Tittle
Heal Me
cast
Kim Kibum x Cho Kyuhyun
Genre
Drama, Crime
Warning
GS, typos, tulisan yang tidak BAKU dan sebagainya, bahasa tidak sesuai EYD, cerita abal.
Don't like Don't read, that SIMPLE.
Okay
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.
[~Lizz_L_L~]
Desiran angin menyatu lembut dalam gumpalan kesenduhan. Sang senja yang berangsur turun dan tergantikan oleh kepekatan langit sehitam jelaga. Suara khas malam mulai terdengar hidup dan bergerak perlahan. Namun di sisi lain pemandangan yang tampak indah itu menyisakan ketidakbiasaan yang tengah terjadi di sudut gelap lorong panjang. Tampak tiga orang gadis yang tengah mengeroyok satu orang gadis lainnya dengan cara yang paling anarkis. Gadis terbully itu, terduduk dengan darah dan bekas memar serta cakaran di sekujur tubuhnya. Tidak berhenti...
Plak
Plak
Tamparan demi tamparan tendangan demi tendangan disertai sebuah caci maki yang berkumandang penuh kedengkian menjadi backsound utama kala itu. Tak ada penolakan, tak ada pembelaan, tak ada erangan pun jeritan minta tolong. Gadis pemilik rambut sewarna eboni itu tetap diam dan bungkam, terlihat pasrah menerima semua perlakuan buruk terhadapnya. Meski luka yang di terimanya jelas menunjukan jika mereka telah melakukan tindakan penganiyayaan di luar kendali.
"Bangsat, pelacur sepertimu pantas mati—beraninya kau mengoda papaku sialan, jika kau tak ingin mati segera enyah atau aku sendiri yang akan membunuhmu." geraman gadis bersurai pirang lolos begitu saja. Di hentakannya kasar rambut gadis yang masih mematung menatap kosong pada si blonde yang masih setia menendangnya sekali lagi hingga dirinya terbatuk dan muntah.
"Louise, hentikan—dia bisa mati jika kau terus menyiksanya."
Teman gadis bernama Louise itu menganguk dan membenarkan ucapan temannya yang satu lagi. "Kurasa cukup memberinya pelajaran, dia bahkan sudah tak bisa berdiri." tukasnya menatap si gadis pemilik makhota sewarna eboni yang mengeliat di tanah sambil memegangi perutnya.
Sedikit tak rela dengan penyiksaan dan pelampiasan amarahnya yang terhenti—Louise mengeram dan meludah sebelum meninggalkan gadis itu dengan separuh seragamnya yang telah ternoda oleh darahnya sendiri. Gadis itu diam, coba menetralkan desah napasnya sebelum berbalik dan menatap langit kelabu tanpa bintang di atasnya. Tubuhnya terasa remuk redam dan sakit namun tak berapa lama sebuah kekehan terdengar lirih berkumandang dari bibir penuh noda merah dan tak lama berakhir menjadi sebuah tawa keras yang sarat akan kepuasan, kuputusasaan dan kesedihan. Tak ada yang tau makna di balik arti dari tawanya sampai saat sebuah tatapan dingin yang terlihat angkuh terpancar dari kedua irisnya.
Gadis itu berhenti tertawa dan segera bangkit dari rebahannya mengambil tas sekolahnya dan berjalan menuju gerbang sekolah seolah tak pernah terjadi apapun padanya, meski luka yang di alaminya tak bisa menutupi apapun yang telah terjadi.
*Heal Me*
Netra beningnya terlihat meredup pagi ini. Sejak matahari mulai menyingsing tak pernah dia berhenti menguap, pemuda itu bahkan menghitungnya, lima belas kali—dia menguap pagi itu, seolah kantuk tetap setia menempeli langkah kakinya. Pekerjaannya di malam hari memang sangat menguras segala energinya, membuatnya kesulitan untuk sekedar membuka mata barang satu atau dua menit saat jam pelajaran pertama membuatnya terpaksa mendapat hukuman dari sang guru untuk membersihkan gudang, karena di samping tidur dengan seenaknya, pemuda yang kerap di sapa sebagai biang onar 'Kim Kibum' sempat membuat keributan dengan igauan berbau pornonya yang terdengar sangat vulgar di saat jam pelajaran Jung Yunho—guru yang terkenal sedikit kejam. Alhasil Kibum mendapat hukuman membersihkan semua halaman sekolah agar bebas dari sampah di lanjutkan memilah-milah sampah yang akan di daur ulang setelah sekolah usai.
