Mission 01

.

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

.

Hogoromo Menma sudah hampir satu jam membaca E-Magz . kedua netra karamelnya yang terlindung dibalik kacamata hitamnya sudah bergerak kesana kemari—atas bawah—kiri kanan mengikuti pola alur tulisan yang terpampang di depannya.

E-Magz sendiri merupakan sebuah Koran, bedannya itu bukanlah Koran seperti pada umumnnya dimana tediri dari berberapa lembar kertas buram—melainkan sebuah hologram tipis yang menapilkan berberapa artikel mengenai berita ter-update. Hanya dengan benda kecil menyerupai pena yang berfungsi sebagai penampil Hologram, E-mags mudah dibawa, tak hanya itu saja kita tak perlu lagi membeli Koran tiap harinnya karena setiap jam akan saja berita update yang terpampang di layar hologram E-magz. Cukup membayar biaya langganan per bulan, kita sudah bisa menikmati berbagai macam informasi yang tersaji.

"Menma! Sampai kapan ke terus membaca? bisa-bisa kau akan ketinggalan bis" Ucap seorang wanita dengan lantang di arah dapur. Menma sendiri tak memperdulikan peringatan ibunya yang sudah jadi alunan musik baginnya ketika menikmati menu sarapannya. Dengan kedua mata terfokus pada apa yang dibacannya, tangan kirinya kini sedang meraba-raba atas meja—mencari sesuatu. Dirasa benda yang ia cari berhasil di temukan langsung saja ia masukan ke dalam kantung celana. Berberapa menit kemudian suara teriakan kencang memenuhi siisi rumah tersebut.

"Mama! Coba kau lihat ini! aku lulus seleksi Ujian Genin!" teriak Menma saking senangnnya melihat namannya tercantum dalam daftar lulusan akademi ninja. Sayangnnya hal itu tak direspon cukup baik oleh sang Mama.

BLETAKK

"Ittai! Apa yang kau—"

"Menma sudah ibu katakan cepat berangkat sebelum bis berangkat lebih dulu! Atau kau mau mama memberikan perlakukan s-e-p-e-s-i-a-l hari ini menma ku yan manis?". Ucap sang ibu—Hogoromo Azu dengan memamerkan sebuah senyuman horor. Menma yang tahu arti 'spesial' itu langsung saja mengambil roti bakarnya—segera berangkat menuju halte bus dekat rumahnya.

"Ittekimasu!"

"Itterashai! Dasar anak itu" decak sebal Azu berikan ketika melihat kelakuan anak semata wayangnya tersebut. Namun dibalik kekesalan itu, ada sebuah rasa senang dan kagum karena melihat sang buah hati telah melangkah ke tahap lebih tinggi. Omedetou Menma!

Menma berlarian sepanjang trotoar. Rasa takut akan sang Ibu bila memerkan senyum misterinya akan selalu menjadi salah satu sifat yang tak akan pernah hilang dari dirinya. Pemuda berambut hitam jabrik itu selalu mengaggap diri macho,tapi saat berhadapan dengan sang ibu, dia langsung saja ciut hingga tak terlihat macho sama sekali. Lebih mirip budak yang takut dengan majikannya.

"Kenapa bisa aku punya ibu metakutkan seperti itu" ucap sebal Menma sesekali menendang kaleng minum yang tergeletak begitu saja. "Andai saja aku punya ibu seperti ibunya sakura pasti hidupku akan jauh lebih menyenangkan".

Baru saja dibicarakan, orang bersangkutan—seorang Gadis berambut pink panjang terlihat sedang duduk menunggu bis di halte. Menma pun lantas mempercepat langkahnya dan menhampiri sang gadis. "Ohayou! Sakura-chan"

Gadis berambut pink—Haruno Sakura yang mendengar namannya dipanggil langsung mengalihkan perhatian dari Light Novel yang ia baca sejak berberapa menit yang lalu. "Ohayou Menma-kun!"

Menma dan Sakura sudah lama berteman bahkan sebelum mereka menginjakan kaki di bangku akademi ninja. Apartement yang bersebelahan serta kedua ibu mereka yang memang sudah bersahabat sejak lama, membuat kedua manusia berbeda gender itu bisa bersahabat. Sakura sendiri adalah tipikal orang yang pendiam dan jarang mengobrol—berbanding terbalik dengan Menma yang hiperaktif. Namun walau mereka berbeda sifat, entah kenapa ada rasa kecocokan satu sama lain yang entah tak bisa diungkapkan dalam kata-kata.

"Bagaimana? Apa namamu tercantum di daftar lulusan akademi ninja tahun ini?" Tanya menma yang kini duduk di samping Sakura. Gadis pink itupun mengagguk senang menjawab pertanyaan teman masa kecilnya itu. "Uhm! Kalau Menma sendiri?"

Dengan lagak menyomobongkan diri menma memberikan cengiran khasnya yang selalu membuat Sakura tersenyum melihatnya. "Tentu saja Aku lulus! Mana mungkin Menma tak lulus dalam ujian seperti itu!". Berikutnya Menma dan Sakurapun berbincang mengenai seputar hal-hal yang akan mereka hadapi ketika menjadi Genin. Walau disini Menma lebih banyak bicara—sedangkan Sakura lebih menjadi seorang Pendengar setia.

