Ya, satu lagi fic terbaru author dengan pairing yang… buset banyak banget…
Oke, lagi-lagi misteri… hmm… lagi kecanduan… gak papa deh, kalo ada ide kenapa tidak?
Selamat membaca!
Bring Me With You
Siang hari di sebuah taman kota.
"Lisanna! Tunggu aku!" Teriak seorang gadis sambil berlari mengejar gadis di depannya.
Kedua gadis itu tengah berlomba mencapai sebuah kios es krim di sebrang jalan.
"Lucy! Ayo kejar aku!" Teriak gadis bernama Lisanna itu sambil menengok ke belakang. Tanpa sadar, kakinya sudah berhenti di tengah jalan raya.
Manik mata Lucy mengecil saat melihat sahabatnya itu—
BRAAK
—tertabrak
"LISANNAAAA!"
Pairing : Lucy H. Lisanna S. Erza S. Natsu D.
Genre : Mystery
Disclaimer : Hiro Mashima
Warning : OOC, AU, GaJe, Jelek mungkin, Alur kecepetan, Typo(S).
Tiiiiiit Tiiiiiit
suara alat pendeteksi detak jantung terdengar di kesunyian ruang ICU dimana Lisanna berada. Sedari tadi, Lucy menggenggam tangan Lisanna dan terus menunggunya sadar.
"Lisanna… " Gumam Lucy dengan mata yang meredup.
"Menurut hasil CT Scan, Lisanna-san mendapatkan kerusakan pada otak dan beberapa organ lainnya. Itu membuat dia mengalami stroke yang cukup parah. Tidak dapat dipastikan kapan dia akan bangun… " Ujar dokter yang menangani Lisanna.
Mira dan Lucy menutup mulut mereka tidak percaya, sementara Elfman berjalan beberapa langkah ke belakang dan duduk. Ia menjambak rambutnya frustasi.
"Ini salahku… ini semua salahku!" Kata Lucy setengah berteriak. Ia mengepalkan tangannya sekuat tenaga.
"Lucy… ini semua takdir… " Mira menyentuh bahu Lucy dengan getir.
Genggaman Lucy semakin erat.
"Maaf… maaf Lisanna… " Gumam Lucy. Tanpa sadar setetes air mata membasahi punggung tangan Lisanna.
Sesekali alat Bantu pernafasan Lisanna berembun. Setidaknya itu menandakan kalau ia masih hidup.
GREK
Pintu digeser perlahan. Seorang pria paruh baya masuk dengan wajah khawatir.
"Lucy… " Panggil pria itu.
Lucy cepat-cepat menghapus air matanya dan tersenyum melihat pria itu.
"Ayah… " Balasnya.
"Sudah saatnya kau pulang. Tentu kau harus ke sekolah. Kau tau, kau sudah akan lulus dan masuk universitas, kan? Kau tidak bisa setiap hari datang ke sini… " Ujar pria itu.
"Aku mengerti ayah… " Jawab Lucy. "Lisanna. Aku pergi dulu. Nanti aku kembali lagi… " Bisik Lucy pada telinga Lisanna.
Keesokan harinya.
"Selamat ya Lucy!"
"Lucy selamat!"
"Terima kasih semuanya!" Balas Lucy pada teman-teman seangkatannya.
"Sayangnya Lisanna tidak bisa datang… " Ujar seorang gadis dengan raut wajah kecewa. Gadis lainnya langsung menyikutnya. "Kau ini! Merusak suasana saja!" Bisik gadis itu dengan suara sekecil mungkin.
Senyum Lucy meredup. Anak tunggal pemilik sekolah tempat ia menuntut ilmu itu berjalan dengan pelan dan duduk di kursi taman.
"Ah," Lucy teringat sesuatu.
Ia pun langsung berdiri dan berlari ke tempat sahabatnya.
Rumah sakit.
GREK
"Lisanna…" Panggil Lucy.
