First fanfic, maaf kalo jelek yaa... ^_^
Genre : Romance/Hurt comfort
Rated : T
Pair : Akashi.S & OC
Desclaimer :
Kuroko no basket©Fujimaki tadatoshi
.
.
.
.
Mōichido (Sekali lagi)©CleonAkaCloti
Warning : banyak TYPO bertebaran(?), gaje, abal, lebay dsm(dan semacamnya)
Untuk penggambaran character OC sesuai imajinasi Reader
" ..." dialog
'...' bicara dalam hati
RnR please
.
.
.
.
Wuusshh... tiupan angin memasuki kamar lewat jendela yang sedikit terbuka, membuatku sedikit terganggu dengan ulah sang angin tanganku berusaha mencari kain untuk melindungu tubuhku yang kedinginan. "haaahh... kau memang bisa diandalkan selimbut kesayanganku"
30 menit berlalu, "ugh..." kali ini sinar matahari yang menyorot langsung ke wajah membuat mataku silau karnaya 'lagipula siapa yang membuka gorden kamarku? Bukankah ayah dan ibu sedang tidak ada di rumah? Eh tunggu aku lupa kalau semalam aku lupa menutup gorden karna terlalu lelah dan langsung tidur, dan-' "ughh kenapa jendela kamarku dibangun menghadap langsung terbitnya matahari" aku pun membalikan badanku dan kembali tidur.
1 detik... 2 detik... 3 detik... 4 detik... 5 detik...
'tunggu, hari apa sekarang?... Senin.' Aku langsung mengambil jam di meja dekat tempat tidurku "kyaaaaaaaaaaaaaaaaa! GAWAT GAWAT GAWAAAAT AKU TELAAAAAT" aku langsung melompat dari ranjangku "Apa yang harus aku lakukan?" bertanya pada diriku sendiri seperti orang bodoh
Aku berusaha mempercepat langkahku sambil melihat jam tangan masih ada 10 menit lagi sebelum gerbang ditutup "aarrgh kenapa aku bisa lupa memasang alarm di hari yang penting ini" aku merutuk diriku sendiri sampai- "Siap" anak laki-laki siap menendang bola "DUAKK!" –sebuah bola mengenai wajahku dan parahnya "ah Onee Chan, bisa tolong lemparkan bolanya dong!" 'APA, Mereka malah memikirkan bolanya dari pada wajahku yang kesakitan' "Oi, harusnya kalian bermain hati – hati bagaiman kalau wajahku jadi jelek karna bola kalian" aku sedikit berteriak membentak mereka "Seram!" ucap mereka kompak mereka langsung meminta maaf karna takut melihat wajahku yang menurut mereka seram.
"Kurasa mereka tidak sengaja menendangnya"
"eh" Suara ini,
"dan, heh... wajahmu tidak akan jelek hanya karna terkena lemparan bola" ucapnya sedikit tertawa
"Akashi san" sedikit lama aku melihatnya dan jantungku kembali berdebar lebih kencang seperti biasanya setiap kali bertemu denganya, mungkin wajahku lebih merah dari yang sebelumnya.
"Hidungmu berdarah"
"Akh" aku memegang hidungku dan benar saja berdarah aku langsung mencari tisu di dalam tas namun tidak ada, tak lama Akashi menyodorkan sapu tangan dan helm miliknya
"Naiklah kita akan terlambat" perintahnya datar.
"A-arigatou" kataku gugup serta mengambil helm dan saputangan dengan cepat aku menaiki sepeda motornya dan langsung tancap gas membuat tubuh depanku mengenai punggungnya dan tanganku secara refleks memeluk pinggangnya 'ah kami-sama apa ini balasan atas kesialanku tadi? Terima kasih kami-sama' tapi aku segera membuyarkan pikiranku dan menjauhkan posisiku agar tidak terlalu dekat dengannya, karna aku takut membuatnya tidak nyaman.
