HIDDEN LOVE

Cast : KaiSoo, KaiBaek, ChanSoo

Genre : Angst, Romance

Rate : M

Warning : Typo(s), Yaoi, gaje, plot pasaran, no plagiat, don't bash me

Disclamer : EXO itu milik Tuhan YME, SM. Ent, dan orang tua masing-masing. Saya cuma minjem nama doang buat kelanjutan cerita saya.

Summary : Kai cinta Baekhyun dan Kyungsoo. Kyungsoo cinta Kai dan Chanyeol. Cinta segi 4? Tidak, mereka hanya terjebak didalam dunia berbentuk kubus.

.

.

.

Kalian tahu definisi dari kata penyesalan? Satu kata yang memiliki banyak makna. Rasa sakit,rasa sedih,rasa dendam adalah sebagian kecil dari makna yang mungkin bisa dijabarkan. Menitikkan airmata jika mengingat hal itu. Memiliki rasa mendalam yang sulit diungkapkan. Hanya hati. Hati yang bisa mendalaminya. Menguatkan seberapapun kau terjatuh didasarnya. Didalam sebuah palung yang membelenggu. Mungkin memang benar jika rasa sesal itu sangat menyesakkan. Seperti tertindih beribu ton benda berat didadamu. Sampai kau lupa bagaimana caranya tidur,makan,bahkan bernapas. Namun bagaimana jika kau memiliki sebuah keajaiban? De javu misalnya? Masihkan kau menganggap rasa penyesalan akan menyakitkan? Tapi sayangnya itu hanya sebuah perandaian.

.

.

.

Kim Jong Soo 1214

.

.

.

Present

.

.

.

"Aahh...fasteerhh Kaihh..." namja manis dengan bibir tipis itu tengah mendesah nikmat merasakan hangatnya sentuhan benda panjang didalam lubang sempitnya. Tangannya yang lentik meremas kuat sprei berwarna gold, mencoba mengalihkan rasa sakit yang masih saja menjalar dilubangnya meskipun ini bukan yang pertama kali untuknya. Matanya menatap sayu sosok berkulit tan yang berada diatasnya. Ia melihat betapa tampan kekasihnya ini jika sedang menutup mata dan mendesis nikmat karena lubangnya.

"Akhh...so tight, babehh" Kai mulai meracau saat juniornya mulai berkedut. Ia percepat sodokannya pada lubang hangat milik kekasih manisnya itu. Semakin cepat hingga Ia merasakan lubang itu semakin meremas juniornya yang berkedut.

"Akuhh mauuhh...keluarrhh" kata Baekhyun-namja berbibir tipis itu dengan sensual.

"Bersamahh, babyhh.. aahhh" dan beberapa hentakan dari pinggul Kai akhirnya membuat keduanya klimaks untuk yang ke3 kalinya.

Kai ambruk diatas tubuh Baekhyun. Rasanya tubuhnya lemas saat sperma yang keluar sangat banyak memenuhi lubang namjachingu-nya itu. Kai menarik perlahan juniornya dari lubang hangat itu kemudian memposisikan tubuhnya disamping Baekhyun. Ia menatap wajah penuh peluh Baekhyun dengan seksama, kemudian tersenyum kecil saat kedua mata mereka bertemu.

"Terimakasih, Baby. Kau memang selalu hebat" Kai mengangkat tangannya untuk menyeka peluh dari dahi Baekhyun, membuat namja manis itu memejamkan matanya menikmati sentuhan sayang dari Kai.

Kai mengangkat selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka. Mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Baekhyun untuk mengantar mereka kealam bawah sadar.

.

.

.

KAI POV

Aku terburu-buru saat keluar dari mobil sport yang baru kuparkirkan dipinggir jalan. Menyeberang jalanan ramai untuk menuju kesebuah toko bunga diseberang sana. Mata tajamku menelusuri setiap hamparan warna yang bertebaran dengan indahnya.

"Selamat datang~" seorang namja menyambut kedatanganku dengan nada ceria.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah padaku. Aku masih terlalu sibuk dengan mataku yang berkeliaran mencari bunga yang kurasa cocok untuk kuberikan 'padanya'.

