Disclaimer: I own nothing but the story.
Baekhyun menekuk wajah sepanjang perjalanannya siang ini. Lelaki yang hobi menggambar dan bernyanyi itu terpaksa keluyuran sendirian karena sahabat karibnya, Kyungsoo, tidak bisa menemani beralasan klasik.
Do_ky 'Baek, kau tau kalau aku dibebani sebagai tutor matematika untuk Jongin selama liburan musim panas kan? Jadi jangan kaget saat mengetahui aku tidak muncul di subway nanti'
BBH_04 'Demi Tuhan, Kyungsoo-ya! Kau seharusnya ngasih tau lebih cepat dong!'
Do_ky 'Kau seharusnya sadar lebih cepat dong'
BBH_04 'Tutor ndasmu, kalian pasti kencan kan?!'
Pengkhianat.
Ditambah gerutuan tak jelas menghiasi mulut semenjak pesan terakhirnya tak dibalas. Siapa sih yang tidak kesal kalau janji yang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari harus batal begitu saja? Terlebih lagi gagal saat hanya kalian seorang yang menepatinya?
.
.
Can I take a pic of you?
Chanbaek pairing
WARN: Sho-ai, BL, Yaoi
Sorry for typo(s)
.
.
Baekhyun dua ratus persen sedang dalam mood buruk.
Ia menelusupkan kedua tangan pada kantong celana dan menendang kerikil di tepi trotoar. Jari telunjuknya bergerak membesarkan volume lagu yang tersalurkan melalui earphone. Biar saja telinganya sakit, ini salah satu caranya untuk melampiaskan rasa marah. Padahal ia sangat menantikan hari ini.
Sepasang sahabat berbagi fakta sama-sama pendek itu juga memiliki hobi yang sama, sering membuat lirik lagu di waktu senggang ditemani Jongin sebagai pendengar setia suara merdu mereka. Di waktu lain, mereka berdua sama-sama suka menggambar. Entah itu realis atau kartun, tergantung pencerahan yang didapat. Kyungsoo adalah tipe yang suka menggambar kartun sementara Baekhyun lebih suka menggambar realis.
Dan hari ini seharusnya menjadi waktu mereka berdua mencari inspirasi.
Biasanya orang yang suka menggambar lebih suka sendirian saat mencari ide. Namun mereka lebih suka berdua dan berbagi pendapat, meski ujung-ujungnya saling sarkas karya.
Baekhyun juga punya kebiasaan buruk yang dicap Kyungsoo sebagai tindakan nekat. Ia akan meminta foto orang secara blak-blakan yang menurutnya sangat indah untuk digambar. Tidak peduli itu orang asing sampai guru killer di sekolah—yang penting memunculkan niat menggambarnya. Ia kadang tidak tahu privasi sampai menakuti orang dengan obsesinya meminta foto. Jadi Kyungsoo adalah pawangnya untuk menahan diri.
Namun kali ini, di hari pertengahan musim panas, di tempat ramai sekitar toko-toko berderet panjang, dipenuhi orang asing yang menarik minat gambar, Baekhyun tidak punya rantai yang menahannya.
Dan itu bisa jadi bahaya.
Pandangannya beredar dari ujung kiri ke ujung kanan bolak-balik. Beberapa kepala di antara kerumunan manusia sempat menarik perhatiannya. Namun karena cuaca terik keburu membuatnya tidak betah, ia tidak berpikir dua kali untuk berjalan cepat melewati calon-objek-fotonya. Ia menggerutu dalam hati seperti anak gadis diputusin pacar—saking kecewanya tidak bisa melaksanakan hobi.
Baekhyun agak menyesal menggunakan kaos lengan panjang di pertengahan musim panas. Dengan gerah ia menggulung lengan kaos sampai siku sambil berjalan cepat menuju toko buku dan ATK terkenal yang dihapal kakinya. Begitu melewati pintu kaca, pemandangan rak-rak buku dan keperluan alat tulis menyapanya dengan hangat. Tidak peduli berjalan sendirian, Baekhyun tidak bisa menahan semangat jika memasuki toko favoritnya. Ia langsung menuju deretan rak yang menyimpan alat-alat gambar.
