Game
Pairing: KrisKai
Rating: T
Warning: OOC, AU, Sho-ai Typo(s)
Notes: ceritanya semacam remake dari episode 'Sherlock' yang 'A Scandal in Belgravia'.
DLDR! No bash or flame!
.
.
.
Yifan tidak pernah menyangkanya.
Untuk apa seseorang seperti Kim Jongin mendekatinya? Mereka tidak mempunyai kesamaan apa pun, mengobrol pun tidak pernah. Dan sejujurnya, hal itu menggangunya.
Dia yang terkenal sebagai orang yang pendiam dengan Jongin yang bisa dibilang sebagai 'The Biggest Whore'. Ewh! What a big NO!
"Ok, Yifan hyung? Tolong aku!" pinta seorang namja berambut hitam di depannya.
Sekarang, ia malah harus berurusan dengan 'The Biggest Whore' tersebut. Sepupunya, Kim Joonmyeon dengan bodohnya memberitahukan rahasianya pada Jongin. Ia menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Joonmyeon.
"Akan kucoba, tapi aku tidak bisa berjanji."
.
.
.
Kim Jongin. 19 tahun, tingkat 3 Yangwon SHS. Dijuluki 'The Biggest Whore' karena hampir seluruh murid Yangwon SHS pernah dipacarinya atau-yang paling sering-berhubungan seks dengannya. Bahkan tidak sedikit hoobaenya yang juga menjadi korban(?) Jongin. Meskipun tidak pernah berpacaran atau herhubungan seks, setidaknya mereka pasti pernah disentuhnya. Ia tidak memedulikan gender, baik namja maupun yeoja.
Jongin suka mengorek informasi dari mereka saat mereka sedang melakukan seks atau dia memberi obat pada minuman partnernya, agar mereka mengatakannya secara tidak sengaja. Semua informasi itu ia catat dan atau ia rekam atau foto di handphone khususnya (ia memiliki dua handphone).
Dan sekarang, ia harus mengambil handphone itu, menghapus foto Joonmyeon lalu mengembalikannya. Dan foto Joonmyeon yang dimaksud adalah, fotonya dengan salah satu guru di Yangwon SHS. Well, Joonmyeon memang memiliki hubungan 'Friends With Benefits' dengan salah satu guru tersebut. Tetapi sepertinya, penjelasannya sudah cukup.
Sekarang, ia berdiri di depan pintu apartemen Jongina. Untuk apa ia ke sini? Berusaha mendapatkan handphone milik Jongin dan menghapus foto Joonmyeon.
"Silahkan." Ia duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu Jongin. Sementara, Jongin duduk di sofa di depannya. "Maaf, aku tidak bisa menyediakan apapun. Aku kehabisan gula."
"Gwaenchana, toh aku tidak mengharapkan apa-apa."
"Kalau begitu, apa tujuan Wu Yifan datang ke apartmentku?" Jongin menyeringai.
"Handphonemu. Yang berisi informasi-informasi itu. Aku ingin menghapus salah satu foto di situ." jawab Yifan tegas. Mendengar jawaban Yifan, Jongin makin melebarkan seringainya.
"Ah, geurae. Aku ingat, aku mempunyai foto sepupumu itu di handphoneku. Kenapa ingin kau hapus? Bukankah bagus jika mading sekolah besok bertuliskan. 'Murid teladan Yangwon SHS menjalin hubungan dengan gurunya.' ?" Pertanyaan Jongin membuat Yifan menggerutu. "Hanya bercanda. Aku tidak pernah menggunakannya untuk mengancam atau mengahancyrkan seseorang atau mendapatkan keuntungan."
"Kalau begitu, untuk apa kau menyimpan file-file itu?" Tanya Yifan penasaran. Tidak disangkanya Jongin begitu misterius. Yifan berdiri dan berjalan mendekat ke Jongin.
"Perlindungan. Handphone itu adalah segalanya bagiku. Handphone itu adalah nyawaku." Jongin bangkit, membuat dirinya berhadap-hadapan dengan Yifan. Melihat Yifan yang diam saja, membuat Jongin bosan. Ia mengalungkan lengannya di leher Jongin. "Kau tahu, Wu Yifan? Kau sangat sulit didapatkan. Kau termasuk orang-orang yang bahkan belum pernah kusentuh."
"Ok, jadi dimana handphone itu?" Yifan melepaskan lengan Jongin lalu berjalan mengelilingi apartemen itu.
Jongin mempoutkan bibirnya kesal.
"Tidak mungkin kan aku memberitahukanmu?"