"Berikan aku beberapa tangkai mawar merah dan putih. Dan tolong rangkaikan dengan cantik" kataku sambil mengarahkan tanganku pada deretan bunga mawar berbagai warna didepanku.

"Baiklah"

Ku lihat namja itu melangkahkan kakinya untuk mengambil beberapa mawar dengan dua warna berbeda dan segera merangkaikannya untukku.

Sejenak aku melihat bagaimana tangan mungil namja itu begitu terampil merangkai batang-batang kecil mawar untuk ditangkupkan pada sebuah plastik bening. Pita kecil berwarna merah jambu Ia sematkan sebagai pemanis.

"Ini pesanan Anda, Tuan" namja itu menyerahkan bucket bunga yang telah selesai Ia rangkai padaku. Aku mengangkat wajahku untuk melihat bagaimana namja itu tersenyum ramah.

Entahlah, untuk sejenak aku merasakan bahwa waktu berhenti bergerak. Namja itu menatap polos kepadaku dengan senyum cerianya. Mataku tak dapat berkedip untuk beberapa saat. Melihat bagaimana pipinya yang sedikit merona karena senyum yang kelewat lebar, menampilkan bibir berbentuk hati yang sangat cantik. Dadaku berdesir, meninggalkan sensasi hangat yang menjalar disetiap sendi dan tulangku. Bahkan rasa ini berbeda. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.

"Tuan" aku sedikit tersentak ketika namja itu kembali memanggilku dengan bucket bunga yang tak kunjung kuterima.

"Ah i-iya. Be-berapa semuanya?" sial, kenapa tiba-tiba aku tergagap?

"Anda bisa menanyakan harganya didalam Tuan, pada Ahjumma" senyum itu kembali menghiasi wajah manisnya. Oh Tuhan, ada apa ini? Tubuhku terasa kaku saat melihat senyumnya.

"Ba-baiklah" oke, mungkin ini semacam sindrom gugup. Tapi aku gugup untuk apa? Sangat aneh. Aku mencoba menghiraukan perasaan ini. Kuterima bucket bunga itu dan segera berjalan menuju Ahjumma yang namja itu maksud untuk membayar.

.

.

.

"Kai-ya!" sebuah suara nyaring menginterupsi pendengaranku. Mata tajamku mencari sumber suara yang sangat ku tersenyum simpul saat melihat sesosok mungil yang sudah hampir 2 tahun ini menjadi canduku. Dia, namja manis yang memiliki sejuta keceriaan tengah melangkahkan kaki mungilnya mendekat kearahku.

"Kau sudah selesai kuliah, changi?" tanyaku saat dia telah berdiri didepanku. Ia mengangguk antusias.

"Aku sudah selesai. Dan sekarang aku lapaarr~" suara manjanya selalu membuatku gemas. Tanpa sadar kuarahkan tanganku untuk mencubit ringan pipi kenyalnya.

"Aigoo~ manja sekali. Baiklah, kita makan sekarang, ne? Kau ingin makan apa?" aku membelai lembut surai kecokelatan miliknya.

"Aku ingin makan cake dicafe dekat kampus itu Kai. Kata Tao, cafenya baru buka, dan cake disana sangat enak" Ia begitu antusias. Menampilkan binar matanya yang sipit, sangat cantik.

"Baiklah, kita kesana. Belilah cake berapapun kau mau"

"Yeayy! Aku akan memesan banyak cake strawberry hari ini" dapat kulihat Ia berjingkat senang mendengar penawaranku. Aku sangat hafal dengan tingkah manjanya itu, Ia akan melompat kecil karena sebuah kata 'strawberry' yang selalu menjadi favoritnya.

Ia berjalan mengitari mobil, membuka pintunya kemudian masuk kedalam. Aku juga mulai memasuki mobil. Menemukannya tersenyum lebar saat ekor matanya melihat sebucket mawar yang baru aku beli.

"Woahh...apa ini?" Ia meraih bucket mawar itu dan mulai menciumi aroma wanginya.

"Itu untukmu, Baekkie. Happy Anniversary" ucapku lembut sambil tersenyum kearahnya. Ia menolehkan pandangannya padaku, menatap kedua mataku dan membalas senyumku. Aku melihat mata sipitnya yang mulai berkaca-kaca.