"Oh, Lucy, kau datang…" Ujar Mira. "Lisanna, Lucy datang lagi… " Lanjutnya sambil tersenyum pada Lisanna.
"Sini, sini, biar aku bawakan tasmu… pasti berat ya… " Elfman langsung berlari kecil ke arah Lucy dan membawakan tasnya.
"Ah, tidak, isinya hanya ijazah, kamera, dan handphone…" Ujar Lucy sambil tersenyum.
Lucy berjalan ke arah Lisanna yang masih menutup matanya.
"Lucy, bagaimana tadi?" Tanya Mira.
"Berjalan lancar. Foto, berjabat tangan, berpisah dengan teman, dan akhirnya aku ke sini… " Jawab Lucy sambil tertawa kecil.
"Pasti berat meninggalkan teman-temanmu… " Ujar Mira.
Lucy melihat Lisanna. Matanya meredup melihat sahabatnya yang tidur di kasur dengan alat Bantu pernafasan. "Ah, sepertinya kalimatku kurang pas… " Gumam Mira pada dirinya sendiri.
"Lisanna bagaimana?" Tanya Lucy.
"Ah… dia membaik kok… " Jawab Mira sambil tersenyum. Walaupun dokter belum menyatakan apa-apa soal keadaan Lisanna.
"Semoga cepat sembuh… " Lucy mengusap punggung tangan Lisanna perlahan. Rasanya sungguh aneh. Kenapa harus Lisanna yang menjadi seperti ini? Kenapa bukan Lucy saja?
"Eh, Lucy, bagaimana dengan teman-temanmu? Satu universitas kah?" Tanya Elfman mengubah topik.
"Oh, kami semua berpisah. Natsu keluar negri, Erza di universitas yang berbeda, Gray memilih untuk bekerja, dan… seharusnya aku dan Lisanna satu universitas… " Lucy tersenyum getir melihat Lisanna.
Topik ini pun masih membawa-bawa Lisanna.
"Lucy, mau minum?" Tanya Mira.
"Oh, boleh… " Jawab Lucy. "Teh atau kopi?" Tanya Mira. "Teh saja… ". "Kenapa kau tidak suka kopi Lucy?" Tanya Mira sambil mengambil sebuah cangkir.
"Karena pahit. Ya kan, Lisanna?" Sekali lagi, Lucy mengusap punggung tangan Lisanna. "Lisanna juga tidak suka kopi... "
"Bahkan sampai minuman pun… " Gumam Mira.
Lucy dan Lisanna memang sangat dekat. Bahkan seperti kakak adik. Rumah Lucy seperti rumah Lisanna, dan begitu juga sebaliknya. Mereka seperti saudara yang berbeda marga. Semua tentang Lucy diketahui Lisanna, dan semua tentang Lisanna, diketahui Lucy. Kemana pun mereka selalu bersama. Dan saat itu, saat mereka akan membeli es krim dengan rasa yang sama, takdir berkata lain.
Sampai malam, Lucy terus memperhatikan Lisanna. Menunggu gadis itu bangun. Bertengkar lagi dengannya karena hal kecil, dan mendengar suaranya. Juga suara khasnya saat ia membangunkan Lucy yang tertidur di kelas. Mentraktir dan ditraktir. Apa dia masih bisa melakukan hal itu bersama?
"Lucy, saatnya kau pulang… " Kata Mira hati-hati.
"Uh, iya… selamat malam… " Lucy pun bangun dan mengambil tasnya. Setelah membungkuk ia keluar dari ruangan itu.
"Hmm… besok aku libur… sampai saatnya aku masuk universitas, aku akan datang terus untuk melihat keadaannya, ah!" Gumam Lucy sambil terkekeh.
Keesokan harinya.
"Aku pergi dulu!" Teriak Lucy di depan pintu rumahnya.