"Hei pemalas bangun, Ck—tidak puas tidur terus." ucap salah seorang temannya seraya mendeplak kepala Kibum saat jam istirahat terakhir.
"Urusai—jangan ganggu aku." balas Kibum dengan suara mengumam dan kembali melanjutkan acara bobok gantengnya setelah memperbaiki posisi kepalanya yang berada di atas meja.
Slap
Slap
"Wohoho apa yang terjadi dengannya." Heechul berujar menatap gadis bersurai eboni yang baru saja masuk ke dalam kelas dengan tubuh basah kuyub di sertai memar baru di sekitar pelipis dan pipi kanannya.
Donghae mengendikan bahunya acuh dan beralih menatap pemuda cantik namun menolak di sebut cantik. jika ada satu orang saya yang menyebutnya cantik di sertai embel-embel banci maka habislah orang itu keesokan paginya karena di bantai habis-habisan oleh Heechul si cinderella beringas yang menolak di panggil cinderella.
"Belakangan aku melihat memarnya semakin bertambah." tambah Heechul dengan kedua tangan yang di topangkan di sandaran kursi yang di atur dalam posisi terbalik.
"Jangan berurusan dengannya dia banyak membuat masalah, gosip tentangnya tak pernah bagus." jelas Donghae menambahkan.
"Siapa juga yang ingin berurusan dengannya." Heechul mengendikan bahunya acuh dan setelahnya guru muncul membuat para siswa berhamburan dan berlari ke tempat duduk masing-masing.
Yoon Ah masuk kelas dengan langkah anggun, seketika irisnya langsung tertumbuk tanpa segaja ke arah Kyuhyun—sang gadis yang masih asyik menunduk dengan rambut dan pakaian setengah basah. Yoon Ah mengernyit tak suka dan menyuruh gadis itu untuk keluar kelas dan segera membenahi penampilannya, tanpa mampu mambantah Kyuhyun berjalan layaknya orang linglung keluar kelas di sertai sorakan seluruh penghuni kelas.
Kyuhyun mendekam di balik pintu toilet menolak untuk keluar meski jam pelajaran telah usai sejak lima belas menit yang lalu sementara dirinya masih diam terpaku dengan isak tangis yang masih mengumandang dari bibir bergetarnya. Kyuhyun hanya tak pernah mengerti kenapa selalu dirinya yang berakhir dengan segala macam cercaan, bullyan dan hinaan yang tak berkesudahan. Kyuhyun tau dia memang salah tapi dalam hal ini bukan hanya dia saja yang patut untuk di persalahkan. Dia hanya mencoba bertahan hidup di tengah kerasnya hutan belantara metropolitan. Dia hanya seorang yatim piatu yang mencoba untuk tetap hidup meski harus menjadi benalu bagi keluarga Park. Leeteuk Park adalah ayah kandung dari Park Song min atau bisa di sebut dengan Louise Park. Dan mungkin karena hal itu membuat Louise selalu membully Kyuhyun dengan kejam tanpa tau ada alasan kuat di baliknya. Alasan yang membuat Kyuhyun dan seluruh hidupnya berubah drastis.
Kyuhyun masih terisak kuat namun perlahan-lahan tangisannya berubah menjadi kekehan kecil. Entah apa yang membuat gadis belia itu hingga mengeluarkan reaksi aneh, dari tangisan berubah menjadi kekehan tertahan seolah Kyuhyun tengah tergelitik oleh sesuatu yang membuat perutnya tak pernah berhenti merasa kegelian.
Kyuhyun menatap langit-langit dengan tatapan kosong dengan sisa kekehan yang masih membekas di bibirnya. "Kau tak tau keluargamu banyak berhutang padaku, jangan salahkan aku jika aku berbuat seperti ini. Kalian perlu menebus segalanya—ya segalanya."
*Heal me*
Tap
Tap
Tap
Langkah ringan seorang gadis dengan kimono yang membalut tubuh rampingnya tampak berdiri di atas sebuah atap rumah seseorang. Wajahnya tak dapat di kenali karena sebuah topeng kucing hitam melekat erat menutupi parasnya. Sementara rambutnya bebas terkibar di belakang punggungnya di permainkan oleh angin malam itu. Lincah kakinya yang melompat dari atap rumah ke atap rumah tanpa alas kaki.