"Kau mengingatnya?" aku hanya mengangguk. Lucu sekali, aku selalu melihat wajah itu saat aku memperlakukannya dengan manis.

"Gomawo Kai-ya" Ia memelukku. Menyandarkan kepalanya pada dadaku. Ini adalah kebiasaannya. Jika Ia sedang merasa senang, terharu, atau sedih yang berlebihan, Ia selalu datang dan memelukku. Aku tersenyum, menumpukan daguku pada puncak kepalanya.

Beberapa detik berlalu, aku mulai menjauhkan tubuhnya dari dadaku, membuat sedikit jarak. Kutatap matanya yang sudah sembab. Pipinya memerah karena tatapanku padanya. Aku menghapus airmata yang sedikit mengalir dikedua pipinya. Mendekatkan wajahku pada wajah manisnya,kembali mengikis jarak dan menempelkan bibirku pada bibir merahnya. Hanya mengecup awalnya, namun bibir merah ini selalu menggoda untuk kusesapi manisnya.

Sudah kubilang bukan, bahwa dia adalah canduku selama hampir 2 tahun ini. Ah tidak, tepat hari ini sudah 2 tahun. Tidak kusangka waktu begitu cepat berlalu saat bersamanya.

"Saranghae, Kai-ya" Ia mengeratkan pelukannya padaku, membuatku tersenyum bahagia karena tingkah manjanya.

"Nado Saranghae, Byun Baekhyun"

Aku senang mengetahui jika namjachingu-ku ini begitu bergantung padaku. Hanya saja ada yang hilang dari rasaku. Desiran itu. Entah sejak kapan aku mulai tidak merasakan desiran itu. Memang benar jika aku selalu merasa hangat saat didekatnya. Merasa nyaman dan tenang. Namun, aneh rasanya jika mengingat hal ini. Setiap kata "Saranghae" yang kuucapkan padanya terasa begitu hambar. Seperti yang kubilang, tidak ada desiran saat aku mengucapkannya. Entahlah.

.

.

.

"Jadi disini?" tanyaku saat kami sudah mendudukkan diri disebuah meja dengan dua kursi berseberangan. Kami sengaja memilih meja didekat jendela, karena pemandangan diluar cafe mungkin akan sedikit membuat rasa lelah yang kami rasakan hilang.

"Emm. Aku mengetahuinya dari Tao. Dia baru dari sini kemarin bersama Kris ge" kulihat senyum cerianya kembali merekah. Begitu antusias jika menyangkut cake. Aku ingin tertawa rasanya.

"Aku akan memesan. Kau ingin apa Kai-ya?"

"Apapun yang kau pesan, aku pasti akan memakannya changi" aku tersenyum menggoda, dan itu membuat pipi namjachingu manisku itu merona.

"Baiklah" Ia segera melangkah untuk memesan cake, meninggalkan aku sendiri dikursi ini.

Sedikit bosan, akupun mengedarkan pandanganku keluar jendela. Melihat bagaimana sibuknya jalanan kota Seoul jika menjelang sore. Tiba-tiba saja mataku menatap siluet manis diseberang sana. Seorang namja mungil yang tengah tersenyum riang sembari memegang setangkai bunga anggrek. Tangannya yang mungil begitu cekatan menata setiap bunga yang berwarna-warni didepannya. Pipinya yang gembil dan bibir berbentuk hati menambah pesona namja itu. Ahh...bukankah dia sangat indah? Berdiri diantara bunga-bunga, langit senja yang membias mengenai sosok mungilnya.

Entahlah, tiba-tiba saja senyumku mengembang begitu saja. Desiran halus menyerang dadaku. Tatapanku tak lepas dari sosoknya barang sedetikpun. Siapa dia? Siapa yang berani-beraninya mengambil senyumku dari Baekhyun?

"Kai-ya, aku memesankanmu cake strawberry keju dengan toping coklat diatasnya. Aku suka cake dengan 3 rasa. Kau harus mencobanya. Ini enak"

Baekhyun yang tiba-tiba datang membuat pandanganku teralih 'darinya'. Apa ini? Apa aku terganggu dengan kedatangan namjachingunku sendiri? Ini aneh.