"Hmm… sebelum menjenguk Lisanna, aku harus membawa sesuatu!" Pikir Lucy sambil tersenyum. Ia pun pergi ke halte. Tak butuh waktu lama untuk berdiri menunggu bis, bis pun datang.
"Permisi… " Kata Lucy sopan pada 2 lansia yang duduk di sampingnya.
Selama perjalanan, Lucy terus memikirkan makanan apa yang akan ia bawa. Roti? Kue? Donat? Ya! Donat saja! Mira dan Elfman juga suka donat! Jadi kalau dia membawa donat pasti akan habis tanpa sisa!
"Hey, menurutmu apa anak muda jaman sekarang masih tau dengan legenda hutan itu?" Tanya nenek yang duduk di sebelah Lucy pada kakek di sebelahnya.
"Kurasa tidak… anakku saja menganggap hal itu sebagai cerita orang tua dan mitos… " Jawab si Kakek.
"Haah… padahal sangat berbahaya jika ada yang masuk ke dalam sana… " Ujar si Nenek sambil menghela nafas.
"Maaf, apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Lucy sopan.
"Ooh… anak muda sepertimu pasti tidak tau dengan legenda hutan di pinggir air terjun itu kan?" Tanya nenek itu.
Alis Lucy saling bertautan. "Hutan? Legenda?"
"Ya, biar ku jelaskan agar anak muda jaman sekarang tau… " Kata kakek itu. "Di kota ini, ada sebuah hutan dekat air terjun yang punya kutukan." Lanjut si Kakek.
"Katanya, kau bisa bertemu dengan orang yang sudah tiada, tapi sebagai gantinya, kau harus ikut bersama mereka… " Jelas si Nenek. "Berhati-hatilah nak."
"Pemberhentian nomor 3!" Teriak petugas.
"Ayo, kita segera turun. Atau tidak kita bisa ditinggal… " Kakek dan nenek itu pun turun dengan langkah bergetar. Lucy hanya memperhatikan kepergian dua orang lansia itu.
Di rumah sakit.
GREK
"Hai Lisanna! Hai Mira! Hai Elfman!" Sapa Lucy ceria.
"Wah, lihat! Lucy datang lagi!" Balas Mira. "Apa yang kau bawa Lucy?" Pandangan Mira tertuju pada sebuah kotak dengan gambar donat.
"Sudah pasti kan? Donat!" Jawab Lucy sambil mengangkat kotak itu.
"Waah!" Elfman yang dari tadi duduk lesu langsung berlari dan merampas kotak berisi donat itu.
"Elfman!" Tegur Mira.
"Maaf nee-chan! Nanti akan aku sisakan untuk kalian bertiga!" Jawab Elfman sambil membuka kotak itu dengan kasar.
Mira hanya geleng-geleng melihat tingkah adiknya yang tidak sopan itu. Sementara Lucy hanya tersenyum melihatnya.
Kemudian ia beralih pada Lisanna.
"Lisanna, dalam perjalanan tadi, di bis, 2 orang lansia menceritakan sebuah legenda yang tidak pernah aku tau… " Ujar Lucy. Mira dan Elfman diam mendengarkan.
"Katanya, ada sebuah hutan yang dapat mempertemukanmu dengan orang yang sudah tiada…" Lanjut Lucy. Kedua alisnya bertaut seakan masih belum percaya dengan perkataan lansia itu.
"Hutan? Aku tidak pernah mendengar itu… " Alis Mira juga saling bertautan.
"Ah, mungkin memang hanya cerita orang tua saja… " Kata Elfman.
Mira dan Lucy terdiam. "Mungkin benar apa yang dikatakan Elfman… "
Selama 3 bulan sebelum masuk ke universitas, Lucy selalu menyempatkan waktunya untuk menjenguk Lisanna. Tidak pernah satu hari pun ia absen datang ke rumah sakit. Bahkan jika ia datang, security dan resepsionis langsung tersenyum dan menyapanya. Lucy memang orang yang mudah di ajak bergaul dan ramah.