Ia berdiri di depan jajaran drawing pen berbagai ukuran layaknya anak anjing di penitipan yang melihat majikan datang—alias excited. Tangannya bergerak mengambil berbagai merk untuk dibandingkan seperti biasanya lalu bergeser ke rak sebelah yang dipenuhi pensil warna. Sibuk sendiri sampai matanya menangkap objek yang menarik perhatian. Tangannya meletakkan kembali pensil warna yang diambil ke tempat semula. Semuanya menjadi tidak penting saat ia menemukan hal untuk dipotret. Napasnya tertahan seketika meski dadanya menggebu menginginkan sesuatu.
Yap. Ia menemukan orang yang bagus untuk menjadi model gambar.
Dibalik dinding kaca yang tembus pandang itu menampilkan area toko sebelah, yaitu toko cd original dan alat musik. Jauh menembus kaca, ada seorang lelaki yang posturnya tinggi, di bahunya tersampir tas gitar, rambutnya dicat sewarna mata pisau, hoodie merah ceri dan celana jins hitam sobek-sobek sedang melihat-lihat cd original.
Rahang Baekhyun jatuh ke bawah dengan mata yang melebar.
HE IS TOO PERFECT TO DRAW BUT TOO HANDSOME TO BE A REAL PERSON!
Tangannya segera mencari ponsel pintar. Meraba kantong perlahan-lahan, matanya masih tak berpaling dari objek menawan sampai getar android itu menyentaknya dari angan-angan sekaligus membuatnya nyaris sawan. Pesan masuk tertera nama Kyungsoo. Ia membukanya secepat kilat.
Do_ky 'Kalau definisi kencan menurutmu itu diisi omelan karena partnermu tidak paham juga materi diferensial, tebakanmu benar'
Baekhyun melupakan sepenuhnya rasa kesal karena insiden rencana batal. Pikirannya terfokuskan pada objek baru. Ia segera mengetik pesan balasan—berhubung sohibnya masih online—sambil ditekan kuat-kuat seperti menulis password akun yang salah berkali-kali.
BBH_04 'Kyungsoo-ya~! Aku menemukan maha karya!'
Do_ky 'Teori kencan tadi kau sebut maha karya? Kau sudah korslet rupanya'
BBH_04 'Aku harus memfotonya sekarang juga!'
Do_ky 'Oh… oh Baek, astaga, JANGAN mulai'
BBH_04 'DIA TAMPAN SEKALI, AKU HARUS MENGGAMBARNYA'
Do_ky 'Baek, itu tempat umum! Jangan menakuti orang!'
BBH_04 'AKU HARUS MEMINTA FOTONYA'
Lalu Baekhyun mengunci ponselnya dan mengembalikan ke tempat semula. Sengaja tidak menunggu balasan Kyungsoo lagi—yang diyakininya berisi ceramah—karena tidak ingin membuang waktu.
Ekspresinya berubah menjadi kecewa tidak sampai sedetik kemudian ketika mendapati sosok yang dicari di tempat tadi menghilang ditelan dimensi. Ia hampir menganggap maha karya yang dilihatnya cuma imajinasi belaka karena kepalanya panas terpanggang matahari di luar sana sebelumnya. Ouw, sepertinya tokoh utama kita yang satu ini kehilangan kesempatan emas.
Let's press F together for our fallen friend; Byun Baekhyun.
Ia mengambil pensil warna dan drawing pen yang dicampakkannya tadi dengan lesu. Memilih kuas dan mengambil satu set cat akrilik selanjutnya dilakukan dengan tidak berhasrat juga. Ekspresinya berubah lagi ketika melihat mas-mas penjaga rak bagian sekumpulan komik. Garis wajah yang tegas, mata tajam dan bahu proporsional itu menarik minatnya. Earphone dilepas paksa dan dipendam asal ke saku celana. Ia melangkah dengan penuh semangat.
