Hallo, aku author baru disini… judul cerita ini: When We're Together, Genre: Friendship, Romance,

Terimakasih untuk membaca! Enjoy it~ :D

Tittle: When We're

Rated : K

Genre : Romance & Friendship

Pairing : Daiki X Mako (Orginal Character)

Disclaimer : semua cerita ini hanya milik Author sendiri :3

Happy Reading~ ^^


~PROLOG~

#Chapter 01: best friends

Mako berlari menembus angin sore, berlomba menuju bukit belakang rumah bersama sahabatnya, Daiki. Seperti biasa, tujuan mereka menuju bukit belakang rumah adalah untuk bermain dibawah rindangnya pohon Apel, dan memakan Apel hasil petikan Mako dan Daiki. Biasanya, setelah mereka bermain disana, Mako dan Daiki menuju kebun Lavender. Suasana di Hokkaido selalu seperti ini. Tenang dengan anginnya yang berhembus pelan.

"aku menang!" teriak Daiki dengan lantang, lalu ia melanjutkan perkataannya "seperti biasa ya, Mako. Kau selalu saja kalah!" ejeknya dengan tawa.

"ahh, sudahlah! Aku memang lemah dalam berlari, kau tahu?" Mako yang tidak terima diejek seperti itu, tentu saja protes.

"hahaha… baiklah, baiklah…"

Mako dan Daiki duduk dibawah pohon Apel dan memandang ke langit sore. Melihat indahnya pemandangan ini. Sayangnya ketenangan ini terganggu oleh sakit kepala Mako. Lagi-lagi penyakit Mako kambuh.

Mako mempunyai sebuah penyakit aneh yaitu: merasakan sakit kepala yang luar biasa hebat, seperti ketika kepala dibenturkan berkali-kali ke tembok dengan keras. Biasanya gadis berumur 9 tahun yang tiga hari lagi akan berulang tahun ke-10 itu akan menahan ini dan menutup mata bila Mako bersama Daiki. Mako tidak ingin memberitahukan ini kepada Daiki, karena penyakit Mako itu mematikan. Kata dokter… lama kelamaan, Mako akan kehilangan ingatannya sedikit demi sedikit. Dan benar saja, Mako hampir lupa semua yang pernah dia lewati. Hari-hari ketika dia masih kecil… hari-harinya bersama Daiki… Mako hampir lupa itu semua. Yang jelas, Mako tidak ingin memberitahukan ini kepada Daiki. Dia tidak ingin memberitahukan kepada Daiki bahwa suatu saat Mako akan melupakannya.

Mako hanya terdiam di sisi Daiki dan memejamkan mata. Menahan rasa sakitnya ini.

"hei, Mako." Sapa Daiki

"…" Mako hanya berdiam diri, masih belum bisa mengontrol rasa sakit ini.

"Mako? Apa kau tidur? Hei!" suara Daiki semakin menjadi tidak sabaran.

"…" tunggu sebentar, Daiki.

"Mako, apa kau benar-benar tidur?" Tanya Daiki lagi, dan Mako hanya menggelengkan kepala.

"apa kau merasa sakit lagi? Kapan kau ke dokter lagi? Memangnya kau sakit apa sih?"

"…" ya, Mako merasa sakit lagi. Besok Mako akan ke dokter. Daiki tidak perlu tahu, maaf.

"setidaknya, bukalah matamu, Mako!" perintah Daiki. Mako rasa dia semakin khawatir. Mako pun membuka matanya dan memandang Daiki dengan lembut. Mako berusaha menghafalkan wajahnya itu. Rambut yang sedikit bergelombang, mata yang bulat, senyumnya yang lembut… Mako selalu ingin mengingat semua ini.

"Daiki…" panggil Mako pada Daiki

"ya?" jawab Daiki sembari tersenyum

"kita bersahabat 'kan?" Tanya Mako

"tentu. Mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal ini?"

"ah, tidak. Boleh aku bertanya?" Tanya Mako lagi

"tentu saja, Mako."

"jika suatu saat aku tidak mengenalmu lagi bagaimana?" Mako menanyakan pertanyaannya dengan tatapan lurus menuju langit sore yang berwarna jingga, menikmati hembusan angin sore yang menerpanya

"jadi kau akan melupakanku?" Tanya Daiki dengan nada mengejek

"bukan begitu maksudku!"

"hem… baiklah. Sekalipun kau tidak mengenalku, itu tidak apa. Asalkan aku mengenalmu, itu sudah cukup bagiku."

"berjanjilah, kau akan selalu menjadi sahabatku!" Mako mengulurkan jari kelingkingnya, yang kemudian di kaitkan kepada kelingking Daiki.

"tunggulah disini, Mako." Daiki berdiri, lalu memahat sesuatu di pohon apel.

"apa yang kau buat?" Tanya Mako penasaran

"ta-da!" Daiki memperlihatkan sesuatu yang telah terpahat di pohon itu.

"pohon itu…" Mako menatap seakan tidak percaya. Apa yang dipahat oleh Daiki? Itu adalah sebuah bentuk hati besar yang ditengahnya bertuliskan nama mereka berdua. Daiki memeluk Mako lalu berkata "selamanya kita akan bersama. Aku tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Disaat kita berulang tahun nanti, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

Akankah perkataan Daiki tersampaikan?


Gomen kalau aneh. Tunggu chapter yang selanjutnya ya~ ^^"