Sehari sebelum upacara penerimaan mahasiswa baru, Lucy datang lagi ke ruang ICU tempat Lisanna dirawat. Dan itu pun hanya sebentar. Tidak seperti biasanya.
"Aku mau pergi dulu!" Setidaknya itu yang Mira dan Elfman dengar sebelum Lucy keluar.
Malam hari.
Lucy sedang berdiri di tepi hutan. Ia mencari anting-antingnya yang terjatuh di sekitar sana. Suara air terjun sangat besar, dan hawa dingin terasa sampai ke kaki Lucy.
"Waah… aku harus ke sini pada pagi hari… dan aku bisa saja mengajak Lisanna saat ia siuman nanti… " Kata Lucy sambil terkekeh pelan.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dan Lucy sudah minta ijin untuk mencari antingnya di sekitar hutan.
"Dimana ya… " Tanya Lucy sambil membungkuk.
"Apa kau mencari ini?" Tanya seorang gadis.
Manik caramel Lucy langsung membulat begitu melihat gadis yang ada di hadapannya. Dan gadis itu juga memiliki anting-anting Lucy.
"Li-Lisanna!?" Tanya Lucy tidak percaya.
"Hihihi… Iya, ini aku!" Jawab Lisanna.
"Tapi kan, kau harusnya—"
"Tidur di kasur? Oh ayolah Lucy, ada kalanya ketika aku bosan dan harus pergi berjalan-jalan… " Kata Lisanna sambil terkekeh.
"Tapi… sendirian?" Tanya Lucy khawatir.
Lisanna mengangguk. "Hey, kau tau? Ada tempat yang sangat indah di dalam sini!" Kata Lisanna.
"Tapi kan hutan ini—"
"Itu hanya cerita orang tua, Lucy! Percayalah padaku! Tempatnya sangat indah!" Bujuk Lisanna.
"Umm… tapi—"
"Ya sudah kalau kau tidak mau ikut… aku akan pergi sendiri dan kembali pada pagi hari dimana Mira-nee dan Elf-nii belum bangun!" Kata Lisanna jahil. Kemudian ia berbalik dan mulai berjalan memasuki hutan.
"Li-Lisanna! Bawa aku bersamamu! Aku tidak ingin berpisah denganmu lagi! Aku sudah lama ingin berjalan-jalan bersamamu!" Teriak Lucy.
Lisanna berhenti dengan punggungnya yang membelakangi Lucy.
Dia menyeringai.
"Baiklah Lucy, ayo, ikut denganku! Aku akan membawamu bersamaku!" Kata Lisanna dengan ceria sambil mengulurkan tangannya ke arah Lucy.
"Jadi? Sudah berapa lama kau berjalan-jalan di sini?" Tanya Lucy. Tangan Lisanna terus menggandengnya dengan kuat. Tidak ingin melepaskannya.
"Baru hari ini… " Jawab Lisanna dengan nada datar.
"Eh?!"
Teeet Teeet Teeet
"Halo?" Ucap Nyonya Heartfilia.
"Lucy? Lucy sedang pergi mencari anting-antingnya yang terjatuh… " Jawab Nyonya Heartfilia.
"…" Nyonya Heartfilia diam mendengarkan orang di sebrang.
"Apa?!" Tanyanya tidak percaya.
"Baru saja… hiks… dokter menyatakan kalau… " Ujar Mira di sela-sela tangisnya. Di sampingnya, Lisanna sedang tidur dengan wajahnya yang ditutup oleh kain.
.
.
.
"Lisanna telah meninggal…"
To Be Continued
Fic baru dari author telah hadiiiir!
Maaf kalo alurnya kecepetan. Abisnya author gak tau mau ngapain lagi..
Oh, soal alat kedokteran, maaf kalo ada kesalahan… soalnya saya kan orang awam… hehehe… :D
Akhir kata,
Continue?
