Paper, Art, And Love
Tittle : Paper, Art, And Love
Author : Kanari Amai
Disclaimer : Masashi Kishimoto-Sempai *Just like Tobi XD*
Genre : Romance , Friendships
Pair : SaiKona
Warning : OOC, Typo(s), Gajeness, Abal, Romance yang enggak romance(?),DON'T LIKE DON'T READ! IF YOU WANNA FLAME, PLEASE JUST PM, DON'T FROM REVIEW! :p
Rated : T
Summary : Seni adalah dunia kami, dan mungkin hal itu jugalah yang menyatukan kami. Seperti kertas yang telah bertemu dengan tinta, sesuatu yang saling melengkapi. Kami selalu bersama, dan kami telah berjanji setia untuk melalui selamanya bersama. Tapi, akankah janji kami ini akan terus ada dan teringat sampai kapanpun?-"
-paperartandlove-
Kertas…
Tinta…
Seni…
Ketiga unsur itulah yang sekarang telah menyatukan kami. Tidak tahu karena apa, kami selalu bersama. Bahkan walaupun kami tidak ada janji pergi berdua, kami tetap akan selalu bertemu di perjalanan. Teman-teman kami di KHS selalu bilang bahwa hal itu terjadi karena kami jodoh. Tapi, apakah itu betul?
Hari ini matahari bersinar begitu terik di Konoha. Aku berjalan pelan sambil melihat-lihat gambar manga pada sebuah buku yang baru saja kubeli. Saat melewati rumah Konan, aku menghentikan langkahku dan menatap rumah Konan sejenak. Hari ini KHS sedang libur dengan latihan ninja yang diadakan di lapangan sekolah, tapi tetap melangsungkan kegiatan belajar-mengajar materi di kelas. Seperti biasa, aku memanggil Konan untuk pergi bersama, dan tidak sampai dua menit, ia sudah keluar dari rumahnya, "Mau pergi bersama?" Tanyaku sambil menutup buku yang tadi kubaca. Ia mengangguk, lalu segera mengikuti langkahku berjalan menuju KHS.
"Di cuaca seterik ini, tidak enak jalan berlama-lama. Bagaimana kalau kita lomba lari? Siapa yang sampai di KHS terakhir kali artinya orang aneh!" Seru Konan bersemangat. Aku berlari menyusulnya yang sudah berlari bagaikan angin. Yah, aku memang selalu mencoba mengalah kepada wanita, walaupun mungkin agak sedikit menyebalkan saat mereka mengolok-olok kita disaat kita kalah. Tapi aku yakin, Konan bukanlah gadis yang seperti itu.
Konan sampai di gerbang KHS pertama kali, dan aku tersenyum menatapnya sambil terus berlari menuju kearahnya. Ia juga membalas senyumanku dan melambaikan tangan kepadaku. Saat aku sampai di gerbang KHS, ia juga tidak mengejekku seperti orang kebanyakan, "Kau mengalah lagi, ya? Tidak seru…" Ucapnya saat kami memasuki KHS.
"Tidak, lagipula larimu memang kencang." Ucapku sambil tersenyum.
"Ah, kau pasti bohong, Sai. Buktinya saja, Yahiko Nii-Chan masih memanggilku dengan sebutan 'siput'. Sekarang, bagaimana mungkin kau bilang lariku cepat?"
"Sudahlah, lebih baik kita segera ke kelas. Kau tidak mau melewatkan hari yang indah ini, kan? Makanya, ayo tersenyum. Kalau kau sering menekuk wajahmu seperti itu, nanti wajahmu jadi mengkerut. Apakah kau mau dipanggil 'Konan Baa-San'?" Godaku sambil terbahak.
"Tentu saja tidak mau, Sai!" Serunya sambil pura-pura cemberut. Kami berdua pun segera berjalan menuju kelas seni dan segera duduk di bangku sudut paling depan. Itu adalah bangku favorit kami, karena disitu kami bisa mendengarkan pelajaran dengan baik dan lebih jelas ketimbang di tempat lain. Kelas kesenian yang kami tempati ini digurui oleh dua orang sensei. Mereka adalah Sasori-Sensei dan Deidara-Sensei yang selalu bertengkar dan berargumentasi akan pendapat yang berbeda. Tapi, walaupun mereka suka berbicara kasar saat bertengkar, seluruh murid menyukai mereka karena mereka sangat ramah dan pandai dalam mengajar.