Menma dan Sakura tinggal di kawasan Apartement kelas menengah yang terletak di Kota Konoha. Sebagai sebuah Ibukota dari Negari Api, Konoha haruslah mengatur tata ruang daerahnya agar tidak terjadi sebuah Kota yang kumuh dan kotor—apalagi dengan kemajuan taraf sosial juga menuntut pemerintah merombak habis-habisan Kota yang sudah berdiri hampir tiga ratus abad tersebut. Awalnya sebelum Teknologi berkemabang, Konoha hanyalah sebuah desa di bawah bukit berbatu yang luasnya tak seberapa. Namun perkembangan Zaman telah megubah Konoha menjadi sebuah Megapolitan terbesar di dunia. Gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, Stasiun, Bandara serta segala fasiliatas yang ada dibuat sedemikan rupa agar masyarakat terpuaskan dan betah untuk mendiami Kota Megapolitan tersebut.

Hal itu juga telah mengubah pola pikir untuk tak lagi membangun tempat tinggal secara horizontal, namun kini sebuah tempat tinggal Vertikal—Apartement merupakan sebuah aturan untuk menghemat tanah yang semakin sedikit jumlahnya. Namun ada juga tempat tinggal secara horizontal yang tetap dibiarkan berdiri, biasannya itu merupakan kawasan Klan Ninja yang sudah menetap cukup lama di Konoha.

Namun sehebat apaun—semegah apapun sebuah kota, tetap saja ada yang disebut kesenjangan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di Konoha sendiri terdapat kawasan yang disebut Dead Zone, dimana orang-orang berpenghasilan rendah atau bahkan pengangguran tinggal. Kawasan itu terletak dipinggiran kota, sehingga sangat jarang mendapatkan sentuhan dari pusat. Selain itu Dead Zone juga tempat dimana Orang-orang Non Shinobi yang tak bisa memiliki pekerjaan tinggal. Sehingga sangat jarang menjumpai seorang menggunkan ikat kepala Konoha berada di kawasan kumuh itu.

Setelah menunggu. Bus pun tiba di halte dimana Menma dan sakura menunggu. Dengan cepat keduannya pun segera mencari tempat duduk –untung saja mereka menemukan tempat duduk kosong yang terdapat dibaris kedua belakang.

"Ah ramainnya bis hari ini. untung saja masih ada tempat duduk yang kosong" keluh Menma melihat sudah tak ada lagi tempat duduk akibat banyaknya penumpang.

"Tentu saja, hari ini kan semua akademi Ninja serempak mengadakan upacara kelulusan, jadi banyak orang Tua yang hadir untuk melihat anak mereka dinobatkan sebagai seorang Shinobi". Jelas Sakura.

Menma pun memandang malas jendela bus yang kini menampilkan kawasan perkantoran, nampaknya mereka telah meninggalkan kawasan pemukian Konoha. "Huh, kalau ibu ku sih mana mungkin datang ke acara seperti itu. Wanita itu lebih fokus pada bisinis butiknya daripada melihat anaknya menjadi seorang Ninja.

"Menma kau tak boleh bicara seperti itu!" tegur Sakura tak suka melihat Menma menjelekan Ibunnya. "bagaimanapun juga Bibi Azu sudah berjuang mati-matian untuk mencukupi kebutuhan hidup kalian berdua!". Menma yang mendapat kritikan pedas itu hanya bisa meng'iya-iyakan' saja apa yang dikatakan oleh Sakura. Walau gadis pink itu terlihat pendiam, tapi kalau sudah berdebat dengannya ia sama saja galaknya dengan Ibunnya. Maka dari itu Menma memilih diam daripada menanggapinya.

"Lalu bagaimana dengan Ayah dan Ibumu? Apa mereka akan datang ke acara nanti?"

Sakura sedikit termenung mendengar pertanyaan Menma, terdapat kesedihan di netra hijaunya. Menma berniat memninta maaf karena nampaknya dia telah mengucapkan sesuatu yang salah, tapi sebelum sempat mengutarakan permintaan maaf, sang gadis sudah lebih dulu menjawab.

"Kau tahukan Ayahku sibuk bekerja di Iwa—jadi sangat sulit untuk beliau pulang, sedangkan ibuku, saat ini sedang Demam. Tapi jangan khawatir, kini keadaanya sudah jauh lebih baik" ucap Sakura buru-buru menjelaskan keadaan ibunnya yang membaik sebelum sahabat kecilnya itu gelisah.

"Oh Syukurlah kalau begitu!" Ucap Menma sedikit canggung. Berikutnya tak ada lagi obrolan yang terjadi diantara mereka. Menma merutuki dirinnya karena dengan bodohnya ia menanyakan sesuatu yang membuat suasana canggung dianatara mereka.

"A-ano Menma-kun". Sakura membuka suara. "Kira-kira seperti apa Jounin pembimbing yang akan menjadi Sensei tim kita nantinya ya". Menma tersenyum mendegar Sakura memecahkan suasana canggung diantara mereka berdua. Biasannya gadis itu akan memilih diam dan membiarkan diriinya yang mulai percakapan lebih dulu.

"Yah aku harap sih Hatake Kakashi! Sebagai seorang Jounin yang pernah di calonkan sebagai seroang Hokage pasti sangatlah keren dan hebat bila bisa berguru dengan orang seperti dia!"

"Hatake Kakashi?" Ucap Sakura. "Maksudmu Hatake Kakashi si Shiroi kiba itu?"

"Tentu memanganya ada shinobi lain yang mempunyai nama yang sama dengan dia?"

"A-no Menma" Ucap Sakura. "Tapi bukannya beliau sudah menjadi anggota delegasi perwakilan Negara Hi di PBB? Mana mungkin beliau menjadi Jounin pembimbing untuk tim kita nanti".

