Dalam rindu, kuberucap

Dalam sesal panjang, kuberharap

Akankah kau, kan hadir kembali?

By Sasu

Detik demi detik dari jam dinding berlalu memenuhi ruangan luas nan megah itu. Dinding kaca yang bertahta di sisi kanan dan kiri ruangan sudah berangsur kelam. Kerlapan lampu-lampu malam mulai menghiasi pemandangan sang malam. Hingga bintang-bintang kecil pun ikut dalam perayaan. Ditambah kedatangan sang bulan purnama yang bersinar terang.

Bunyi-bunyi pada ketikan tombol keyboard komputer telah menjadi perpaduan bunyi halus bersama detik demi detik perjalanan jarum jam. Jari-jari putih itu bergerak cekatan di atas keyboard komputer yang menyala. Suasana malam yang semakin mencekam, tidak membuat sang pemilik jari berhenti. Malah membuat mata beriris onyx itu menatap layar radiasi yang terpancar di depannya dengan tatapan semakin tajam.

"Otoutou, hari sudah malam."

Sebuah sahutan peringatan yang berasal dari suara baritone berirama datar, membuat gerakan jemari itu terhenti perlahan. Diikuti oleh kepala rambut raven yang bergerak ke arah datangnya sang pengganggu kesunyian. "Hn," gumam bibir pucat itu singkat sambil mengalihkan perhatiannya kembali pada layar komputer.

Helaan napas pelan, mengisi kekosongan ruangan yang penuh akan bunyi ketikan. Lelaki tampan berambut hitam panjang yang kini masih berdiri di depan pintu itu hanya dapat merenung melihat tingkah pemuda tampan merangkap adik dan bawahannya. Sejak lima tahun yang lalu, pribadi sang adik yang memang pendiam, berubah menjadi lebih pendiam. Bagai tubuh hidup mendekati kematian.

"Sasuke, kalau kau masih memikirkan 'dia', co-"

"-Aku tidak sedang memikirkan 'dia', Aniki. Pergilah!"

Dia...

Ya, dialah penyebab dari perubahan yang ditampakkan oleh sang adik. Seorang adik yang dulunya sangat optimis dalam hidup, kini semuanya telah hilang. Meninggalkan sosok seorang pemuda kurus pucat yang selalu mengurung diri di tempat kerja dan menulis tulisan penuh akan kata-kata tak bernada.

"Kau selalu memikirkannya, Otoutou..."

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story : Kimnana

Pair : SasuSaku and slight

Rate : T

Warning : AU, OOC, Typo's, Flashback, and anothers

.

Happy reading!

.

-Tujuh tahun yang lalu-

Sebuah buku bersampul putih terlihat tergeletak begitu saja di salah satu lorong sekolah. Menyebabkan beberapa lembar dari halamannya terbuka dengan lebar. Menuntut beberapa baris tulisan rapi yang ada terlihat jelas dengan sendirinya.

Melihatmu, membuatku terpaku

Tanpa dapat beralih, pada seindah dunia

Kau, lebih indah

Apakah kau sadar?

By None

Sebuah tangan pucat telulur pada buku kecil tersebut. Dengan ragu, wajah tampan dari sang pemilik tangan menatap buku yang ada di tangannya. Sebuah tulisan indah terpampang dengan jelas di tengah-tengah buku. Menandakan kalau ia telah dimiliki oleh seseorang.

"None?"

Itu saja. Sebuah tulisan tidak dimengerti yang ditulis dengan pena berwarna biru berkaligrafi khas latin. Gambar sangat samar dari sebuah pemandangan dengan hamparan bunga matahari menjadi latar dari buku tersebut. Memperlihatkan kalau sang pemilik buku merupakan seseorang yang punya aura ceria dan aktif.

Walau perasaannya mengatakan kalau buku tersebut tidaklah begitu penting, tapi reaksi yang diberikan tubuh sang pemuda mengatakan kalau buku itu harus ia pungut. Dalam sekejap, buku bersampul putih itu sudah berpindah ke dalam ransel biru tua miliknya.

Langkah tenang kembali menggema di sekitar lorong sekolah yang telah sepi. Pemuda berambut spike itu berjalan sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana. Sesekali mata hitamnya akan menutup manakala angin sore menyapa wajah tampan tersebut dengan lembut. Membuat rambut hitam mencuat miliknya melambai mengikuti arah angin.