Dia berhenti melompat, sepertinya dia tertarik oleh sesuatu hal yang di anggapnya cukup menarik sampai saat tatapannya terpaku pada sekumpulan pemuda yang tengah terlibat sebuah perkelahian antara beberapa orang. dia menatap intens segerombol pemuda SMA yang saling berperang memacu adrenalin masa muda mereka. Membuktikan kemampuan dan kekuasaan. Membentuk sebuah geng dan saling bertarung konyol karena harga diri yang terlalu tinggi. Saling hantam dan menghancurkan tanpa tau jika yang mereka lakukan hanyalah sebuah kesia-siaan. Gadis dengan topeng siluman kucing Nekomata masih setia menatap dengan langkah cepat dia melompat berdiri dengan angkuh di atas sebuah pagar beton.
"Kibum awas belakangmu." teriakan Heechul membuat Kibum sadar bahaya yang mendekat, pemuda bersurai sehitam jelaga menoleh cepat dan menghindar dari serangan balok kayu dari arah belakang dengan lugas dan kembali melayangkan tendangan balasan.
"Wah kelihatannya seru sekali!" serunya dengan nada kelewat ceria di sertai nada pekikan antusias yang menganggu. Tawuran terhenti sejenak karena kedatangan gadis aneh dengan kimono serba hitam dan topeng nekomata yang tampak sedikit aneh di mata para pemuda yang menatapnya dengan tatapan meremehkan tanpa sadar dengan noda lainnya yang melekat di kain kimononya. Noda percikan cairan berbau karat besi.
"Nona, pergilah kau akan terluka jika tetap ada di sana." tukas Heechul masih sibuk dengan hantaman dan tonjokan.
"Kenapa harus—aku tertarik dengan aksi kalian, ayo perlihatkan yang lebih seru! Lagipula aku juga ingin menikmatinya juga, terlalu menyenangkan untuk di lewatkan." pekiknya dengan keantusiasan di sertai sorakan penyemangat.
"Kau aneh, tapi aku suka." Kibum berujar seraya mengelak dari serangan lawan denhan senyum tipis yang tersunggih di bibirnya. "Tapi pertarungan seperti ini, bukan untuk wanita, aku tak ingin jika kau terluka karena melibatkan diri."
"Kau sopan sekali, aku suka—tapi tidak masalah, aku bukan wanita lemah—ayo ayo lanjutkan!." ujar si gadis bertopeng sambil melompat-lompat ceria menyoraki dengan semangat kubu Kibum.
"Bangsat—pergi dari sini, jangan menganggu jika kau tak ingin mati." geraman marah salah seorang dengan nada mengancam membuat sang gadis tertawa keras, membuat kernyitan aneh di dahi Kibum dan teman-temannya. Dan kompak setuju jika mengangap gadis itu adalah gadis aneh yang sedikit gila.
"Wah wah wah tak perlu sampai seperti itu, mereka saja tidak keberatan jika aku ada di sini, toh aku tak menganggu." ujar si gadis bertopeng dengan nada bebal. Membuat Donghae dan Zhoumi meringis.
"Pelacur—jangan menganggu sialan." umpat pemuda dengan potongan mohawk mengumpat seraya melempar balok bata dengan geram. Namun bisa di hindari dengan muda, seolah lemparannya hanyalah lalat yang terbang mendekat padanya.
Si gadis nekomata diam. "Lancang—" dia berujar pelan dengan nada dingin menusuk. Gadis siluman Nekomata melompat, melayangkan tendangannya pada si brengsek yang berani mengatainya, mengumpat padanya serta telah berani melemparkan sebuah bata kearahnya.
Brak
Sang pemuda jatuh terjengkang kemudian mengelinding dan berakhir menghantam tong sampah hingga berhamburan karena saking kerasnya tendangan yang di layangkan. Setelahnya gadis itu meluncur turun dengan pendaratan sempurna di bawah kakinya sendiri.
"Sepertinya aku telah berlaku tak sopan tapi kukira dia pantas mendapatkannya." kekehan ceria kembali terdengar di balik topeng. "Maaf jika telah menganggu kegiatan menyenangkan kalian, sebenarnya aku ingin melanjutkan semua kesenangan ini tapi aku terlalu sibuk malam ini jadi— Bye bye." pamitnya dengan logat anak-anak sambil mengangkat tangannya melakukan gesture melambai. Setelahnya dia melompat menaiki pagar dengan mudah dan berlari menjauh di sepanjang pagar beton dan menghilang di kejauhan di balik sebuah rumah.
"Dia ninja?" tanya Donghae takjub.
"Sepertinya begitu." jawab Heechul dengan tatapan terpukau.
"Dia aneh—Damn, aku melupakan tugas dari Yunho Saem." umpat Kibum tanpa sadar.