Menma yang sudah terlanjur senang membayangkan punya guru keren seperti Kakashi langsung saja memansang ekspresi poker fece. Ia memandang sakura dengan tatapan berkedip, sebelum sebuah teriakan yang membuat bus itu menjadi gaduh.

"Tidak! Aku lupa kalau sekarang dia sudah berkerja di PBB! Betapa bodohnya aku!". Sontak Menma langsung mendapatkan teguran keras dari penumpang lain—karena telah membuat kegaduhan. Sakura hanya tersenyum melihat tindakan bodoh Menma. "Kalau aku sih, seperti apapun gurunya—asalkan satu tim dengan Menma-kun, sama sekali bukan masalah buatku"

"Hah kau tadi bicara apa Sakura?". Ucap Menma yang sudah kembali dari keterkejutannya.

"Iee lupakan saja. Oh ya, setelah pelantikan, nanti temani aku ke Akiba ya? Ada Light Novel yang edisi baru yang akan kubeli". Tentu saja mana mungkin Menma menolak. Dengan anggukan mantap ia menjawab ajakan Sakura.

"Tentu Saja!"

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

Konoha memiliki lima cabang Akademi Ninja. Dengan meluasnya Konoha, membuat pemerintah menambah jumlah Akademi yang awalnya hanya berjumlah satu. Konoha sendiri memilki lima buah distrik, Distrik Utara yang meliputi pemakaran wilayah di Bukit Hokage. Distrik Barat dan Selatan yang dulunya merupakan kawasan hutan. Distrik Timur yang dulunya adalah 'Shi no Mori'—sedangkan hutannya sendiri telah dipindah ke tempat yang sedikit jauh namun masih terjangkau akibat adanya sarana yang mendukung semisal Jalan Tol. Serta distrik pusat yang dulunya merupakan awal terbentuknya Konoha Gakure. Sehingga dengan meluasnya Konoha, masing-masing Distrik memilki satu Akademi Ninja.

Menma dan Sakura tinggal di kawasan Distrik Barat, sehingga otomatis mereka bersekolah di Akademi Cabang Barat jika ingin menjadi seroang Shinobi. Butuh waktu lima belas menit untuk tiba di tujuan, tak lupa mereka berdua menggunkan E-Trans—semacam alat pembayaran trasnportasi umum. Keduannyapun berjalan kaki sebentar untuk mencapai Gedung Akademi. Banyak sekali orang-orang selain mereka yang juga nampaknya lulusan ujian Genin yang berjalan lalu lalang di sepanjang Trotoar.

"Wow biasanya tempat ini hanya bersisi muka-muka suram yang akan berangkat ke Akademi" ucap kagum Menma. "tapi coba lihat sekarang? Penuh dengan hiru pikuk orang-orang yang menunjukan eskpresi bahagia."

"Baka! Tentu saja mereka semua bahagia karena akan menjadi seseorang shinobi yang sesungguhnya".

Mereka pun akhirnya telah sampai di akademi Ninja. Banyak sekali orang-orang, baik itu para lulusan ataupun para Orang tua yang menemani anak-anak mereka. Bahkan ada juga yang membawa satu keluarga penuh hanya untuk merayakan kelulusan salah satu anggota keluargannya.

"Wow benar-benar seperti pasar!"

"Kau benar Menma". Ucap Sakura setuju dengan pendapat Menma. "Sebaiknya kita segera pergi ke Aula sebelum—". Namun belum sempat sakura menyelesaikan ucapannya, hal yang ditakutinya pun muncul. Tiga anak seumuran dengan Sakura serta Menma berjalan menghampiri kedua tokoh utama kita. Sakura serta Menma memandang sengit ketiga anak itu—begitu juga dengan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungann mereka tidaklah baik.

"Wah-wah coba lihat ini!" Ejek seorang anak kurus dekil yang berada di ujung Kanan. "Duo Payah Menma-Sakura muncul dengan sombongnya di hadapan kita".

Menmapun menarik Sakura untuk menjauh dari tiga orang yang selalu mengganggu mereka berdua. Namun belum sempat melangkah tiga orang brengsek itu sudah menghadang akses keluar yang tadinnya ada dihadapan mereka berdua.

"Aduh Menma-chan untuk apa buru? Lagipula acaranya juga belum dimulai kan?" ucap anak lain yang kini berpawakan gendut. "Lagiupla untuk apa kalian kesana? Bukannya kalian sama sekali tidak lulus ujian Genin?"

"Huh maaf saja ya—gendut! Sayangnya ujian itu terlalu mudah bagiku" ucap Menma menyombongkan diri. Awalnya ia tak ingin meladeni ejekan mereka, bukannya ia takut—tapi apapun yang ia lakukan mereka bertiga selalu saja membully Menma serta Sakura semenjak pemuda berkacamata itu bersekolah di Akademi. Namun untuk kali ini nampaknya ia sudah tak bisa lagi menahan amarahnya melihat tingkah mereka bertiga. Sayangnya ucapan Menma malah mendapatkan hadiah berupa pukulan yang sukses mengenai perutnya. "Tch! Ucapan Sampah sepertimu malah membuatku kesal!"

Menma tersungkur ke tanah. sontak kejadiaan itu mengundang perhatian orang-orang sekitar. Bukannya ditolong mereka semua hanya memandang Menma yang kini sudah diinjak-injak bagaikan senggok sampah.