'Kebetulan sekali Akashi menggunakan motor sportnya biasanya dia selalu antar jemput menggunakan mobil mewah. Dan yang apling penting dari itu semua, Untuk pertamakalinya aku berboncengan dengan Akashi' wajahku semakin memerah dan darah dihidungku mungkin sudah berhenti bahkan rasa sakit di hidungku tidak aku perdulikan saking senangnya 'arigato kami-sama rasa rinduku telah terobati'
Yah selama liburan musim panas aku tidak pernah melihatnya dan karna itulah aku benci musim panas karna aku tidak bisa melihatnya, setiap hari selalu ku hitung berapa hari lagi sampai masuk sekolah setiap waktu Akashi selalu memenuhi pikiranku dan perasaanku terhadapnya semakin bertambah.
.
.
.
.
.
Flashback
2 tahun yang lalu
Aku, kise, dan takao kami bertiga sedang membersihkan lantai lapangan basket. "AkaneCchi kau harus melakukanya dengan benar, kalau kau melakukanya seperti itu lantainya tidak akan bersih"
"hai hai... lagipula kenapa kise kun memilih aku yang membersihkan lantai bersamamu, kan masih banyak murid lain"
"Entahlah, mungkin wajah AkaneCchi yang pertama ku lihat"
"ha... Dasar"
Saat kise mendorong sapu lantainya ada seseorang yang menghentikannya
"Eh Momoi-san" Kise mengangkat wajahnya dan melihat orang dihadapanya
"Ryota-kun apa rumahmu jauh dari sekolah?"
"hmm... tidak terlalu jauh, memangnya kenapa?" jawab kise penasaran
"Baguslah, yosh! sudah kuputuskan aku dan semua tim basket akan berkunjung kerumahmu"
"hai, eh apa tu-tunggu momoi-san ken-" momoi langsung meninggalkan lapangan sambil melambaikan tangan "Baiklah sampai ketemu nanti sore Ryota-kun"
"Haaaa...kenapa mereka tiba-tiba ingin kerumahku, merepotkan"
"bukankah itu bagus jarang sekali kan ada teman yang berkunjung ke rumahmu" aku menepak pundaknya bermaksud untuk menghiburnya "Kalau begitu AkaneCchi juga harus ikut"
"Heee kenapa juga aku harus ikut, enggak enggak aku kan tidak dekat dengan mereka"
"ayo lah Akanecchi, rumahmu kan tidak jauh dari rumahku lagipula tidak akan seru jika hanya ada satu perempuan hemm" rengeknya padaku
Sebenarnya bukannya aku tidak mau, hanya saja aku akan merasa sangat gugup tapi kise sudah memaksaku untuk ikut "Baiklah"
"Nah begitu dong!" tangannya mengusap kepalaku sedikit kasar membuat rambutku berantakan
Dan aku tidak suka "Hentikan! Aku bukan anak anjing" aku menepis tangannya halus
-Skip time-
"Enak... masakan Akanecchi enak sekali benarkan kurokocchi?"
"hai, enak sekali lain kali aku ingin mencoba lagi masakan Harumi-chan" hening yang lain terdiam termasuk diriku 'apa? Apa aku tidak salah dengar? Baru pertama kali ada laki – laki yang meminta di masakan kembali masakanku' "ah, ha'i" jawabku agak tersipu
"heee kuroko–kun masakanku juga sama enaknya benarkan Aomine-kun" momoi sepertinya tidak mau kalah dariku
"aa" jawabnya datar
Pandanganku beralih 'Akashi bahkan tidak menyentuh masakanku, apa dia tidak suka?'
"Akashi kenapa kau tidak makan?" midorima seolah membaca pikiranku "Aku sedang tidak nafsu makan"
Setelah acara makan-makan selesai satsuki merasa bosan karena tidak ada kegiatan lain yang dilakukan mereka seolah sibuk sendiri , ia pun mengajukan sebuah ide yang sedikit nakal
"Ne, minna bagaiman kalau kita memainkan suatu permainan truth or dare?"
dengan menyebutkannya saja sudah membuat meraka ogah – ogahan. pada akhirnya yang bermain hanya ber-empat Kise,Kuroko,Momoi, dan aku Sendiri 'ini karna aku di paksa mati-matian oleh Kise dan Momoi pada akhirnya aku selalu saja menurut.