"Baiklah, aku akan memakannya" aku tersenyum menerima cake dari Baekhyun. Ia membalas senyumku. Sambil memakan cake itu, pandanganku tak lepas 'darinya'. Dari sesosok mungil dengan mata bulat yang langsung mencuri perhatianku.

KAI POV END

.

.

.

Mungkin ini awal yang baik.

Dimana saat seseorang berdebar karena melihat sosok lain didepannya.

Namun masihkah ini dibilang baik jika rasa itu salah?

Sebuah kesalahan yang dengan bodohnya bersarang didada

Salahkah jika hati yang berbicara?

Bagaimana dengan logika?

Bukankah tidak semua rasa itu benar...

.

.

.

Kyungsoo, namja mungil bermata bulat tengah berada dikampusnya hari ini. Ia mendapat jadwal kuliah tambahan karena kemarin Ia tidak mengikutinya. Kaki pendeknya Ia pacu untuk berlari dilorong kampus yang masih saja sepi meski ini sudah menunjukkan pukul 8.

Gruduk!

Brak!

Dengan brutal Kyungsoo mendorong pintu kelas hingga tubuhnya yang kecil ikut terhempas dan terjatuh. Ia terlalu takut jika Ia terlambat masuk dikelas pertamanya. Bahkan Ia melupakan tata krama yang membahas tentang aturan mengetuk pintu jika akan memasuki ruangan. Ahh...dia sangat gugup. Karena apa? Tentu saja karena-

"Tuan Do Kyungsoo, bisakah anda memasuki ruanganku dengan sopan!"

-dosen yang satu ini sangatlah pedas jika sedang berbicara.

Kyungsoo yang masih bersimpuh dilantai segera bangkit dengan mata bulat yang melebar lucu. Sedikit menepuk-nepuk celana panjangnya yang kotor karena debu lantai.

"Maafkan saja Lee-seonsaenim" Kyungsoo membungkukkan badannya beberapa kali. Menyadari jika tindakannya barusan sangatlah memalukan. Buktinya saja, mahasiswa yang berada dikelas itu sedang berusaha keras menahan tawa mereka. Hahh...masa bodoh. Yang penting sekarang Ia sudah berada dikelas dan hanya terlambat sekitarrr...40 menit? What?!

"Kau berniat memasuki kelasku atau tidak?! Terlambat 40 menit?! Apa-apaan!" Lee seonsaenim mengetukkan penggaris besar kearah papan tulis dengan keras. Dan tentu saja itu membuat Kyungsoo merinding disko.

"S-saya mengalami sedikit masalah dirumah, Lee seonsaenim. Mohon ijinkan saya memasuki kelas" Kyungsoo berkata dengan nada gugup. Tentu saja, Ia sudah berusaha datang kekampus sepagi mungkin agar tidak terlambat. Namun jarak dari apartemen dengan kampusnya memang sedikit jauh, dan sedikit banyak itu menjadi penghambat utama untuknya. Belum lagi bus yang Ia tumpangi sering penuh dan Ia harus menunggu bis selanjutnya. Berlari-lari dari halte kekampus yang juga membutuhkan tenaga ekstra. Jangan lupakan letak gedungnya dilantai 3. Hah, perjuangannya sangat melelahkan bukan?

"Baiklah, melihat kondisimu yang sangat berantakan memang sebaiknya aku memaafkanmu. Tapi jika kau berani terlambat lagi, jangan harap kau bisa memasuki kelasku selama satu semester penuh. Mengerti!" Lee seonsaenim memberi peringatan pada Kyungsoo dan mengijinkannya duduk. Tentu saja itu membuat Kyungsoo menghela napas lega. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia.

"Terimakasih Lee seonsaenim" Kyungsoo membukuk sebelum melangkahkan kakinya menuju satu-satunya bangku kosong dikelas itu. Disebelah namja aneh yang sudah sedari Ia datang selalu memandangnya tanpa berkedip. Hah..biarlah, itu tidak masalah bagi Kyungsoo. Yang terpenting Ia bisa mengikuti mata kuliah hari ini.

.

.

.