Sakura berusaha menolong Menma. Namun salah satu tangannya di tarik oleh kawan mereka yang tidak menghajar Menma habis-habisan. "Wah sang Ratu nampaknya juga ingin membantu pacarnya ya? Aku juga ingin tahu bagaimana orang payah seperti kalian bisa lulus ujian? Apakah kau menjual tubuhmu seperti ibumu yang pelacur untuk mendapat nilai" ejak Zee yang merupakan bos dari berandal yang selalu mengejek Menma dan Sukura. "Oh tapi percuma saja kau menjual tubuhmu! Habisnya Anjing saja tidak mau bersetubuh dengan Gadis kotor sepertimu!" ucap Zee yang kini menjambak rambut pink Sakura.

Menma yang melihat Sakura diperlakukan seperti sampah itu—lantas mendorong kedua orang yang meghajarnya. Ia pun berlari dan memukul pipi pemuda berkuncir itu. Sontak Zee yang tidak siap menerima hadiah dari Menma langsung tersungkur juga ke Tanah.

"Dengar brengsek! Aku sama sekali tak peduli jika kau menghjaraku ataupun menghinaku!". Ancam Menma. "Tapi kalau kau sampai memperlakukan Sakura seperti gadis rendahan. Jangan harap aku akan berdiam diri!.

Zee menggeram menatap Menma yan kini sedang melindungi Sakura. Seakan tak peduli dengan kawanya yang mencoba menenangkan dirinya. Pemuda berkuncir itupun langsung bangkit dan bersiap memukul Menma karena tak terima harga dirinya di permalukan di depan umum. Namun belum sempat kepalan tangannya mendarat di wajah Menma, sebuah tangan berkulit pucat menghentikan aksi Zee. Pemuda berkuncir itu kaget melihat pemuda berpakian hitam dengan lambing kipas di lengan bajunya—berdiri dihadapannya.

"Uchiha Sasuke!"

"Oi kau menganggu Jalan umum! Minggir sebelum aku panggilkan pihak sekolah untuk menangkap kalian berdua." Ucap pemuda reven—Sasuke dengan penuh intimidasi. Baik Zee,anak buahnya atapun Menma serta sakura keget begitu melihat sosok Sasuke ada dihadapan mereka. Zee pun memberikan akses kepada sang Uchiha untuk lewat. Setelah sosok Uchiha itu menjauh—sontak bisik-bisik terdengar dari kerumunan orang-orang yang menonton pergulatan mereka dari awal.

"Kenapa Ada Uchiha disini? Bukannya Klan Elit seperti itu bersekolah di Distrik pusat?"

"Kudengar sih ada seorang anggota Uchiha yang tak dianggap gara-gara tak bisa membangkitkan Sharingan lo? Mungkin kah dia orangnya?"

Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan pedas yang ditujukan kepada Sasuke. Berikutnya para staf pengajar tiba dan membubarkan kerumunan masa itu. Zee yang kecewa tak bisa membalas hanya bisa meludah dihadapan Menma serta Sakura.

"Kalian tak apa?" ucap Salah satu staf mengampiri Menma Sakura. Menma pun menjawab bahwa ia baik-baik saja. Anehnya bukannya member saran untuk pergi Ruang kesehatan. Staf itu malah pergi begitu saja seolah-olah ia hanya menjalankan kawajibannya menyangkan keadaan Menma serta Sakura.

"Mereka itu! Hanya gara-gara kita mendapatkan nilai paling kecil di Ujian bukan berarti seenaknya menganggap kita sebagai sampah bukan!" geram Menma tak suka melihat rekasi dingin staf pengajar tersebut. Pemuda kacamata itu berniat mengucap sumpah serapah pada orang tersebut, sebelum Tangan Sakura menghentikan maksud tujuannya.

"Sudah ya Menma. Sudah cukup, kita langsung saja pergi ke Aula" ucap Sakura lirih. Menma yang tak tega melihat sahabat kecilnya itu menangis hanya bisa menggukan kepala dan menuruti permintan sang gadis musim semi.

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

Acara pengukuhan menjadi Genin berlangsung sangat membosankan—setidaknya itu yang dipikirkan oleh Menma. Pemuda berkacamata itu memandang bosan sang kepala sekolah yang kini sedang membaca amanat Hokage yang entah sudah lembar keberapa. Sesekali ia menguap dan menengok kanan kiri berharap bisa mencari pemandangan segar daripada terus mepelototi pria gemuk yang tak hentinnya mengucapkan sesuatu yang amat sangatlah tidaklah penting. Ayo cepat selesaikan ini semua babi tua! Dan lagi Hokage macam apa sih yang membuat amanat sebegitu banyaknya! Pikir menma yang tak henti-hentinya mengumpat kesal melihat Sang kepala sekolah yang kini Nampak akan membaca lembar berikutnya.

Netra karamel itu menangkap sosok Uchiha Sasuke yang duduk tak jauh dari dirinnya. Pemuda berambut esentrik itu Nampak sama sekali tak memperdulikan apa yang sedang diucapkan oleh Kepala sekolah. Bahkan pemuda Uchiha itu terlihat sedang memainkan sebuah Game pada PSVita di gengamannya. Menma berusaha memanggil Sasuke, namun nampaknya sang Uchiha menggunakan earphone sehingga suara menma yang mirip suara uap panas dari ketel air tak terdengar. Menma pun kembali mendecih tak suka dan melanjutkan kembali menatap bosan podium.

