Minna~~ ini karya pertamaku, jadi mungkin kurang bagus, bahasanya acak-acakan alias typo.

Tapi mohon dukungannya dengan cara me-review karya ini ;)

Bleach © Kubo Tite Sensei

..

My Only Hope by Shinigami teru-chan

..

Warning: OOC, typo(s), AU, GaJe

"Don't Like. Don't Read"

...


Takdir memang senang mempermainkan manusia, sudah sejak jaman dulu kala manusia sudah dipermainkan oleh takdir. Dan tanggapan dari merekapun beraneka ragam, ada yang senang, sedih, dan marah.

Terus bagaimana dengan takdir yang mempertemukan Kuchiki Rukia dan Ichigo Kurosaki? Bagaimana perasaan mereka berdua ketika dipertemukan oleh takdir?

Senang? Ataukah sedih?

Hanya mereka berdualah yang mampu menjawabnya.

..

Chapter 1 : Pertemuan Takdir

..

Seorang gadis dengan hanya diterangi lampu meja, sedang menulis sebuah surat. Surat perpisahan untuk satu-satunya keluarga yang dimilikinya― Ayahnya, Byakuya Kuchiki.

Ayah yang sangat disayanginya telah membencinya. Kebencian tersebut bukan tanpa sebab, seorang wanita yang dicintai ayahnya telah meninggalkannya sendirian, membuat luka hati yang tidak bisa sembuh, yang dengan berjalannya waktu, bukan menyembuhkan si 'luka' malah membuat luka tersebut membesar dan mendalam.

Luka tersebut diakibatkan oleh dirinya sendiri―Rukia Kuchiki. Sampai saat ini Byakuya masih belum bisa memaafkan putri tunggalnya tersebut. Karena tindakan yang dilakukan putrinya tersebut membuat wanita yang dicintainya meninggal dunia.

..

Pelan-pelan dengan tangannya yang bergetar, gadis itu yang memiliki rambut hitam keungu-unguan dan iris mata yang senada dengan warna rambutnya, mencoba untuk menulis.

Namun sudah hampir 5 menit berlalu, ia masih belum menulis satu huruf pun. Sambil menghembuskan nafas dan dengan seluruh keberaniannya untuk mulai menulis.

..

Untuk ayah,

Ayah, terima kasih engkau masih mau tinggal bersamaku, merawatku, dan menjagaku.

Walaupun ayah sangat membenciku, bersikap dingin seolah-olah aku tidak ada. Ayah masih tetap ada disisiku. Aku tau, yah. Dosaku terhadap ayah, terhadap keluarga ini tidak dapat kau maafkan. Namun aku masih berharap untuk mendapatkan maaf darimu.

Maaf membuatmu menderita. Maaf membuatmu kehilangan orang yang sangat kau cintai.

Maaf…maafkan aku ayah. Hanya itu yang bisa aku katakan.

Aku akan pergi dari rumah ini, pergi dari kehidupanmu, sehingga aku tidak akan menjadi beban dalam hidupmu lagi.

Terima kasih atas semua yang telah kau berikan.

Selamat tinggal ayah,

Rukia K.

..

Tanpa sadar Rukia menangis, sudah sejak lama ia tidak pernah menangis lagi. Sekitar 10 tahun yang lalu, ketika ibu yang disayanginya meninggal dunia.

Kemudian cepat-cepat ia menghapus air matanya, meletakkan surat tersebut di atas meja, membawa barang-barangnya, tak lupa ia juga membawa boneka kelinci kesayangannya, Chappi dan bergegas meninggalkan rumah dimana ia dibesarkan.

"Selamat tinggal, ayah" dengan suara lirih, ditutupnya pintu rumahnya sambil menerawang jauh kedepan.

Kemudian tiba-tiba gadis itu tersenyum dan berkata "tunggu aku, bu. Aku akan menyusulmu."

..

Pria dengan rambut berwarna orange, seperti warna matahari terbenam, dengan badan tinggi dan wajah yang tampan serta warna iris matanya yang berwarna hazel keemasan sedang bersender di bawah pohon kelapa. Dia yang bernama Ichigo Kurosaki sedang menunggu teman-temannya, Ishida dan Renji untuk pergi berselancar.

Mereka bertiga memiliki hobi yang sama yaitu berselancar di pagi hari. Ichigo sudah menunggu lebih dari 15 menit, menunggu teman-temannya datang. Namun orang yang ditunggu-tunggu belum menampakkan batang hidungnya.

Tiba-tiba HPnya berdering, dilayarnya tertulis nama 'Ishida', kontan langsung diangkatnya telpon itu dengan kesal.