Lonceng besar sekolah telah berbunyi. Itu artinya, kedua sensei kami akan segera memasuki ruangan dan akan mengajari kami seputar seni. Saat lonceng itu berbunyi, langsung terdengar dua langkah kaki berirama yang berjalan menuju kelas kami. Suara mereka sangat berisik, apalagi suara cempreng pemuda yang selalu berkata 'un' di akhir kalimat omongannya. Sudah pasti itu kedua sensei kami, Deidara dan Sasori-Sensei.
"Ohayou Gozaimashu, Minna…" Ucap kedua sensei itu saat memasuki ruangan seluruh murid menyahuti omongan itu, dan Deidara-Sensei segera berdeham, "Oke, sekarang duduklah, un. Kali ini aku dan rekan bonekaku ini akan mengajarkan materi 'pentingnya seni dalam dunia Shinobi'. Sekarang kalian boleh…." Omongan Deidara-Sensei terputus karena telinganya segera ditarik kasar oleh Sasori-Sensei yang tampak berapi-api.
"Kau tidak boleh memanggilku dengan sebutan 'rekan boneka', baka! Bagaimanapun juga aku lebih tua dan lebih terhormat dibanding kau. Senimu itu benar-benar payah, belum lagi omonganmu yang selalu ditambahi 'un' itu. Cih!"
"Tapi kau kan memang boneka, baka, un! Aku mengatakan soal realita, bukan main-main, un!" Seru Deidara-Sensei tidak mau kalah dengan cemoohan dari Sasori-Sensei. Sasori-Sensei sekali lagi tersenyum penuh kemenangan, seperti biasa bila ia sudah mendapatkan akal untuk memojokkan lawan bicaranya yang bermulut besar itu. "Kalau begitu, aku tentu saja boleh memanggilmu dengan sebutan 'rekan mulut besar pecinta bom C4 yang murahan'. Bagaimana, lebih bagus dibandingkan namamu, kan?"
"Cih, sial kau, un. Sudahlah, jangan dipikirkan. Lebih baik kalian buka halaman 125. Tugas kalian untuk hari ini adalah; baca, simak, dan jawab. Jadi, setelah kalian selesai membaca dan menyimak halaman 125, kalian harus menjawab 15 soal yang sudah disiapkan. Jadi intinya, kalian harus belajar mengerti pelajaran tanpa bantuan penjelasan dari guru, un."
"Sudahlah, pasti kalian bingung mendengar ocehan dari sensei bawel yang ini. Biar aku jelaskan dengan lebih mudah dan lebih rinci. Kalian ditugaskan membaca dan menyimak halaman 125 dan mengerjakan 15 soal mengenai materi itu. Sudah, daripada membuang waktu, kerjakan dari sekarang!" Kata Sasori-Sensei sambil duduk di bangku berwarna merah semerah rambutnya yang berada disebelah bangku kuning di depan kelas. Bangku kuning itu adalah bangku Deidara-Sensei, karena di KHS, bangku guru digolongkan sesuai warna rambut gurunya. Agak membingungkan sih, memang. Tapi, begitulah peraturan yang ada…
-paperartandlove-
"Konan, hari ini kau ada acara?" Tanya seorang pria dengan warna rambut navy. Sial, lagi-lagi aku keduluan lagi oleh pria Uchiha itu. Gara-gara aku sempat bertemu dengan Naruto dari kelas asuhan guru Jiraiya, aku harus membuang sepuluh menit waktuku untuk mendengarkan mulut besarnya itu bicara. Sial…
"Ehm, tidak ada acara. Memangnya ada apa?" Jawab Konan sambil tersenyum, seperti biasa. Ia mendekap sebuah buku bertuliskan namanya yang merupakan buku catatannya. Pria didepannya itu tersenyum penuh kemenangan saat tahu Konan tidak ada acara. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Sasuke, sih? "Aku hanya ingin mengajakmu pulang bersama. Apakah bisa?" Tanya Sasuke penuh harap. Apa? Tidak bisa, Konan kan seharusnya pulang bersamaku, bukan bersamanya!
