standard disclaimer applied.


|| 0068 || 779910 || 217 || 61412 || 9488 ||

EXO telah selesai dengan promosi album 'Wolf' dan repackaged 'Growl" mereka.

Kini mereka tengah mengambil istirahat setelah masa promosi comeback yang nyaris tanpa henti. Pulang dari konser mereka di Malaysia, Kris mengambil waktu untuk ke Kanada mengunjungi orang tuanya. Lalu, setelah Kris kembali dari Kanada, giliran dua member EXO lain—yang berasal dari Cina memutuskan untuk mengunjungi negeri tirai bambu tersebut. Walau beberapa insiden sempat terjadi saat para member itu memutuskan pulang. Seperti Yixing yang ketinggalan pesawatnya sehingga manajer harus me-reschedule jadwal penerbangannya, Kris yang meninggalkan paspornya, sampai LuHan yang menjatuhkan S4-nya di bandara. Setelahnya, semuanya berjalan lancar.

Member EXO yang tersisa memutuskan untuk tetap berada di dorm dan pulang beberapa hari lagi. Begitu juga dengan Kim MinSeok. Fake maknae EXO itu masih di dorm bersama dengan member lain. Walau sedikit kesepian dengan kepergian LuHan, tapi toh anggota lain tetap bisa membantunya menghilangkan kebosanannya. Lagipula, dengan tidak adanya LuHan, ia bisa tidur lebih cepat malam ini—atau begitulah menurutnya. Hanya saja Minseok merasa ada sesuatu yang hilang dan waktu mendadak berjalan sangat lambat. Oh, ayolah Kim MinSeok, LuHan baru saja pergi kemarin.

Saat ini MinSeok tengah bergelung di kamar yang ditempatinya dengan tiga member lain, Tao, ChanYeol, dan BaekHyun yang memilih untuk berkumpul di ruang tengah. Menonton TV. Thermostat menyala, namun entah kenapa suhu tetap saja sangat dingin. Termometer menunjukkan angka di bawah nol, yang memungkinkan terbentuknya salju di luar dorm. Sepertinya musim dingin tahun ini memutuskan datang lebih awal. Setelah sarapan tadi, MinSeok memilih untuk kembali bergelung di tempat tidurnya. Ia ingin menghangatkan dirinya di dalam kamarnya yang terletak di lantai tiga, tidur dengan selimut rangkap dua di tubuhnya—mengabaikan ejekan BaekHyun dan JongDae soal ketakutannya akan dingin dan kekuatannya di MV 'MAMA' yang kebetulan memang frost.

MinSeok baru saja ingin bangkit dan keluar untuk meminta minuman hangat pada KyungSoo saat ponselnya bergetar. Sms dari LuHan.

Baozi!

Jemari MinSeok bergerak untuk membalas sms dari LuHan. Entah kenapa hanya membaca sms dari pemuda itu membuat tubuhnya berdistraksi dengan rasa bahagia yang aneh.

Kau sedang apa?

Sms ke dua muncul sebelum MinSeok sempat menekan ikon send.

Lama sekali.

Sms ke tiga.

Kau pasti sedang macam-macam ya?

MinSeok mencoba mengabaikan sms itu, tapi ponselnya lagi-lagi bergetar. Nama LuHan terpampang di layar ponselnya.

"Lu—!"

"—lama sekali kau membalas smsku. Kau sedang apa? Kau tidak sedang macam-macam dengan SeHun, 'kan?"

Rasanya MinSeok ingin tertawa dan mengumpat dalam waktu yang bersamaan.

"Di sini dingin sekali, Lu." MinSeok memberi jeda pada kalimatnya. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur. "Aku sedang tidur dengan dua selimut membungkus tubuhku. Kau sendiri sedang apa?"

Terdengar kekeh dari line seberang. "Karena aku tahu kalau sekarang dingin itulah aku meneleponmu. Aku takut kau sedang 'menghangatkan' diri bersama SeHun."

Posesif. MinSeok menghela napas. "ChanYeol yang punya kekuatan api, Lu."

Tawa LuHan semakin keras. "Aku merindukanmu, Baozi."

MinSeok merasa sulit untuk mengatakan bahwa ia juga merasakan hal yang sama. Apalagi visual EXO M itu baru saja kemarin meninggalkan Seoul. MinSeok memilih untuk membicarakan hal yang lain. "Kau sedang apa, Lu?"

"Berjalanlah menuju jendela."

MinSeok tak mengerti. "Ada apa?"

LuHan tak menjawab dan MinSeok memilih untuk menuruti permintaan aneh pemuda itu. Jemarinya menyingkap gorden yang menutupi jendela kaca di depannya. Tak ada apapun yang bisa terlihat kecuali salju yang beterbangan di luar dorm.