KAI POV

Apa ini? Apa ini yang disebut takdir? Bagaimana ini bisa terjadi? Pertanyaan-pertanyaan itu yang sedari tadi berputar-putar dikepalaku.

Bayangkan saja, 'dia' yang sudah membawa desiranku hadir kembali, saat ini sedang duduk disebelahku. Walaupun kesan pertamanya sangat memalukan, namun itu sangat lucu menurutku.

Saat Ia mendorong pintu kelas dengan brutal, saat tubuh mungilnya terjatuh karena tindakan bodohnya, dan wajah gugup dengan mata bulatnya membuat jantungku bekerja dua kali lebih cepat. Dan sekarang, Ia sedang duduk manis disebelahku sambil mengatur napasnya yang terengah. Pipinya yang selalu memerah sejak saat pertama kali aku melihatnya ditoko bunga, bibir hatinya yang merekah, dan mata indah itu. Hah, manis sekali.

Aku menyodorkan sebotor air mineral yang memang selalu aku bawa diranselku. Menawarkan padanya, karena aku melihat wajah lelah dan keringat yang bercucuran dari dahi dan lehernya. Mungkin saja Ia haus bukan?

Ia menoleh botol yang aku tawarkan, dan beralih memandangku. Mata bulatnya seolah mengatakan 'apa ini untukku?'. Ahh...dia sangat manis.

"Minumlah, kau pasti haus" aku berucap sewajar yang aku bisa. Walaupun sebenarnya ada letupan-letupan besar didalam sana.

"Ahh...terimakasih"

Ia tersenyum menerima botol dariku. Dan, ahh...suaranya lembut. Masih sama saat pertama kali aku mendengarnya ditoko bunga.

"Tidak masalah, Kyungsoo-sii" Ia hampir saja menyemburkan air dari mulutnya saat mendengar aku menyebut namanya. Haha...itu sangat lucu.

"Ah, iya. Aku Kyungsoo. Siapa nama anda?" Ia bertanya dengan nada halusnya.

"Kim Jongin imnida. Panggil saja Kai" dapat kulihat Ia tersenyum, menampakkan gigi rapinya.

"Senang memiliki teman sebangku seperti anda, Kai-ssi"

Deg

Jantungku semakin berdebar saat mendengarnya menyebutkan namaku. Untuk sesaat, aku melupakan jika aku sedang berada dikelas. Aku terlalu sibuk melihat gerak-gerik namja manis yang kuketahui bernama Kyungsoo disebelahku ini. Menghiraukan ocehan Lee seonsaenim didepan sana. Atensiku hanya satu, tertuju pada Kyungsoo.

.

.

.

Jam terakhir mata kuliah sudah berakhir sekitar 10 menit yang lalu. Dan Kyungsoo belum juga beranjak dari duduknya. Ia masih saja betah menenggelamkan wajahnya diatas meja. Aku heran, apa dia sedang tertidur? Kelas sudah sepi, jika aku tidak membangunkannya dia bisa sendirian dikelas ini.

"Kyungsoo-sii" aku menggerakkan tanganku untuk menyentuh pundaknya. Sedikit menggoyangkan tubuh mungilnya agar namja itu terbangun.

Tak ada sahutan

"Kyungsoo" aku mencoba membangunkannya lagi.

Masih belum ada jawaban.

Apa dia sakit? Kenapa tak ada pergerakan sama sekali darinya.

Baru saja tanganku akan menggoyangkan badannya kembali, Kyungsoo memiringkan kepalanya. Tepat menghapaku. Dan...dadaku kembali berdesir saat melihat bagaimana leher jenjang Kyungsoo terekspose, menampakkan kulit putih selembut bayi. Dan bibir merah yang sedikit terbuka.

Arrghhh...Kyungsoo sangat menggoda. Bahkan pesonanya masih terpancar kuat meskipun sedang tertidur.

Aku mengamati wajah damai didepanku ini. Detakan didadaku tak juga berhenti. Malah justru semakin kencang. Aku tersenyum melihat wajah lelahnya. Hingga tanpa sadar aku mendekatkan wajahku pada wajahnya. Mengikis jarak antara aku dan dia. Dapat kurasakan hembusan napasnya yang teratur, wangi tubuhnya yang lembut, dan...