"Permisi…"
Lelaki berseragam itu menatapnya ramah, "Ada yang bisa saya bantu?"
Kedua mata Baekhyun berbinar seperti anak kecil dibelikan es krim, tangannya sudah siap menggenggam ponsel. "Ada. Mas bisa berdiri diam di sana untuk kuambil fotonya?"
Ramah tamah luntur seketika saat alisnya bertaut bingung. Ekspresinya meneriakkan pertanyaan—ini orang kenapa yak, masih waras kan?
Baekhyun meletakkan barang yang siap dibelinya ke sela kosong di rak lalu memperagakan sesuatu dengan tangannya. "Bahu yang bidang dan tegap itu cocok menjadi model gambar. Ah ya, aku hobi menggambar dan sering meminta foto orang-orang yang menarik minat. Jadi… Kalau tidak keberatan, apa boleh aku mengambil foto? Sayang sekali kalau rahang tajam itu tidak diabadikan!"
Wajahnya memerah perlahan, malu dipuji seperti itu. "O-Oh kalau itu memotivasi anda, boleh saja kok." ucapnya dengan suara pelan. Masih tidak menyangka ada orang asing di tempat kerja tiba-tiba meminta fotonya.
Senyuman Baekhyun bertambah lebar penuh kepuasan. Ia mengaktifkan kamera dan mengambil gambar secepat mungkin. "Terima kasih…" matanya memicing untuk membaca badge nama penjaga itu, "..Sehun-ssi! Aku yakin hasil sketsa nanti akan terlihat keren. Kalau ada kesempatan lain, aku akan memperlihatkannya."
Sehun tersenyum kaku, rona di wajahnya tambah pekat. "A-Ah ya… semoga berhasil menggambarnya."
Baekhyun mengangguk semangat dan menebar senyum sekali lagi sebelum balik kanan bubar jalan. Otaknya secara otomatis menciptakan refleksi Kyungsoo yang tengah menatapnya dia-bukan-temen-saya ditambah ocehan 'kau malu-maluin tau' khas dirinya.
Ha! Masa bodoh.
Tak ada lelaki bermata bulat itu, maka tak ada rantai yang menahan Baekhyun melakukan hobinya. Ia melangkah menuju kasir dan tengah mengeluarkan dompet sambil berpikir betapa sayangnya jika ia tidak mendapat foto si maha karya ketika ekor matanya menangkap objek lain lagi.
Oh God
APA INI TAKDIR?
Ia hampir menjatuhkan lembaran uangnya ketika menoleh untuk memastikan keberadaan lelaki tinggi itu. Dan memang benar, sosok yang disebutnya maha karya itu tengah berdiri di depan jajaran buku best seller dua bulan terakhir. Menerima kantong belanjaannya, ia berjalan menepi ke dekat sana dengan perlahan namun juga tak sabar. Sepasang matanya tak bisa lepas dari warna rambut yang mengkilap ditimpa sinar lampu dalam ruangan. Pasti keren sekali kalau ia berhasil melukisnya.
Auuuuuhh
Ini obsesi menggambar apa jatuh cinta pada pandangan pertama?
Intinya, Baekhyun harus mendapatkan foto lelaki itu!
Seharusnya ia bisa langsung menghampiri orang asing dan meminta fotonya tanpa urat malu—seperti yang baru saja dilakukannya hampir tak ada dua menit yang lalu. Tapi kali ini, entah karena objeknya berbeda dari yang lain atau dia sungguhan jatuh cinta makanya malu sampai tidak sanggup bicara. Hmmm. Sepertinya kedua opsi sama-sama benar.
Tidak menyerah karena rasa malu, ia mengambil ponsel dan segera menekan ikon kamera. Memastikan flash tidak dalam keadaan menyala, ia menarik napas menyiapkan diri. Ponsel itu diangkat, dirinya membelakangi objek foto sampai terlihat seperti dia sendiri yang tengah mengambil selfie. Meski diam-diam mengikutsertakan orang di belakangnya.