Siapa yang kenal dengan Uchiha. Baik Menma maupun warga Konoha sangat tahu Klan itu. Bersama dengan Senju, Klan itu membangun Konoha dari nol hingga menjadi kota Megapolitan seperti ini. walau Klan Uchiha banyak memiliki catatan kelam selama sejarah Konoha maupun dunia Shinobi. Namun semenjak Perang Dunia Shinobi IV pecah, seorang pahlawan yang dikenal sebagai 'Penyihir Uchiha' beserta rekannya telah mengubah paradigma orang tentang Uchiha. Sejak itulah Uchiha bukan lagi Klan luar yang selalu dimusuhi—namun menjadi bagian Konoha serta dunia Shinobi.

Saat ini banyak sekali orang-orang Uchiha yang menduduki posisi penting di Pemerintahan, misalkan saja Kepala Departemen Keamanan, Departemen Kesehatan, Badan Intelejen, hingga kursi kepemimpinan Parlemen di kuasai oleh Klan elit tersebut. Bahkan Hokage yang sedang menjabat sekarang merupakan seorang Uchiha—sesuatu yang baru pertama kali dalam kursi kepemimpinan Hokage. Sehingga tak jarang banyak orang menyebut Uchiha telah membentuk sebuah Dinasti di pemerintahan.

Namun dari semua fakta tersebut, satu hal yang tak dimengerti Menma adalah kenapa orang Uchiha macam Sasuke bersekolah di Akademi Cabang barat yang didominasi oleh orang-orang non Klan ninja?. Bamyak sekali kemungkinan yang terlintas di otak Memna, bahkan karena terlalu berkonsentrasi pemuda berkacamata tak tersadar bahwa Sakura sejak tadi sudah ada di sampingnya.

"Ma-menma. Oi Menma!"

"Hah! Apa? oh sakura-chan!". Ucap kaget Menma ketika melihat gadis pink tengah memanggilnya.

"Kau ini, apa yang sedang kau pikirkan? Acara sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu". Ucap Sakura kepada Menma."Kita sekarang disuruh menuju Ruang 3.11 untuk pembagian kelompok Genin".

"Oh benarkah? Kalau begitu sebaiknya kita segera menyusul". Sakura memandang heran tingkah Menma yang seperti orang linglung. Namun ia diam saja dan mengikuti Pemuda berkacamata itu membawannya.

Setibannya di Ruang 3.11 Sakura dan Menma disuguhi hiruk pikuk calon genin yang nampaknya sudah tak sabar akan pembagian Kelompok. Mengingat Tahun ini lulusan Genin meningkat dua kali lipat ditahun kemarin membuat ruangan yang seharusnya cukup menampung itu—terlihat seperti lautan manusia walau tidak begitu padat. Menma mencari-cari tempat mana yang masih tersisa—hingga ia menemukan dua banku di pojok paling atas. "Sakura-chan kita duduk disina!" tunjuk Menma pada kedua bangku itu. Sakura hanya menurut dan mengikuti kemauan sahabat kecilanya.

Tanpa sadar mereka berdua mengambil posisi duduk berselabahan dengan Uchiha berambut esentrik tersebut—Sasuke. Awalnya Menma tak tahu sampai netra karamelnya menangkap sosok itu yang tengah menatap tajam ke depan. "A-ano Uchiha-san terima kasih atas bantuan tadi siang telah menolong kami berdua dari keusilan Zee dan genknya".

Sasuke menoleh sejenak memandang Menma yang tengah mengajak ngobrol dengannya. Namun pemuda reven itu segera membalikan wajahnya dan kembali mamandang kedapan. Menma hanya diam melongo melihat respon dingin yang diberikan Sasuke. Setidaknya berikan anggukan kepala jika tak mau bicara ucap Menma dalam hati.

Namun menma tak terlalu mempersalahkannya. Ia pun duduk dan juga ikut memperahatikan orang-orang yang sepertinya bertugas membacakan pembagian kelompakm Genin. Dirasa masih lama Menmapun mengobrol dengan Sakura untuk megusir rasa bosannya. Sesekali ia melirik Sasuke yang duduk di samping Sakura.

"Baiklah semua harap tenang" ucap seseorang mengenakan rompi Chunin yang sontak membuaat ruangan itu sepi sunyi. "Perkenalkan Nama saya adalah Enma Sarutobi, petugas dari badan Sumber Daya Manusia Konoha yang akan mengumumkan pengelompokan Tim Genin Angkatan 2050." Sontak keramaian pun kembali memenuhi ruangan itu. Petugas Departemen SDM itupun mengangkat tangannya untuk member isyarat agar semua diam.

"Baiklah. Sebelum Bapak umumkan pemabagian kelompok, perlu kalian ketehui bahwa pembagian ini sudah mendapat persetujuan langsung dari Hokage-sama. Pada awalnya Hokagelah yang secara langsung membagai para lulusan Genin dalam berberapa kelompok. Namun karena kefisienan waktu serta perubahan zaman, maka beliau telah memberikan mandat kepada Departemen SDM untuk membagai para lulusan Genin. Walau tentunya beliau sendiri yang akan mengesahkan hasil dari badan SDM."

Menma mendengar penjelasan orang itu dengan bosannya. Ia sudah tahu semua itu, dan menurutnya penjelasan seperti itu juga sama sekali tidak efisien. "Ayolah segera pembagian Kelompok. Agar aku ingin tahu Sensei macam apa yang membimbingku nanti". Gerutu menma tak sabaran. Sakura tersenyum maklum. Kadang-kadang Menma tak sabaran dalam menghadapi Sesutu.

"Sabarlah menma-kun. Lagipula sebentar lagi juga akan selesai". Ucap Sakura menyemangati Menma.