"Sial kau Ishida, aku sudah lama menunggumu tau! Cepat kesini, aku sudah berjamur nih kelamaan nunggu"

"Gomen-ne, Ichigo-kun. Sepertinya aku harus membatalkan janji kita, karena aku harus mengatar ibuku ke Pasar "

" Apa ?! kenapa kamu tidak bilang dari awal ? aku sudah jauh-jauh datang ke sini dan sudah menunggumu lama, ternyata semuanya SIA-SIA ? "

Wah sepertinya Ichigo marah besar, Ishida agak takut jika temannya yang satu ini sedang marah. karena kalau sedang marah Ichigo pasti akan merusak sesuatu. Maka dari itu cepat-cepat ia menenangkan Ichigo.

" Jangan marah Ichigo-kun, aku juga terpaksa mengantar ibuku. Kau tau sendirikan ibuku galaknya kayak apa? Nanti aku traktir jus stroberi kesukaanmu, deh" bujuk Ishida.

" Baiklah Ishida, aku maafkan. Tapi lain kali tak akan ku maafkan, lo."

" Ok, sampai jumpa, di sekolah ya, Ichigo. Oh ya, si Renji juga ga bisa ikut, katanya dia tidak enak badan"

"APAA...?!"

Ishida cepat-cepat mematikan HPnya, takut kalau Ichigo marah lagi.

Ichigo pun menutup HPnya dengan marah, kedua temannya itu sukses merusak moodnya pagi ini.

Ketika ia hendak melangkahkan kakinya ke arah motor sport oranye-nya, tiba-tiba ia menangkap sesosok gadis yang berjalan sendirian menuju arah pantai.

Dipandanginya gadis itu, gadis dengan rambut hitam sebahu dengan mata yang sama hitamnya. Belum pernah melihat warna yang sehitam itu, warna yang seakan-akan menarik jiwa orang yang melihatnya. dengan kulit putih susunya, gadis itu menatap ke arah pantai. Gadis yang bahkan belum ia tahu namanya, membuat Ichigo, pria terpopuler di kelasnya merasa tertarik.

Ichigo bertanya dalam hati "mengapa gadis secantik dia datang ke pantai pagi-pagi sekali?"

Gadis itu mengenakan baju terusan berwarna putih dan menggunakan cardigan berwarna ungu, di tangan kanannya ia membawa sebuah tas yang cukup besar, sedangka di tangan kirinya gadis itu memegang boneka kelinci putih.

..

Rukia sudah sampai di tempat tujuannya,sebuah pantai dengan pasir putih yang dijadikan tempat bagi wisatawan dan penduduk lokal untuk berselancar karena terkenal dengan ombaknya yang besar.

Pandangannya tertumpu pada pemandangan laut yang sangat indah, ia pun meringis meratapi dirinya yang tidak memiliki harapan, harapan untuk hidup. Sebenarnya jiwanya sudah lama mati, hanya raganya saja yang masih hidup. Sejak 10 tahun yang lalu, jiwanya mati, ikut terhanyut oleh derasnya arus sungai. Arus yang membuat ibunya tenggelam karena menyelamatkan dirinya yang ketika itu masih berumur 7 tahun.

Pelan-pelan Rukia melepaskan sepatunya, merasakan kaki-kaki mulusnya merasakan halusnya butiran pasir putih. Kemudian ia meletakkan tasnya, yang berisi barang-barang kenangan ibunya ketika ia masih kecil. Hanya satu benda yang tidak lepas dari tangannya, sebuah boneka Kelinci putih pemberian ibunya.

"Ibu, aku datang" ucapnya lirih seraya melangkahkan kakinya, setapak demi setapak menuju pantai yang airnya sangat dingin itu. Pantai yang membawanya ke kedamaian abadi.

..

Ichigo menatap pemandangan yang tidak dapat dipercayainya, gadis itu melepaskan sepatu, menjatuhkan tas yang dibawanya, namun masih mengenggam dengan erat bonekanya, berjalan ke arah pantai. Awalnya Ichigo tidak curiga sama sekali, namun ketika gadis yang tinginya kurang dari 150cm itu berjalan hingga air perlahan-lahan mencapai dadanya, barulah Ichigo menyadari, apa yang hendak gadis itu perbuat.

"Oi, oi... apa yang sedang kau lakukan?" teriak Ichigo.

Namun gadis itu tetap melangkah, tidak menghiraukan teriakan Ichigo. beberapa detik kemudian Ichigo sudah tidak melihat gadis itu lagi.

"Oh Sial, hari ini aku benar-benar bernasip buruk, aku menyaksikan percobaan bunuh diri" rutuknya dalam hati.

Dengan cepat Ichigo berlari tanpa menanggalkan pakaiannya ia menuju ke arah gadis itu menghilang.

.to be continued.


terimakasih sudah sempat-sempatnya membaca fic saya.

Bagaimana pendapat kalian? bagus atau tidak?

di tunggu review kalian... pendapat kalian akan sangat membantu ku..

see you next chapter ~(^–^)~

*teru-chan*