Ckrek!
Dengan cepat ia menurunkan ponsel dan melihat hasilnya.
Ia mendesah lega, tanpa sadar menahan napas sebelumnya. Senyuman lebar menghiasi wajahnya mendapatkan hasil memuaskan figur objek dari samping. Ia terkekeh sendiri sampai kedua matanya menyipit membentuk eye smile karena aksi diam-diamnya menghasilkan apa yang diinginkan sampai sebuah suara merasuki telinganya.
Ckrek!
Baekhyun mengerutkan dahi.
Loh? Bukannya itu suara jepretan kamera?
Ia menoleh ke sumber suara. Hal pertama yang dilihatnya membuat detakan jantungnya berhenti nol koma sekon. Kamera belakang ponsel menghadap ke arahnya, wajah seseorang yang mengambil gambar tertutup badan elektronik itu. Tapi dari penampilannya saja, Baekhyun tahu. Kilauan mahkota silver dan hoodie merah ceri.
Sosok maha karya itu baru saja mengambil fotonya!
Wajah Baekhyun memerah parah. Apa lelaki itu tahu aksi diam-diam Baekhyun dan membalas dengan memfotonya juga atau….
Kemudian ponsel diturunkan, wajah tampan itu terlihat jelas. Senyum ramah terpampang dan satu tangan yang bebas memberikan gestur menyapa padanya.
SERIUSAN ITU SENYUM BUAT BAEKHYUN? DISAPA JUGA?
AAAAaaaAaAAaaaaaAAA—!
"...Hai, tidak masalah kan aku memotretmu?"
Mulut Baekhyun terbuka, megap-megap seperti ikan ditarik pancingan keluar dari air. Agak memalukan, tapi, hei, apa lagi yang bisa diekspresikan sebagai bentuk syok luar biasa? Ia mengangguk dengan gerakan paling kaku seumur hidup—jauh jauh jauh lebih kaku dari saat pertamanya tampil di pensi sekolah dua tahun yang lalu.
Si rambut silver itu mendekat, berdiri di hadapannya. "Maaf kalau terkesan tidak sopan, tapi aku suka memfoto objek yang menginspirasiku menulis lagu…" lalu terkekeh pelan seperti geli dengan kalimatnya sendiri.
Aku juga terinspirasi menggambar oleh wajah tampanmu!—cuma berani diungkapkan dalam hati.
Lelaki itu melanjutkan, "Tapi kalau boleh jujur, pengecualian untukmu. Memfotomu tadi sepertinya buat memenuhi hasratku saja. Maksudku, ekspresimu tadi cute sekali sampai tanganku bergerak sendiri menekan ikon kamera."
Baekhyun menginjak kakinya sendiri di bawah sana untuk menyadarkan apakah ini rekayasa otaknya atau mimpi atau apapun itu yang bersifat tidak nyata. Masih belum percaya juga, kaki kanannya bergerak menendang mata kaki kiri dengan cepat. Akhirnya tersadar, nyut-nyutan di mata kaki dan senyuman teduh yang diberikan padanya sedekat itu sungguhan nyata. Wajahnya semakin memerah dengan detakan jantung meningkat.
Wow, seseorang baru saja menyebutku cute.
Just now, a handsome man calls me cute!
Lagi-lagi otaknya memproyeksikan Kyungsoo dengan pose mau muntah mendengar kalimat basi seperti itu. Ah, jadi kangen dengan sahabatnya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum menemukan suaranya kembali, "Kau menulis lagu?" nada bicaranya penuh keterkejutan sekaligus keingintahuan. Not so obvious, Baek.
Lelaki itu memperlihatkan tas gitarnya, "Ini bukan sekedar hiasan punggung lho. Yah cuma penyanyi café biasa."
