun kembali berbeda saat berbicara dengan Jongdae dan Sejeong, Sejeong yang mendegarnya secara langsungpun merasa kaget dan mulai merasa dongkol dengan sikap Baekhyun.

Saat sudah dihapan gitar-gitar itu, Jongdae memegang sebuah gitar dengan warna hitam,

"Kau yakin bisa membelinya?," suara BAekhyun kembali terdengar, Keduanya pun membalikkan badan mereka dan kini sudah melihat Baekhyun berjalan kemereka,

"Ya, Hyung," jawab Jongdae sambil tersenyum dan semburat merah muncul dipipinya,

"Kau tahu, gitar itu terlalu baus dan terlalu mahal untuk bocah sepertimu,"

…,"

"Lagipula mana bisa bocah ingusan sepertimu membeli peralatan music di tokoku,"

"…,"

"Aku juga tahu kau kemari karena hanya ingin bertemu denganku bukan? Bukannya meyakinkan diri untuk membeli gitar,"

"…,"

"Mengaku sajalah Jong, aku juga tidak akan marah. Tapi, jika aku boleh jujur, aku muak melihat wajahmu setiap hari, berlagak seperti seseorang yang benar-benar menyukai gitar tapi kau pembohong Dae,"

"…,"

"Aku juga merasa risih diperhatikan terus olehmu, jika kukatan dengan lantang; Aku membencimu Kim Jongdae,"

Lelehan air matapun keluar dari mata cokelat Jongdae, sambil mengepal kedua lengannya, Jongdaepun mulai mengambil giat yang terlihat sangat biasa, dan pergi meninggalkan Baekhyun dan Sejeong yang masih tidak mengerti apa yang terjadi.

"Berapa harganya, Tuan?," Tanya Jongdae sambil terisak didepan seorang lelaki tua yang berdiri di balik kasir itu,

"30.000 Won," jawabnya Jongdaepun mengeluarkan uang yang ia simpan disaku belakang celananya, Uang itu terlihat kusut, tentu saja uang tabungan kaleng. Si lelaki tua itupun mulai menerimanya dan membungku gitar Jongdae, setelah selesai Jongdaeoun, meamnggil Sejeong dan langsung pergi dari sebuah tempat yang kan diingat Jongdae sebagai tempat terburuk dihidupnya.

Apakah Jongdae semenjijikan itu, sampai-sampai Baekhyun berkata begitu kasar pada Jongdae. Kini Jongdae tersadar mengapa nada bicara BAekhyun selalu berbeda saat dengannya. Ia merasa jijik pada Jongdae. Masih dengan air mata yang terus keluar, Jongdaepun berjalan ke sebuah taman yang tak begitu jauh dari rumahnya. Ia diam didepan sebuah sungai buatan, ia tidak tahu perasaan apa ini, yang pasti ia saat ini hanya ingin menangis dan terus menangis. Menyesali kebodohannya karena menyukai Byun Baekhyun, menyesali kelakuannya yang dianggap menjijikan oleh Byun Baekhyun, menyesali mengapa ia harus bertemu Byun Baekhyun.

.

.

.

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian menyakitkan itu, kini Jongdae tidak pernah mengunjugi toko Sowon lagi, bahkan ia rela memutar arah pulangnya agar tidak melewati toko Sowon. Jongdae memang mencoba untuk kembali menjadi Jondae yang dulu, dan untungnya teman-teman dikelasnya pun mau membantunya untuk bersemangat kembali.

Berbeda dengan Baekhyun, dihari pertama ia biasa- biasa saja, hingga akhirnya saat beberapa Hri Jongdae tidak kembali atau melewat di depan tokonya lagi, membuat Baekhyun merasa seperti ada yang kurang. Ia juga sedikit menyesal telah berkata seperti itu pada Jongdae, tapi mau apa boleh buat, Nasi telah menjadi bubur.

Setiap lonceng itu berbunyi, Baekhyun selalu berharap bahwa Jongdae kembali ke tokonya, tapi yang ia dapatkan hanya pelanggan lain, Baekhyun merindukan senyum kucingnya.

"Harusnya aku meminta nomor teleponnya saat kemarin-kemarin," sesal baekhyun lalu mengganti seragam pekerjaannya dengan sebuah hoodie hitam dan juga celana jeans sobek-sobek. Ia telah berpamitan dengan lelaki yang berdiri dibelakang kasir, baekhyun memang memutuskan untuk pulang lebih dahulu, tapi saat ia berjalan menuju halte bus, ia melihat sesosok Jongdae yang berada didalam sana, dengan tergesa Baekhyunpun berlari menuju halte terdekatnya, ia segera masuk dan akhirnya menemukan Jongdae di bangku belakang dengan masih mengenakan seragamnya dan juga membawa gitar yang Baekhyun yakini Jongdae beli ditempatnya.

Baekhyunpun berjalan ke bangku belakang, mungkin Jongdae tidak menyadarinya bahkan sampai Baekhyun duduk disebelah Jongdaepun, Jongdae tidak menyadarinya. Harusnya Baekhyun pulang dengan mobil pribadinya yang ia titipkan di café didekat toko Sowon, tapi karena terlanjur melihat Jongdae, ia memutuskan untuk mengikutinya. Walaupun saat itu ia bialng ia muak melihat wajah Jongdae, nyatanya wajah itu membuat ia menjadi lebih rindu padanya. Baekhyun bara sadar bahwa bulu mata Jongdae sangatlah lentik, dan Baekhyun baru menyadari bahwa Jongdae sangatlah terlihat cantik dari arah dekat seperti ini.

"Aku Mencintaimu Kim Jongdae,bukan Membencimu."

Seketika Jongdaepun mengalihkan pandangannya pada orang sbeelahnya, ia begitu terkejut melihat Baekhyun berada disana, apalagi ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Baekhyun,

"Apa maksudmu?,"

"Aku Mencintaimu, jadilah kekasihku, bocah."

.

.

.

THE END

Gantung? Enggak ko, jadi sebenernya baekhyun udah suka sama Jongdae tapi ia kesel sama sikap 'malu-malu' Jongdae, hingga karena sikapnya yang 'jahat' kata-kata itu keluar itu aja dari mulut Baekhyun, dan kini Baekhyun yang ngejar-ngejar Jongdae bukannya sebaliknya seperti diawal.