"Hey, Temme! Sedang apa kau disana, rambut aneh? Kau kan sudah berjanji padaku untuk bertanding di halaman sekolah untuk membuktikan siapa yang paling kuat. Kau ini bagaimana, Temme? Mau menghindar dariku ternyata…" Teriakan bising dari Naruto seketika membuat Sasuke terbelalak. Kerja bagus, Naruto!
"Cih, dasar dobe. Kau ini selalu menggangguku. Lagipula, aku tidak menghindar dari pertandingan denganmu, aku hanya menghindar dari kemenangan melawanmu. Kan sudah ketahuan yang akan juara itu aku, bukan dobe seperti kau…"
"Pokoknya kau harus ikut aku apapun yang terjadi, TEMME!" Naruto menarik tangan Sasuke menjauh dari Konan, lalu Naruto berusaha menyeret-nyeret Sasuke menuju halaman sekolah yang lebih sepi. Fiuh,untunglah ada si Naruto. Walaupun ia agak menyusahkan, tapi ternyata dia cukup membantu…
"Sai, menurutmu bagaimana sikap Sasuke?" Tanya Konan diperjalanan. Apa? Mengapa ia menanyakan hal seperti itu begitu tiba-tiba? Tidak bisakah dia menanyakan hal lain?
"E…Ehm. Biasa saja, ia hanyalah seorang pria yang sama seperti pria kebanyakan. Hanya saja, dia sedikit berbeda karena dia lahir dari clan jenius itu. Yaah, kurasa hanya itu. Memangnya ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, sih. Tapi kok aku merasa Sasuke itu menarik, ya? Yaah, maksudku dia tampak lebih keren dibandingkan biasanya. Aku sih tidak tahu kenapa. Apa mungkin ini Cuma perasaan sepintas saja, ya?" Kata Konan sedikit ragu.
"A…APA?" Teriakku tanpa sadar. Konan yang kaget karena omonganku segera menoleh kepadaku. "Ada… yang salah?" Tanyanya. Aku cepat-cepat menggeleng. Tidak, ini tidak boleh terjadi! Mengapa Konan bisa jadi tertarik terhadap Sasuke? Ini tidak boleh terjadi!
-paperartandlove-
Chapter pertama selesai…. *jingkrak-jingkrak enggak jelas* Oke, Kanari tau, kok kalau pair ini enggak cocok. Kanari juga tau kalo Sai sama sekali enggak kenal Konan dan Konan sama sekali enggak kenal Sai. Jadi, pair ini hanya sekedar imajinasi Kanari yang agak berbelit-belit. Satu lagi! Kanari juga tau kok kalo misalnya ceritanya enggak nyambung. Kalian boleh nge-flame cerita Kanari ini, tapi kalian yang nge-flame juga harus matuhin syarat dari Kanari :
Boleh nge-flame yang keras, kok. Silakan, Kanari terima flame keras dari kalian apapun itu yang terjadi…
Tapi, kalian enggak boleh flame lewat review. Silakan flame buat Kanari lewat PM. Soalnya, Kanari enggak mau readers pada terganggu dengan flame yang ada di review.
Jangan libatkan para reviewers atau readers FF Kanari. Kanari paling benci sama orang kayak gitu.
Yang terakhir, yang nge-Flame harus berani mempertanggungjawabkan flame-annya tersebut. Kalau enggak ada bukti tapi asal nge-flame, siapa coba yang mau terima? Enggak ada, kan? Makanya, jangan Cuma jadi sekedar flamers tapi enggak punya bukti untuk nge-flame
Sekedar itu aja dari Kanari. Maaf kalau perkataan Kanari soal 'flamers' itu pedas, tapi maksud Kanari Cuma buat kasih tau para Flamers yang enggak punya bukti tapi suka nge-flame kok. Cuma itu aja. Sampai disini dulu, ya? Lanjut di chapter 2 tetep sama Kanari-Chan…
With Love
Kanari Amai
