[Undangan Pernikahan]
Kepada Yth Bapak/Ibu di hari yang dingin.
Kami ingin berbagi kebahagiaan untuk semua. Kami bertemu dalam sebuah keadaan yang bisa dikatakan tak menyenangkan, di kala kematian hampir merenggut nyawa kami, pertemuan pertama yang menjadi awal takdir kami. Kami mencengkeram pedang bersama seluruh shinigami, berjuang melindungi orang-orang yang kami cintai.
Orang berkata bahwa kami hidup dalam dunia yang berbeda, namun perbedaan bukanlah penghalang bagi kami untuk saling bergandeng tangan untuk memulai babak baru.
Pada kesempatan kali ini, kami akan mengadakan pesta pernikahan kami.
Bersama dengan rasa terima kasih, kami mengundang bapak/ibu terhormat pada pesta kecil kami.
Terima kasih atas dukungannya, semoga bapak/ibu berkenan hadir
Kurosaki Ichigo - Kuchiki Rukia
.*.
Disclaimer ©Tite kubo
(Saya hanya pinjam karakter-karakter yang ada di dalamnya saja)
.*.
Wedding Invitation
By
Ann
.*.
Peringatan : AU, OOC (Sesuai kebutuhan cerita), Typo(s), Gaje (Silahkan berpendapat sendiri).
Tidak suka? Mungkin bisa tekan tombol 'Back' atau 'Close'
Dan untuk kalian yang berniat meneruskan membaca,
selamat menikmati!
.*.
Satu ...
Dua ...
Tiga detik berlalu dalam hening setelah Rangiku selesai membacakan undangan itu. Detik ke empat orang-orang yang berada di ruangan itu menjadi heboh sendiri. Ada yang berteriak gaje, bersiul, bertepuk tangan, bahkan mengumpat tak percaya. Tapi kehebohan itu tak menular pada Abarai Renji. Ia menyesap tehnya dengan tenang, sesuatu yang amat sangat langka terjadi, karena seperti yang semua orang tahu Abarai Renji bukanlah tipe manusia tenang cenderung dingin seperti kapten divisi 6 Byakuya Kuchiki, atau pun memiliki sikap santai layaknya Kyouraku Shunsui, kapten divisi 8. Renji bersikap begitu tenang bukan karena ia tiba-tiba mewarisi sikap salah satu atau kedua kapten itu, namun karena ia sudah tahu mengenai berita tersebut.
Tepatnya dua hari yang lalu ia menerima undangan yang sama langsung dari calon mempelai wanita. Kuchiki Rukia sendiri yang datang kepadanya dan menyerahkan undangan pernikahan wanita itu kepadanya. Bahkan Renji masih mengingat jelas seluruh percakapannya dengan Rukia hari itu.
[Flashback]
Dua hari sebelumnya:
"Yang pertama untukmu."
Renji memandangi amplop berwarna putih yang disodorkan Rukia padanya. Hari ini ia datang ke kediaman Kuchiki untuk menyerahkan laporan kepada kaptennya, tapi sebelum melakukan tujuannya Rukia lebih dahulu mencegatnya di pintu masuk dan menariknya ke dekat kolam ikan yang berada di halaman samping kediaman Kuchiki.
"Apa itu?" tanya Renji sembari mengulurkan tangannya yang bebas untuk menyambut amplop dari Rukia.
"Buka dan bacalah, maka kau akan tahu. Aku ingin kau mengetahuinya sebelum yang lain, karena kau adalah teman pertamaku."
Penuh antisipasi Renji membuka lidah amplop, mengeluarkan kertas yang terlipat rapi di dalamnya. Perlahan lipatan ia buka. Jauh di dalam hati ia mempunyai firasat buruk tentang isi kertas itu, dan benar saja ketika ia membaca huruf-huruf yang tercetak di bagian teratas kertas itu, jantungnya seakan diremas. Napasnya tertahan kala ia memaksakan diri membaca baris kedua dan ketiga, hingga baris terakhir yang menghancurkan hatinya. Ia tak dapat berkata-kata, lagipula apa yang bisa ia katakan? Ucapan selamat? Yah, mengucapkan selamat memang yang seharusnya ia lakukan, namun lidahnya kelu untuk mengatakannya. Rasa sakit di dadanya sudah menyebar, membuat bibirnya tak kuasa membuka untuk mengucapkan selamat kepada sang sahabat.
"Renji?" Suara Rukia menariknya ke alam nyata, namun rasa sakit tetap mengikutinya, menusuk di dada.
Ia menatap manik violet itu, sepasang iris memukau yang semula ia pikir dapat dimiliki. Namun, bahkan dengan semua usaha dan kerja keras selama bertahun-tahun, ia tetap tak mampu menggapai gadis itu. Sahabatnya, cinta pertamanya.
"Kau baik-baik saja?" Rukia menatapnya khawatir.