"Tetap saja sakura-chan. Ini terlalu bertele-tele dan membosankan. Lagipula semua juga tahu kalau pembagaian Genin dilakukan oleh badan SDM!"

"Yah mungkin ada berberapa yang tidak tahu. Walau otakmu cukup jenius,kau tak boleh bersikap seperti itu Menma".

"Kau kejam Sakura-chan~~" Rengek Menma yang syok mendengar ucapan Sakura. "Aku ini jenius tahu! Buktinnya aku lulus dengan mudah di ujian tulis".

"Memang kau jenius dalam akademik. Tapi dalam segi kontrol Chakra kau payah Menma".

Menma hanya bisa menangis alay mendengar ejekan Sakura. Sedangkan Sakura hanya bisa geleng-geleng melihat tingkat lucu sahabatnya itu. "Ayolah Menma aku kan hanya bercanda". Namun tetap saja Menma tetap tidak menerima lelucon dari Sakura. Sedangkan orang yang tak jauh duduk di samping mereka hanya diam walau sekali-kali mengucapkan serampah kotor pada kedua orang di sampingnya.

Sabar Sasuke, jangan hiraukan lalat-lalat berisik itu batin Sasuke.

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

Kini tinggal Menma, Sakura dan Sasuke yang tersisa di Rauangan yang tadinnya penuh dengan orang-orang. Setelah menyebutkan pembagian tim—nama-nama yang telah disebut meninggalkan ruangan untuk bertemu dengan Jounin pembimbing mereka masing-masing. Awalnya Menma berpikir bahwa nama mereka bertiga akan disebutkan terakhir dan menjadi Tim ke 21, mengingat tim terakhir yang disebut oleh petugas departemen SDM itu adalah tim ke 20. Namun bukannya mengumumkan nama mereka menjadi anggota tim 21. Jounin anggota klan Sarutobi itu malah bersiap membersihkan barang-barang miliknya.

"Permisi paman". Ucap Menma kepada petugas SDM—Enma Sarutobi. Pria berumur kepala tiga itu menengok dan mendapati seorang pemuda berkacamata menghampirinya. "Ada yang bisa kubantu?"

"Begini, aku dan kedua temanku di atas belum mendapatkan pembagian tim Genin. Apakah nama kami terlewat ketika paman mengumkan pemabagian tim tadi" Tanya Menma.

"Hm aneh, kurasa aku sudah menyebut semua anak." Ucap Enma. "Tunggu sebentar biar aku cek terlebih dahulu". Menma mengagguk dan menunggu sang petugas meneliti kembali kertas yang berisi daftar pembagian tim. Namun setelah dibaca berulang-ulang, petugas itu semakin bingung dan menggaruk tengkuknya. "Aneh kau bilang tadi namamu Menma bukan? tapi disini tak ada nama bernama Menma, Sasuke maupun Sakura".

"Ta-tapi pak, mana mungkin nama kami tak ada di list itu! Kami sudah dinyatakan lulus ujian. Anda lihat sendiri kan ikat kepala ini yang menjadi bukti bahwa kami sudah menjadi Genin". Ucap Menma gemetar tak percaya apa yang didengarnya, bahkan ia tengah meyakinkan orang itu bahwa mereka telah menjadi Genin dengan menunjukan ikat kepala berlambang Konoha. "Pasti ada kesalahan di sini". Bahkan sakura yang melihat perdebatan Menma dengan petugas itu kini mengampirinya meninggalkan Sasuke yang Nampak bermainPSVita nya lagi.

"Entah aku juga tidak tahu, baru pertama kali kami menemukan kasus seperti ini. semenjak sistem ini berlaku di Era Hokage ke sembilan hingga sekarang tak ada kecacatan data pembagian Tim Genin" Ucap Enma kepada Menma. "Begini saja akan kutannyakan pada pihak pusat mengenai ini. mungkin ada kesalahan di Database milik kami. Kami akan segera menghungi bila telah menemukan kesalahan yang ada. Walau aku tak bisa memastikan kapan waktunnya, karena saat ini kami sedang sibuk dalam urusan lain". Lanjutnya supaya kedua bocah di depannya itu tidak menjadi bingung.

Menma hanya mengangguk mengerti—memandang Enma yang kini sudah meninggalkan ruangan. Staf akademi yang turut membantu Enmapun juga ikut beranjak pergi. Namun ketika mereka berpapasan sebuah kata-kata pedas tertangkap oleh indra pendengaran Menma, bahkan Sakura maupun Sasuke juga mendengarkannya. "Harusnya kalian itu bersyukur bisa lulus menjadi Genin. Lulusan sampah macam kalian hanya akan membuat malu nama besar Konoha!" ucapnya penuh ejekan dan meninggalkan tiga orang yang dimaksud tanpa rasa bersalah.

"Bajingan! Sebenarnya apa-apan sih staf di akademi ini! memangnya salah jika kami punya kekurangan! Mereka itu—"

"Menma!" potong Sakura sebelum pemuda berkacamata itu terbawa emosinnya. "Sudahlah biarkan saja mereka. Lagipula petugas tadi bilang bahwa mungkin saja ada kesalahan bukan?"