Baekhyun menautkan jari-jari tangannya, meremasnya kuat sesekali sebagai penahan diri untuk tidak melakukan hal nekat bin bodoh seperti—
"Boleh aku minta fotomu?"
—lupakan. Ia sudah melakukannya. Bahkan tangannya sudah beralih menggenggam ponsel.
Yang lebih tinggi masih tersenyum, tapi raut wajah itu menunjukkan agak terkesiap. Dan tentu saja dalam artian positif, "Aku tidak keberatan!" jawabnya senang.
Tangannya bergerak mengambil ponsel Baekhyun digenggaman—oops, jari mereka bersentuhan. Listrik mengaliri kulit tangan Baekhyun sampai ke hati. Kamera depan aktif, sosok tinggi itu berpose V dengan jari.
Baekhyun menatapnya tanpa berkedip. Tidak tahu berapa lama serangan syoknya teratasi.
Just now, a handsome man used my phone to take a selfie!
Lelaki itu menggenggam ponselnya agak lama untuk melihat hasil sampai puas lalu mengembalikan barang pada pemiliknya. "Anggap saja bayaran karena kau memperbolehkanku menyimpan fotomu... yang sebentar lagi naik tingkat jadi wallpaper hapeku." diakhiri senyum menawan.
Critical Hit.
Baekhyun rasanya hampir melompat sampai menabrak langit-langit toko—atau memang jantungnya sudah loncat duluan ke kerongkongan. Ia mengangguk patah-patah seperti engsel pintu yang aus. Tangannya menerima ponsel kembali dengan gerakan sekaku robot masa uji coba.
Yang lebih tinggi melihat jam tangan sambil berkata, "Oh, aku harus segera pergi. Ada latihan sebelum tampil besok."
Uh, Baekhyun sepertinya agak kecewa. Tapi ekspresi itu tidak bertahan lama karena lawan bicaranya menambahkan;
"Sekali lagi terima kasih atas fotonya, sampai jumpa lagi, my little angel."
Baekhyun serangan jantung.
JUST NOW, a very handsome man called me his-little-angel…
Ia cuma bisa membalas lambaian tangan, lagi-lagi suaranya hilang, mendem jauh ke dasar tenggorokan. Ia membuka kunci layar andoid, berniat melihat hasil foto si maha karya. Tapi hal pertama yang dilihatnya bukanlah aplikasi kamera maupun galeri foto. Melainkan memo yang dipin di layar utama. Berisikan deretan kata;
Call me, 08xx-xxxx-xxxx
Park Chanyeol, vokalis & gitaris band xoxo
Wanna have a talk about our date tomorrow? ;)
Hening.
Let us repeat this one more time;
JUST NOW, A VERY HANDSOME MAN ASK ME FOR A DATE!
Baekhyun membatu di tempat. Ditambah asap mengepul dari kepala, detakan jantung sekencang speaker kondangan dan wajah semerah ceri—wuih, sebelas duabelas dengan warna hoodie si Park handsome Chanyeol. Mendadak panas karena terlalu banyak darah naik ke wajah. Ia mengutuk musim panas dan hawa gerahnya meski dirinya masih berada dalam area toko ber-AC.
.
.
.
.
Finish
a/n: AHA HA HA HA APAAN INI YAROBB
Picisan ya bahasanya, ini ngetik di tengah pekan remedial. Pengalihan stress sepertinya… trus tiba2 pengen ngetik yang fluff gregetan aja
Apa kurang?
Ada lagi nih :D
Omake…
Kyungsoo berniat menyepam sekali lagi roomchat dengan sohibnya yang mendadak offline di tengah lecture. Ia terlampau kesal karena si Byun itu tak kunjung membaca pesannya dari spam terakhir. Kalau disuruh memilih mengasuh bayi besar Baekhyun atau anak sd macam Jongin, ia mending menggambar sketsa saja dengan tenang—seandainya pilihan itu ada. Kyungsoo sudah tabah menghadapi dua orang itu.