Satu kedipan

Kyungsoo membuka matanya. Tentu saja itu membuatku gelagapan. Segera aku menjauhkan wajahku dari wajahnya. Jantungku yang semula berada diatas sana, sekarang sudah berada entah dimana. Aku terlalu kaget. Bagaimana jika Kyungsoo mengetahui jika aku mencoba mencuri ciuman darinya?

"Kai, kau masih disini?" Kyungsoo bertanya sambil menegakkan badannya. Meregangkan otot yang terasa kaku. Dan pergerakan kecilnya itu membuatku tak dapat berkedip. Dia terlihat begitu manis saat bangun tidur.

"Kai?" Ia membuyarkan lamunanku

"Ah, i-iya. Ak-aku menunggumu" sial, kenapa lagi-lagi aku tergagap

"Menungguku?" Kyungsoo menunjuk hidungnya sendiri sambil membulatkan matanya.

"Kau menghalangi jalanku. Bagaimana aku bisa keluar jika kau masih berada disitu" aku menunjuk posisi duduknya dengan daguku.

"Ahh...benar. Maafkan aku" Kyungsoo tersenyum canggung. Ia memandang kearahku. Entahlah apa yang sedang Ia pikirkan. Namun mata bulatnya bergerak-gerak menatap mataku bergantian.

"Kai, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Rasanya aku pernah bertemu denganmu sebelum ini" tanyanya polos. Aku tersenyum mendengar pertanyaan darinya. Apa dia lupa? Padahal baru kemarin aku dan dia bertemu.

"Ya, kita pernah bertemu sebelumnya" jawabku mantab

"Benarkah? Dimana?" tanyanya kaget. Mata bulatnya semakin menatapku lekat. Dan itu membuat jantungku kembali berdetak tak karuan.

"Ditoko bunga..." jawabku singkat.

"Hahaha...pantas saja aku seperti pernah melihatmu. Kau langganan toko bunga kami rupanya" Kyungsoo tertawa riang. Persis seperti tawanya saat itu. Aku hanya bisa menatap wajah manisnya. Bahkan wajahnya jauh lebih manis dari Baekhyun.

"Apa kau sering membeli bunga ditokoku?" tanyanya lagi, dan aku mengangguk sambil tersenyum.

"Waahh...untuk siapa? Untuk kekasihmu?"

BLARR

Bagaikan disambar petir. Pertanyaan Kyungsoo membuat hatiku berdetak empat kali lebih cepat. Pertanyaan tentang kekasihku? Benar, bagaimana mungkin aku melupakan Baekhyun saat berhadapan dengan Kyungsoo? Apa yang harus aku jawab?

"Bu-bukan. Itu untuk Eomma-ku" bodoh! Kenapa aku menjawab seperti itu? Bagaimana jika Baekhyun tahu? Dan kenapa hati dan otakku berkata berbeda.

"Ah,begitu. Sepertinya kau sangat menyayangi Eomma-mu" Kyungsoo memandang mataku dengan senyum lembutnya. Sungguh, senyumnya sangat menyejukkan.

"Begitulah" jawabku singkat.

"Ah, bukankah kau akan pulang?"

"Huh?"

"Bukankah kau membangunkanku karena kau ingin pulang?"

"A-ah, iya. Kau tidak pulang?"

"Tidak. Aku masih ingin disini"

Aku mengerutkan dahiku. Kyungsoo masih ingin disini sedangkan ini sudah hampir gelap?

"Kenapa?" aku bertanya. Dan Ia memalingkan wajahnya,menatap lurus kedepan. Wajah cerianya berubah. Mata bulatnya terlihat sendu. Ada apa dengannya?

"Hanya ingin mencari ketenangan" datar. Kulihat Ia tersenyum kecut. Mata yang tadinya berbinar terang kini terasa hampa. Apa yang Ia pikirkan?

Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan. Karena sungguh, aku sangat penasaran dengan perubahannya yang sangat drastis. Tapi niat itu aku urungkan saat ponselku berbunyi, menampilkan sebuah pesan dari Baekhyun. Baiklah, sepertinya aku memang harus segera pergi. Aku tidak ingin membuat Baekhyun menungguku.