"Sakura-chan …" Menma hanya menatap nanar gadis musim semi itu. Dia tahu walau Sakura berusaha gentar, tapi dalam hatinnya gadis itu tengah menangis karena sudah tak sanggup lagi terus menerima ejekan demi ejekan selama di Akademi. Awalnya Menma sama sekali tak setuju ketika tahu Sakura akan mendaftar di Akademi. Bukan masalah dia lemah, tapi gadis itu terlalu baik. Dia khawatir bila di akademi gadis itu tak mempunyai teman atau bahkan di bully oleh orang lain—mengingat selama ini dia selalu berusaha mati-matian untuk ada di samping Sakura—melindunginya dari orang-orang tak berperi kamusiaan itu. Namun gadis itu dengan suara lantang mengucapkan bahwa dirinya tak mau lagi dianggap lemah oleh orang-orang. Hingga mau tak mau Menma terpaksa menuruti saja keinginannya, namun ia bersumpah akan selalu ada di samping sakura.

Sasuke yang sejak tadi asyik dalam dunia Gamenya pun beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut. "Mau kemana kau Sasuke?" Tanya Menma kepada Sasuke. Pemuda Uchiha hanya mendengus pelan menjawab pertanyaan Menma. "Tentu saja pulang. Aku masih punya banyak urusan. Lagipula apa yang dikatakan orang tadi benar. Harusnnya kita sudah bersyukur karena bisa lulus. Untuk apa menjadi Genin kalau memang sejak awal kita tidak pantas menjadi Shinobi? Aku saja mungkin akan membuang ikat kepala ini ke tong sampah".

Menma berniat berteriak karena sikap dingin Sasuke. Namun lagi-lagi Sakura kembali menahan Menma. "Sudahlah Menma. Lagipula kita juga ada keperluan lain bukan? kau ingat pembicaraan kita di bis?"

Menma hanya mengangguk saja. Asal Sakura bisa tersenyum semua sudah cukup untuknya.

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

Hokage ke sembilan atau yang lebih dikenal sebagai Orihara Ryusuke merupakan salah satu diantara sekian banyak Hokage selain Namikaze Minato yang berlatar belakang bukan dari Klan shinobi. Hokage tersebut juga mempunyai julukan 'Bapak pembangunan Modern' karena selama menjabat dua puluh satu tahun, beliau telah merombak habis Konoha sehingga menjadi sebuah kota Megapolitan. Walau sebenarnya ada Hokage sebelumnya yang juga mengubah Konoha ke tahap modern. Namun tidak sekstrim Sang generasi kesembilan.

Kantor Hokage pun juga tak luput dari perubahan besar-besaran sang Hokage ke kesembilan. Awalnya Kantor itu hanya terdiri dari satu gedung berwarna merah kecil di luas tanah yang tidak amat besar. Namun setelah Orihara mejabat. Gedung yang semula bangunan kecil merip hotel kelas bawah, kini sudah berubah bagai istana megah yang dikenal dengan Hokage Palace. Tak hanya gedung saja yang berubah daerah sekitarpun juga ikut berubah dengan amat megahnya. Misalkan saja Tugu Kedamaiaan berdiri megah di depan Istana Hokage dengan hamparan kebun bunga serta sebuah air mancur yang indah. Tak jauh dari Istana, lebih tepatnya sebelah timur terdapat bangunan yang disebut Gedung Parlementer sedang di bagian barat terdapat gedung Museum besar Konoha.

Hokage Palace sendiri merupakan bangunan yang luar biasa megah. Dengan cat merah yang mendominasi sehingga tak jarang orang-orang menyebutnya 'Istana Merah'. Dengan lambang Kanji Api di puncak Gedung membuat semua orang tahu bahwa itu merupakan Kantor dimana Sang Hokage bekerja. Suasana dalam istanapun tak kalah hebatnya dengan penampilan luar. Misalkan saja Boruto Bedroom, ruangan ini sama seperti namannya adalah sebuah Ruang tidur khusus yang disedikan untuk keluarga Hokage, walau sangat jarang digunakan karena Hokage sendiri mempunyai rumah Dinas yang tak kalah mewah. Nama Boruto sendiri diambil dari mendiang Hokage ketujuh Uzumaki Boruto yang dikenal sebagai Pahlawan besar Perang dunia Shinobi ke IV. Ada juga Blue Room, dimana terdapat foto-foto Hokage ini juga digunkan untuk menerima tamu kenegaraan semisal Damiyo atupun Kage dari Negara lain. Terdapat pula Red Room, dimana ruangan ini merupakan ruangan khusus yang disedikan untuk First Lady Konoha. Dan masih banyak lagi ruangan-ruangan megah di Hokage Palace. Namun dari semua itu terdapat satu ruangan istimewa dari semua yang ada yaitu Hokage's Oval Office, dimana Sang Hokage—pemimpin serta ninja terkuat di Konoha berkerja.

Kini sinar Matahari sore menyinari Ruang kerja sang Presiden. Ruangan berbentuk ofal itu dipenuhi oleh benda-benda yang dibutuhkan sang Hokage serta benda pribadi milik Hokage yang menjabat. Terlihat seorang Pria berambut hatim jabrik tengah duduk di Kursi kebesarannya—memandang intens kertas di atas meja kerjanya yang terbuat dari Kayu mahal. Sang Hokage kedua belas—Uchiha Obito tengah sibuk atau lebih tepatnya termenung pada apa yang dibacanya. Suara ketukan pintupun berbunyi sehingga Hokage pertama dari klan Uchiha itu memalingkan wajahnya dan mempersilakan orang dibalik pintu masuk.

"Maaf megannggu kerja anda Hokage-sama" Ucap Juru bicara Hokage sekaligus Penasehat pribadinya—Nara Shikaku.