Tentu saja tidak! Andai Renji bisa mengatakan itu, maka akan lebih mudah. Tapi ia tak bisa menjadi egois. Satu tarikan napas dalam ia ambil sebelum menjawab, "Aku harus menyerahkan laporan pada Kuchiki Taichou." Setelahnya ia berlalu, tak mengacuhkan Rukia yang memanggil-manggil namanya. Ia tahu dirinya sudah membuat Rukia kebingungan, dan gadis itu pasti tengah berpikiran macam-macam. Namun, ia tak bisa memasang topeng bahagia sementara di dalam dirinya porak-poranda.
[End of flashback]
"Abarai-kun."
Renji menarik dirinya dari lamunan, mangangkat matanya dari gelas teh yang sejak tadi dipandanginya, memandang Honamori Momo yang duduk di seberang meja.
"Kau baik-baik saja?"
Renji memaksakan bibirnya mengulas senyum. "Ya."
"Tapi kau terlihat─"
"Aku akan baik-baik saja, Hinamori."
Momo mengangguk. Gadis itu terlihat ragu, tapi memutuskan untuk bersikap bijak dengan tidak bertanya lagi. Baguslah, karena Renji sendiri tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Momo atau pun orang lain tentang pernikahan Rukia dan Ichigo. Sebab satu pertanyaan besar dalam dirinya masih belum bisa Renji jawab.
Ikhlaskah aku melepaskan Rukia?
Renji menghela napas. Ia kembali mengangkat gelasnya, berniat meminum tehnya lagi. Namun sebelum gelas mencapai bibirnya, benda itu sudah direbut orang yang duduk di sebelahnya.
"Apa-apaan─" kata-katanya mengambang saat melihat siapa yang merebut minumannya. Sebenarnya bukan siapa, melainkan ekspresi yang ditunjukkan orang itulah yang membuatnya terdiam.
"Teh bukan minuman yang ampuh untuk menyembuhkan luka, Renji."
Renji memandang heran wanita di depannya, tak biasanya seorang Matsumoto Rangiku terdengar begitu serius. Wanita itu lebih sering bersikap santai dan cuek, tapi sekarang Rangiku memandangnya dengan serius seolah wanita itu mengerti apa yang tengah ia rasakan. Mungkin itu benar, Rangiku memang bisa merasakan lukanya karena wanita itu juga merasakan hal yang sama. Kehilangan orang yang dicintai. Malah nasib Rangiku lebih nahas darinya. Orang yang Rangiku cintai pergi untuk selamanya. Setidaknya Renji masih lebih beruntung, Rukianya masih hidup dan tengah berbahagia, meski tanpanya. Ah, itulah bagian yang tak menyenangkan. Rukia bahagia tanpanya.
"Kusarankan kau minum ini." Rangiku mengulurkan gelas kecil berisi air yang dari baunya Renji kenali adalah sake. "Malam ini minumlah sepuasnya, besok bangun dan lupakan semua luka itu. Kita pejuang, Renji. Jangan biarkan satu luka menghancurkan kita. Hidup akan terus berjalan, entah dia ada atau tidak," ujar Rangiku, "Atau dalam kasusmu, dia di sisimu atau tidak."
Renji berdecak, lalu dengan gerak cepat ia mengambil minuman di tangan Rangiku dan menenggaknya habis dalam satu tegukan.
"Itu baru keren."
Rangiku mengangkat botol sake di tangannya tinggi-tinggi kemudian berseru, "Ayo minum!"
"Rangiku-san!" Momo memprotes, tak ingin acara kumpul-kumpul mereka berubah menjadi ajang minum-minum.
"Kita punya sesuatu untuk dirayakan, Momo. Kita harus merayakannya dengan minuman."
"Tapi─" protes Momo terpotong oleh kata-kata Renji.
"Kau hanya cari alasan untuk minum kan Rangiku."
Rangiku tersenyum lebar. "Kau tahu saja."
Renji tergelak ketika Rangiku berteriak kepada Shuhei untuk mengambil lebih banyak minuman.
Acara kumpul-kumpul mereka ternyata benar-benar berakhir dengan acara minum-minum, seperti yang seringkali terjadi. Tapi kali ini Renji tak akan memprotes, ia akan menikmati setiap teguk sake yang masuk ke dalam mulutnya. Ia akan minum hingga mabuk daan kehilangan kesadaran, lalu besok ketika ia bangun, ia akan melupakan semua lukanya, dan pergi pada Rukia untuk memberi sahabatnya itu ucapan selamat.
.*.
End of Renji's side
.*.
Hola, minna-san. Apa kabar? Ketemu lagi dengan saya di tahun yang baru. Selamat tahun baru. *telat uey* Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik bagi kita semua. Sebenarnya, niat awal saya mau ngapdet fic mc saya, tapi gara-gara liat wedding invitation RenRuki, mood bablas dan jadinya malah bikin fic ini.
Buat teman-teman yang temenan sama saya di facebook pasti udah liat undangan versi IchiRuki ini. Untuk yang belum tahu, undangan di bagian awal fic ini merupakan undangan pernikahan RenRuki yang saya ubah-sesuaikan menjadi undangan pernikahan IchiRuki.
Chapter ini saya bikin Renji's side, nanti di chapter selanjutnya akan saya bikin versi Rukia dan Ichigo, juga pesta pernikahan mereka. See you next chapter!
Deep bow,
Ann *-*