KRIING
"Seorang ibu selalu melihat ke arah anaknya." ucap Yifan seraya menyeringai. Yifan mengeluarkan handphonenya dan menelfon seseorang. "Lee Ahjussi, terima kasih sudah menyalakan alarm kebakarannya, ne? Sampaikan salamku pada keluargamu. Annyeong."
"Kau pintar. Kau tahu? Brainy is the new sexy." Jongin tersenyum puas lalu mendudukkan dirinya kembali. Yifan mengikuti arah pandang Jongin. Lukisan. Ia berjalan mendekati lukisan itu dan mencopotnya. Sebuah safety box terdapat di belakangnya. "Jongin, apa kodenya?
"467" jawab Jongin santai, tidak memedulikan fakta bahwa Yifan tengah membuka safety boxnya. Sebuah camera phone berwarna hitam tergeletak di dalamnya. Yifan mengambilnya dan menyalakannya.
'Wu Yifan _ _ _'
"Wow, aku tidak menyangka kau akan menggunakanku sebagai password." Yifan berdecak kagum. Ia terlalu fokus mengamati handphone itu, tidak menyadari Jongin yang mengambil sebuah bat dari kamarnya. Jongin mendekati Yifan, lalu memukul belakang kepala Yifan kencang.
"Agh!" Badan Yifan terjatuh, dan dahinya membentur lantai. Dirasanya Handphone dalam genggamannya hilang. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia samar-samar melihat Jongin berjongkok di depannya.
"Don't mess with me, Wu Yifan."
Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.
.
.
.
.
"Ugh!" Yifan meraba kepalanya yang terasa berat. Ia melihat ke arah sekelilingnya. Gelap. Tapi ia pernah melihat ruangan ini. Tangannya mengelus belakang kepalanya saat merasakan sesuatu.
'Apa ini?'
"H-hyung! Jangan lepas perbannya!" Mendengar teriakan Joonmyeon, ia mendongakkan kepalanya.
'Ah, iya. Ini rumah Joonmyeon.'
"Kenapa aku ada di rumahmu? Agh!" tanya Kris seraya memegangi kepalanya yang sakit.
"Gwaenchana?!"
"Nan gwaenchana, jawab saja pertanyaanku."
"Kemarin malam ada yang mengetuk pintu rumahku, saat kubuka kau sudah tergeletak di terasku, pingsan. Dan kepalamu sudah di perban."
"Ah, geurae. Gomawo-
'Ahhhn~'
"J-joonmyeon.."
"A-aniyo! Bukan aku yang mendesah!" Joonmyeon gelagapan menggelengkan kepalanya dengan wajah memerah. Yifan meraih handphonenya di nightstand di sampingnya.
'You've got 1 new message.'
From: Unknown Number
Subject: None
Morning, handsome. Feeling better? :)
-Jongin-
'Sialan kau, Jongin.' gerutu Yifan dalam hati. Joonmyeon hanya menatapnya bingung bercampur khawatir.
"Jangan khawatir, hanya orang iseng, Joonmyeon-ah." ucap Yifan.
"Ah, ne."
.
.
.
Yifan sedang bersantai di rumahnya saat bel rumahnya berbunyi. Kejadian di rumah Jongin seminggu yang lalu sudah dilupakan olehnya. Dan seminggu belakangan ini Jongin selalu mengiriminya pesan, tanpa pernah dijawabnya. Ia membuka pintu depannya, memperlihatkan seorang tukang pos.
"Kiriman untuk tuan Wu Yifan." Yifan menerima kotak itu lalu menandatangani suratnya. Tukang pos itu pun membungkuk lalu pergi.
Di balik pintu depan rumahnya, Yifan buru-buru membuka kotak itu. Melihat isinya, ia buru-buru menghubungi Joonmyeon.
"Joonmyeon-ah.."
"Ah, Yifan hyung. Wae?"
"Sepertinya besok kita akan mendapat kabar buruk."
"Apa maksudmu, hyung?"
"Sepertinya Jongin meninggal."
TBC
Bagi yang pernah menonton 'Sherlock' yang 'A Scandal in Belgravia' pasti tahu ceritanya. Aku lagi suka sama 'Sherlock', terutama Benedict Cumberbatchnya. Aku gak tahu ff ini bakal mirip banget jalan ceritanya sama 'A Scandal in Belgravia' atau nggak. Lihat aja nanti perkembangannya.
Dan bagi fansnya Jongin, aku minta maaf karena membuat Jongin jadi seorang whore seperti ini. Tapi apa boleh buat, karakter Irene Adler seperti itu soalnya. Awalnya pairing ff ini Neo, tapi kurasa KrisKai lebih cocok. Jadi maaf jika ada nama 'Taekwoon' , 'Hakyeon' , atau 'Sanghyuk'
Annyeong~