"Tidak ada apa-apa, Lu."

Lagi-lagi LuHan tak menjawab. Pemuda itu memutuskan sambungan audio-nya dan mengubahnya menjadi video call. Wajah pale yang bermahkota warna senja itu tersenyum.

"Hei, Baozi. Lihatlah ke bawah."

MinSeok mengabaikan getaran yang muncul seiring dengan senyum Luhan di layar ponselnya dan memandang ke halaman dorm. Agak sulit memang mengingat ia sekarang berada di lantai tiga. Dan pada akhirnya ia tidak melihat apa-apa.

"Tidak ada apa-apa, Lu."

"Sekarang lihatlah ke ponselmu," perintah LuHan.

MinSeok menurut dan sekarang ia melihat LuHan yang tengah berdiri di balik pagar—pagar rumahnya di Beijing. Kristal-kristal salju jatuh di bahunya.

"Apa yang kau lakukan?" MinSeok nyaris terpekik.

"Di sini dingin sekali," keluh LuHan.

"Karena itu cepatlah masuk. Lagipula apa-apaan kau itu?" MinSeok tidak bisa menyembunyikan nada jengkel di dalam suaranya. Tapi, LuHan hanya tertawa.

"Aku hanya ingin melihat kekasihku dari sini. Maksudku bukankah ini terlihat jadi sangat romantis? Aku berdiri di balik pagar di tengah salju hanya untuk melihatmu?"

"Dan kau menungguku keluar untuk menyeretmu masuk, hm? Kau bisa melakukannya nanti di dorm. Agar aku tak kesulitan untuk menyeretmu masuk."

LuHan memejamkan matanya. Bibirnya membentuk lengkung senyum. "Aku hanya ingin melihatmu dari sini."

Minseok merasakan sebuah kehangatan aneh menelusup di dalam dirinya yang ia yakin bukan berasal dari thermostat di ruangannya.

"Masuklah, Lu. Kau bisa sakit." Mata MinSeok masih tak lepas dari layar ponsel di tangannya. Salju di bahu LuHan semakin tebal.

"Kau lupa?"

MinSeok memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Kau adalah salju Kekuatanmu adalah salju dan—" LuHan menyentuh dadanya. "aku rusanya."

Hari ini memang aneh dan sangat dingin. Tapi, pipi MinSeok merona oleh sebuah kehangatan dari pemuda yang tengah di Beijing itu. LuHan berdiri di depan pagar rumahnya, melakukan panggilan video call dengannya hanya untuk membuatnya merasa bahwa kekasihnya itu tengah mengamatinya di balik pagar.

"Rusa salju yang romantis."

"Bodoh." Lagi-lagi wajah anggota tertua EXO itu merona. "Masuklah, Lu. Sebelum salju membuatmu semakin bodoh."

"Iya-iya." LuHan tersenyum. Sejenak ia menjauhkan ponselnya untuk bergerak membuka pagar dan berjalan menuju rumahnya. Samar Minseok melihat jejak-jejak kaki LuHan di atas salju yang menumpuk di halaman rumahnya.

"Kau tahu di sini dingin sekali, Baozi." LuHan telah memasuki rumahnya dan kembali menatap layar ponselnya. Senyum pemuda itu misterius. "Apalagi kalau malam hari."

"Kau bisa memasang pemanas ruangan pada suhu tertinggi, Lu."

LuHan menatap lurus pada manik MinSeok di layar ponselnya. "Aku ingin kau yang jadi thermostat-nya, Baozi."

"Tapi, bagai—?"

"Kau lupa fungsi video call, Baozi? Kuingatkan salah satu fungsinya kalau kau lupa." LuHan menutup pintu di belakangnya. "Video call bisa menjadi pengganti thermostat untuk pasangan yang sedang terpisah oleh jarak. Jadi, aku tunggu 'thermostat' darimu malam ini."

Pemuda itu mengedip dan langsung mematikan sambungan video call-nya. Meninggalkan MinSeok dengan wajah memerah sempurna yang kini tercetak jelas setelah sadar apa maksud dari kata-kata LuHan barusan.

MinSeok mengutuk LuHan pelan. Tangannya bergerak menutup gorden jendela dan kembali ke tempat tidurnya. Yang ia sadari, ada LuHan maupun tidak ada LuHan, sepertinya ia tidak akan bisa tidur cepat malam ini. Selain itu, sepertinya men-charge ponselnya dari sekarang terdengar lebih baik daripada nanti LuHan kecewa jika 'thermostat'nya hanya berfungsi setengah jalan.

...

SELESAI


( © AL, 2013 )