"yosh! Siapa yang pertama" satsuki mulai memutar botol "yey! Botolnya berhenti menunjuk padamu Kuroko-kun, kau pilih kejujuran atau keberanian?"
"aku pilih kejujuran" kuroko memilih dengan ekspresi biasa saja seolah tidak ada rasa takut
"Kuroko Tersuya , jika semua anggota kiseki no sedai adalah perempuan mana yang akan kau nikahi?" aku memberikan pertanyaan yang lucu padanya
"Kurasa aku akan menikahi Akashi-kun" jawabnya polos + ekspresi datarnya
"byuuur" Akashi yang sedang minum menyemburkan minumannya sampai membasahi bajunya. yang lain tak kalah terkejutnya dengan kejujuran kuroko termasuk diriku
"baiklah kita lanjutkan" satsuki kembali memutar botolnya 'aku mulai merasa tidak enak jantungku berdebar 2x lebih kencang' putaran pada botolnya mulai melambat dan mataku terbelalak
"Akane-chan, baiklah kau pilih kejujuran atau keberania?" satsuki merasa bersemangat ketika melihatku, keringat dingin mulai bercucuran "aku pilih... keberanian" satsuki melihat sekeliling "ada yang mau memberinya tantangan?" tak ada satu pun yang menjawab "hah baiklah biar aku saja, kau siap?" aku mengangguk meng iya kan " Harumi Akane, aku menantangmu mengungkapkan perasaanmu dengan lantang" aku menunduk menahan emosiku 'haruskah aku menyerah dan mengatakan bawha aku tidak menyukai siapapun. Namun jika ku lakukan itu sama saja aku seperti pecundang, dengan penuh keberanian aku mengangkat kepalaku tegak dan mataku bertemu dengan mata jernihnya aku mulai mengambil nafas
"Akashi seijuro , AKU SUKA PADAMU" teriakku cukup lantang, rok sekolahku sudah kusut karna cengkraman tanganku hening tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun semua mata tertuju pada Akashi. Sekilas aku melihat ekspresi Kise terlihat seperti kesal
"Apa jawabanmu?" Kise bertanya pada
'kenapa kau diam saja jangan membuatku menunggu terlalu lama setidaknya katakan tidak jika memang kau tidak menyukaiku'
"Aku tidak peduli" jawabnya absolute 'JLEBB...' sakit, sesuatu di bagian dadaku terasa sakit bahkan untuk bernafas pun sulit mataku mulai terasa panas "sebaiknya aku pulang ibuku mungkin menghawatirkanku" ucapku bohong, aku beranjak dari tempatku dan mengambil tas dengan langkas cepat aku keluar dari rumah Kise tanpa memperdulikan panggilan Kise.
"Kau terlalu berlebihan" kali ini Aomine yang berbicara
End of FlashBack
.
.
.
.
.
Sejak saat itu aku berusaha melupakan perasaanku menghapus semua pikiran darimu. Namun semakin aku melupakanmu semakin susah untuk menghapus semua pikiranku tentangmu. Sebesar inikah rasa cintaku padanya? Dia bahkan tidak peduli dengan perasaanku. Aku terus memandang punggungnya Ingin sekali aku memeluk punggungnya yang hangat. 'ne Akashi-kun apa kau ingat perasaanku padamu'
'Sekali lagi... aku ingin mengatakannya sekali lagi, Bahwa Aku sangat mencintaimu Akashi Seijuro, selalu... selalu Mencintaimu'
Tbc
Akhh! diriku bingung sebaiknya aku teruskan atau selesai sampai di situ, Mohon saran & Bantuannya karena ini fic pertama saya dan belum punya pengalaman sama sekali
Saya siap menerima komentar apapun.