"Iee, lagipula kau pasti membawa Sesutu yang penting bukan?" Ucap Obito dengan penuh wibawa. Shikaku pun mengangguk dan menyerahkan sebuah map coklat kepada sang Hokage. "Ini Semua data Genin, Chunin Jounin serta keanggotan Anbu yang telah diperbarui Departemen SDM. Hokage diminta untuk segera membubuhkan tanda tangan agar segera diserahkan oleh badan Intel untuk dimasukan ke database mereka."

"Haa—seperti biasa kau selalu kaku Shikaku-san. Lagipula andalah yang lebih tua dan banyak membantuku dalam mengerjakan tugas Hokage harusnya kita bisa bicara nonformal bila sedang berdua." Ucap Obito yang mulai jengah dengan sikap Shikaku. Pria yang merangkap kepala Klan Nara itu menggelengkan kepala menjawab pernyataan sang Hokage. "Tetap saja anda adalah pemipin Konoha. Dan seorang Hokage memiliki keduudkan istimewa di Konoha".

Obito sendiri hanya meng'iya-iya'kan saja ucapan jubirnya tersabut. Kalau sudah membawa nama Hokage, ia sama sekali tak bisa meneruskan perdebatan kecil mereka, mungkin efek kharisma Klan Nara yang terkenal pintar hingga membuat Hokage berumur dua puluh tujuh tahun itu tak bisa berkomentar banyak bila dihadapannya. "Oh ya apakah laporan yang kuminta pada badan Intel sudah ada? Aku harap permasalah dengan warga DeadZone ini segera terselesaikan".

"Saya belum mendapatkan kabar apapun dari pihak intel. Tapi bagian SDM sempat menitip info bahwa pihaknya telah mengirimkan berberapa jounin dan Chunin untuk menyelediki kasus itu".

Obito mendesah capek, ia pun memberikan kembali laporan yang sebelumnya diabawa oleh Shikaku. "Sejak Hokage kesepuluh, masalah ini sama sekali tak pernah terselesaikan, padahal Kakek tua itu sempat meredahkan konflik yang terjadi. Namun entah kenapa saat aku memimpin masalah dengan konflik yang sama muncul kembali".

"Apa perlu saya atur rapat tertutup dengan para Kepala Departemen untuk membahas masalah ini? " Saran Shikaku kepada Obito. "Tidak. Biar nanti ketika rapat rutin bulan depan saja kita membahas masalah ini. lagipula ada satu masalah yang nampaknya aku perlu bantuanmu Shikaku".

"Masalah?"

"Ada tiga lulusan Genin yang sengaja aku belum beri Jounin pembimbing, karena aku bingung Jounin yang pantas untuk memimpin meraka". Ucap Obito yang memberiakan sebuah kertas yang sudah Ia baca berlarut-larut dalam satu jam terakhir.

"Hogoromo Menma … Haruno Sakura … Uchiha Sasuke?" ucap kejut Shikaku ketika mendapati nama Sasuke di kertas selemabar itu. "Bukannya dia adik Itachi? Kenapa ia bersekolah di Akademi Cabang barat?".

"Baca keterangan dibawahnya". Shikaku pun membaca kalimat demi kalimat. Matannya pun kembali terbelalak ketika selesai membaca tuntas semua kaliamat yang tersaji di kedua matannya. "Fugaku-san itu …., aku sama sekali tak mengerti apa yang dipikirkan orang itu".

"Yah paman Fugaku memang sangat merepotkan. Aku saja dibuat jengah bila bersama dengan dia walau Cuma sepuluh menit. Dan lagi tak hanya Sasuke saja. Kedua temannya juga punya rekam jejak yang membuatku berpikir ulang untuk menempatkan Jounin pembimbing untuk mereka".

"Memang benar apalagi anak bernama Hogoromo Menma ini …" ucap Shikaku yang kembali memandang laporan di tangannya.

"Awalnya aku ingin meminta Kakashi … tapi kau tahu sendiri kalau dia kini menjabat menjadi delegasi perwakilan di PBB. Pasti dia sangat tidak memungkikan memintannya menjadi Jounin pembimbing".

"hmm … memang benar kalau Kakashi memanglah orang yang tepat … Andai saja Sarutobi Rin juga masih menetap di Konoha mungkin dia bisa menjadi Jounin pembimbing yang cocok" ucap Shikaku.

"Rin ya—". Ucap Obito ngelantur. Tiba-tiba saja Hokage itu mendapatkan sebuah ide cermelang yang mungkin akan menyelesaikan masalah yang kini sedang dihadapinnya. "Aku tahu ! aku sudah menemukan Jounin yang pantas untuk mereka bertiga!" teriak Obito tiba-tiba yang langsung membuat Shikaku terkejut bukan main.

"Maksud anda Rin akan—"

"Tidak. Wanita maniak senjata itu tak akan cocok jadi pengajar. Bisa-bisa semua genin itu malah terkena delusi gilanya sebelum genin-genin itu lulus menjadi Chunin".

"Kalau begitu, siapa yang akan menjadi Jounin mereka?" Tanya Shikaku yang masih bingung dengan perilaku Hokagenya yang susah ditebak apa yang sedang dipikirkannya.

"Hm! Tentu saja bukan?. seorang yang satu tim denganku dan Rin sewaktu genin dibawa bimbingan Xenon Sensei! Seseorang yang sudah menjadi rivalku dan satu-satunnya yang bisa menandingi kehebatan kedua Sharingan ku ini!" ucap Obito dengan semangat api yang berkobar-kobar.

"Ja-jangan bilang bahwa yang dimaksud anda—"

"So! Kita panggil Uzumaki Naruto untuk kembali ke Konoha!"

.

ΩThe Last ShinobiΩ↙

.

.

Bersambung …