Dentingan bunyi antara telapak sepatu dengan lantai terdengar samar dan semakin dekat. Deru napas seseorang yang tengah berlari pun terdengar semakin jelas. Membuat pemuda bertubuh tinggi itu mengernyit dan menghentikan langkah guna mencari tahu keberadaan seseorang yang tampaknya sangat terburu tersebut.

Namun naas, baru saja pemuda raven itu membalikkan tubuhnya, beban yang sangat berat telah terlebih dahulu menghantam tubuhnya, seseorang telah menabraknya di tikungan. Dan entah karena keberuntungan atau memang refleks si pemuda yang sangat bagus, dengan sigap, tangan pucat itu sudah menarik lengan orang yang baru saja bertabrakan dengannya. Menjadikan sang pelaku tidak terkena imbas pada hantaman lantai keras di bawah sana dan terjatuh dalam pelukan lengan sang pemuda.

"Kau tidak a- ...Sakura?"

"Sa-Sasuke-kun?"

Kedua orang itu terdiam menatap tidak percaya pada lawan pandang mereka. Tanpa sadar kalau posisi keduanya saat ini sangat memungkinkan seseorang yang melihat akan berpikir dengan komentar macam-macam pada keduanya.

Mereka sudah lama saling kenal. Seseorang yang baru saja bertabrakan dengan sang pemuda bernama Sakura. Keduanya merupakan teman sekelas di sekolah tersebut sejak kelas satu High School.

"A-aa... gomen!" gagap Sakura sambil melepaskan diri dari pelukan sang pemuda dan membungkuk berkali-kali. "Aku sangat terburu..." lirihnya dengan wajah yang sangat bersalah.

Sasuke, nama pemuda tersebut, hanya diam sejenak. Ia menghela napas mendapati kelakuan sahabatnya yang memang selalu ceroboh itu. Sambil memasang wajah datar, tangan pucatnya terulur pada rambut pink sang gadis dan mengusapnya perlahan. "Lain kali, hati-hati." nasehatnya singkat.

Sementara itu, Sakura hanya menganggukkan kepala dan mendongak menatap Sasuke yang lebih tinggi darinya. Pipinya memanas merasakan sentuhan lembut dari pemuda yang memang sudah sangat lama ia sukai. Perasaannya pun seakan meletup-letup karena saking malunya.

Sentuhan tangan pucat itu terlepas, tatkala Sasuke sadar akan perbuatannya. Ia merasa canggung dan salah tingkah karena sudah berlaku seenaknya mengelus rambut seorang gadis. "A-ah, maaf! Kau ... ada keperluan?" tanyanya berusaha mengalihkan kegamangan suasana yang mulai mencekam.

Sakura hanya mengangguk sekilas. Kerongkongannya serasa tercekat dan tidak dapat mengeluarkan suara. "A-aku pamit dulu." gumam Sakura akhirnya dengan nada lemah sambil beranjak perlahan.

Pemuda berambut raven itu hanya diam. Merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Seakan-akan ada sesuatu yang harus ia katakan. Dengan cepat ia menyela, "Ada keperluan apa?" tanyanya datar. Entah mengapa, kecanggungan membuatnya banyak mengeluarkan pertanyaan.

Sekilas, gadis bermata emerald itu terlihat melebarkan matanya saat teringat akan sesuatu, "Oh, ada barangku yang tertinggal, haha! Haduh, aku sampai lupa!" pekiknya sambil menepuk kening.

Sakura sudah akan segera kembali beranjak kalau saja bukan karena suara Sasuke yang lagi-lagi menghentikan gerakannya, "Apa?"

"A-ahh, itu rahasia perempuan!" seru Sakura sambil berlari menutup wajahnya. Sangat malu, saat mengingat kalau yang akan ia ambil adalah sebuah buku bersampul putih dengan corak kuning samar yang lupa ia bawa. Sebuah buku yang selama ini selalu menjadi tempat bagi tuangan puisi atas ungkapan hati tertahan yang ia rasa.

Sasuke menatap punggung Sakura di depannya dalam diam. Ia sedikit menggeleng sebelum berbalik pulang. "Hn."

Membawa buku milik Sakura yang tadi ia pungut dengan tanpa sadar dan merasa curiga.

.

.

.

TBC or END?

Saya sangat mengharapkan pendapat readers untuk masa depan fic...

Ini adalah 'fic Sakura' yang ada di dalam fic pertama saya (yang gagal itu, lho... -,-). Emm, yah semacam gitulah, hehe...

Jadi, fic ini menarik atau tidak? Katakan saja sejujurnya...