"Baiklah, aku pergi. Kau berhati-hatilah" kuberanikan mengusap helaian rambutnya yang halus. Kyungsoo mengangguk dengan senyum memaksa. Membuatku berpikir, haruskah aku meninggalkannya sendirian?

KAI POV END

.

.

.

Namja berperawakan tinggi tengah berjalan sendiri dilorong kampus yang sudah sepi. Tentu saja, ini sudah hampir gelap. Mahasiswa mana yang akan betah berlama-lama dikampus sedangkan dirumah mereka bisa bersantai dan bermalas-malasan. Namun itu tidak berlaku baginya. Namja tampan itu baru saja selesai latihan basket yang mengharuskannya pulang hampir petang.

Langkah lebarnya terhenti saat telinganya mendengar sebuah isakah kecil. Namja itu mengerutkan dahinya, bertanya dalam hati siapa yang menangis?

Ia mencoba memfokuskan pendengarannya, menelusuri setiap lorong yang sudah mulai gelap untuk mencari sumber suara.

Chanyeol-namja tinggi itu menaikkan satu alisnya saat melihat siluet mungil yang tengah duduk dengan menenggelamkan kepalanya diatas meja. Pikiran-pikiran aneh mulai menjalar dikepalanya. Siapa dia? Apa yang sedang ia lakukan dikelas yang sudah sepi ini?

Cahnyeol memberanikan diri untuk mendekati sosok itu. Berjalan perlahan agar tidak mengejutkannya. Bagaimanapun juga Ia manusia normal yang memiliki rasa penasaran dan kasihan. Sangat tidak mungkin Ia meninggalkan seseorang yang mungkin saja sedang membutuhkan bantuannya.

"Jeogiyo" Chanyeol menepuk pelan pundak sesosok itu.

Tanpa menunggu lama, sosok itu mengangkat wajahnya. Segera menghapus air mata yang merembes dari mata bulatnya. Ah,ternyata seorang namja. Tapi benarkah Ia namja? Bagaimana bisa Ia memiliki wajah semanis itu. Bahkan saat wajahnya memerah karena menangis.

Tunggu, perasaan apa ini? Jantungnya berdegup. Rasa hangat menjalar didadanya.

"Apa kau baik-baik saja?" sehalus mungkin Chanyeol bertanya. Tidak ingin menyinggung namja manis didepannya ini.

"Ya. Aku baik-baik saja" namja itu menjawab dengan suara seraknya.

"Apa kau sedang ada masalah? Ah maksudku, kau menangis dan.." Chanyeol gugup. Tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat mata bulat itu memandangnya lekat.

Deg

Sorot matanya. Sepertinya ia mengenal namja ini. Tapi siapa?

"Aku tidak apa-apa. Terimakasih" namja itu tersenyum, tapi Chanyeol tahu jika itu senyum paksa.

"Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah hampir gelap?" tanyanya lagi.

"Ya, aku akan pulang. Permisi" secepat kilat sosok mungil itu berdiri dari duduknya dan mulai berjalan menjauh meninggalkan Chanyeol. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Tanpa memandangnya lagi.

Chanyeol masih memandang tubuh mungil yang mulai menghilang dibelokan lorong, namun tak seincipun Ia berniat untuk menggerakkan tubuhnya. Namja tampan itu tersenyum simpul sambil memegang dadanya.

"Membuatku penasaran"

.

.

.

.

TBC

.

.

.

Kyahh... Noh udah diupload noh...

Buat Eonni yang dari kemaren nanyain Epep ini selamat menikmati (?)

Lhah, JongSoo balik dengan Fic baru lagi, padahal Sacrifice ama Unperfect Kyungsoo belom kelar, hahaha...

Ini semua gegara ide Eonni diseberang kota sono yang nanyain Fic ini mulu. Pan Jadinya JongSoo ngebut bikin biar dia kagak kecewa :D

Ini Fic Kaisoo KaiBaek Chansoo, yang merindukan kisah mereka, segera merapat dan Ripiuw ya.

Karena ripiuw dari kalian penyemangat JongSoo.

Miant kalo jalan ceritanya radak aneh, pan ini masih chap pertama *Nyengirkuda

Baiklah, akhir kata

Happy Reading RnR, Gomawo