Apalagi begitu mengetahui kebiasaan buruk Baekhyun kambuh di tengah tempat umum tanpa pengawasan. Ow, kepalanya sudah pening membayangkan apa akibat dari kelakuan sahabatnya. Ia agak menyesal karena harus membatalkan janji, tapi ia tidak mau kena omel guru Kim hanya karena bolos mengajar Jongin yang menjabat peringkat akhir dalam pelajaran matematika di kelas.
Sementara itu, Jongin baru saja menyelesaikan soal latihan matematika lembar ke sembilan—ia teler di tempat—ketika bel rumah keluarga Do berbunyi.
Kyungsoo berjalan cepat ke pintu utama, meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar karena kesal aktivitasnya diganggu. Pintu kayu terbuka, sosok bayi besar Byun menyapa pandangan.
"Baek! How dare you—" ceramahnya terpotong aksi Baekhyun.
Si tamu menjatuhkan barang belanjaan ke atas keset welcome lalu menggamit tangan pemilik rumah, diajaknya berdansa. Kyungsoo hampir tersandung kakinya sendiri dua kali dan karpet ruang tamu sekali karena Baekhyun memaksanya ikut berputar-putar—oh jempol kakinya nyaris menabrak meja. Jongin yang memucat karena mabok soal matematika kini tampak lebih berekspresi. Alias tertawa kencang melihat aksi konyol sepasang sahabat itu.
Kyungsoo harus mendelik ke arahnya untuk membuatnya diam lalu menghempaskan tangan Baekhyun supaya melepaskannya. "Baek, demi Tuhan, otakmu korslet karena terlalu lama sendiri atau terpanggang matahari di luar sana?" sarkasnya sambil melangkah mundur.
Baekhyun tersenyum tanpa jeda, "Maha karya, Soo. Maha karya."
"Hah?" Kim dan Do menyeletuk berbarengan.
"He called me cute…" gumam Baekhyun sendirian.
Jongin dan Kyungsoo bertukar pandangan dengan alis yang sama-sama bertaut.
"Aku harus menyiapkan diri untuk nanti malam!" seru Baekhyun dengan mata berbinar. Ia berputar-putar lagi dengan halusnya ke belakang Jongin lalu mengumpulkan lembaran kertas di atas meja dengan kedua tangan dan di sebarnya ke lantai ruangan. Seolah kertas itu adalah kelopak bunga sakura bermekaran.
Kyungsoo menatapnya tajam karena membuat berantakan sementara Jongin diam-diam memberikan jempol karena kertas soal-soalnya dibuat berserakan—dasar tamu durhaka.
Jongin bangun dari posisi duduk di lantainya dan mendekati pemilik rumah yang menekuk wajah, "Kyung, sepertinya aku tahu kenapa Baekhyun bersikap seperti orang tidak waras begitu." katanya out of the blue.
Kyungsoo melirik setengah hati, "Jangan memperhalus kata, sebut saja sekalian dia gila."
Mereka berdua menjeda percakapan sejenak untuk melihat Baekhyun yang masih berputar-putar mengelilingi meja kayu dan sofa ruang tamu sambil bersenandung. Oh, dia baru saja berhenti sebentar untuk bicara 'a very handsome man called me cute' pada vas bunga—buset dah ini anak kesurupan apa gimana.
"Mau tahu alasannya tidak?" Jongin mengucapkannya dengan nada dibuat semisterius mungkin.
Kyungsoo mau tak mau dibuat penasaran, "Memangnya apa?"
"It's called love, Kyung. Baekhyun jatuh cinta. Dan cinta selalu berhasil membuat orang waras jadi gila."
Ia nyaris memperagakan pose muntah di tempat. Mata bulatnya memandangi sahabat yang kini tengah berbaring di sofa masih dengan senyum tak luntur sedetik pun. Ia menggeleng prihatin, "Byun Baekhyun emang udah gila dari sananya, kenapa jadi tambah parah ya?"
Okay stop, real end XD
Hope you like it
Terima kasih sudah membaca~!