"Khukhukhukhu—aku mencintaimu sayang, harusnya kau tau." kekehan seorang laki-laki berkumandang di seluruh ruangan. Aroma lembab dan bau busuk tampak mendominasi tempat itu. Tepat di tengah ruangan terdapat sebuah meja dengan lampu terang yang menyoroti objek hidup yang terlihat seperti mayat. Diam dan tak bergeming, pucat pasi dengan bibir kering, seolah eksistensinya sendiri adalah sebuah ilusi.
Gadis belia berusia empat belas tahun itu menatap langit-langit berdebu dengan tatapan kosong. Tak ada yang menyangkah jika dia masih hidup sampai sebuah buliran kystal bening mengalir dari matanya yang terbuka. Tak ada isak tangis atau jeritan. Dia bungkam tanpa di minta, merasakan setiap rasa sakit yang menjalar di setiap inci tubuhnya, merasakan rasa sakit yang selalu menemaninya bagaikan teman lama.
"Wajahmu sangat mirip dengannya sayang." kembali suara laki-laki itu terdengar berbisik di sertai bau busuk yang menguar dari mulutnya. Perlahan dia merayap ke atas tubuh si belia yang masih terlentang di atas meja penyiksaan dengan tubuh bagian bawah yang telanjang tanpa sehelai benangpun dengan tangan dan kaki yang terikat erat pada masing-masing pengait yang sengaja di pasang di sudut-sudut meja. Sang gadis terlalu terbiasa mendapat perlakuan biadap bak binatang darinya.
Hampir setiap hari gadis itu di siksa dan di perkosa tanpa ampun karena dendam yang tak seharusnya di lampiaskan pada dirinya. Si belia tak pernah sekalipun menyerah dan mencoba bebas serta melarikan diri namun berkali-kali pula dia tertangkap dan terjebak hingga mendapat ratusan siksaan keji dari si laki-laki yang lebih mirip seperti psykopat gila. Gadis itu tampak tak baik, berbagai luka seperti kulit yang membiru, lebam, ruam kebiruan dan memar masih terlihat segar dengan darah mengering yang mengelilinginya kulit di sekujur tubuhnya.
"Apa kau senang oh—"ucapnya dengan nada menjijikan seraya mengesekan kejantanannya yang sudah menegang tepat ke arah vagina sang gadis. "Ayo mendesahlah, buat aku senang." tambahnya lagi dengan sorot mata aneh dan seringai menjijikan.
Cuih—
Gadis itu meludah tepat di wajah sang laki-laki. "Bajingan sepertimu pantas mati. Semoga tuhan tak pernah mengampunimu dan membakarmu di neraka." pertama kali suara serak sang gadis keluar di sertai ringisan rasa sakit saat penis si laki-laki menghujam keras tanpa ampun melesak dan sekali lagi merobek kewanitaannya. Dia selalu bermain kasar tanpa adanya foreplay atau penetrasi sebelumnya hanya untuk alasan menyakiti sang gadis yang bahkan sudah tak bisa melawan. Laki-laki itu sengaja melakukan hal itu untuk menghancurkan harga diri serta jiwa sang gadis.
"Pelacur kecil sepertimu, berani-beraninya meludahiku." geramnya berang semakin ganas mengoyak gadis itu tanpa ampun hingga darah merembes dari kewanitaannya dan seketika membuat gadis itu terkesiap dan menjerit histeris meminta ampun saat rasa sakit luar biasa menghantam tubuh bagian bawahnya. Dia merontah dengan sekuat tenaga. Berusaha menendang, mengingit dan mencakar namun segala usahanya hanya membuahkan kesia-siaan belaka. Karwna pada akhirnya dia hanya sanggup menangis dan menjerit.
"Mati saja kau dasar bajingan biadap, aku berjanji jika aku akan membunuhmu dengan siksaan paling keji, keparat." jeritnya dengan kebencian, kemarahan dan keputus asaan menjadi satu. Tangisan serta rintihan tak mampu membuat sang laki-laki mengibah. Dia hanya menatap puas saat melihat si belia menjerit kesetanan dengan segala macam kefrustasian dalam sorot matanya.
Dia terkekeh senang. "Sampai kau mati sekalipun aku tak akan pernah membebaskanmu, salahkan ibumu karena dosanyalah yang membuatmu jadi seperti ini." keji dan dingin suara itu menimpali.
"Kau akan membusuk di neraka, percayalah, aku akan segera bebas dan membalasmu dengan kesakitan yang lebih dari apa yang kurasakan."
"Gadis kurang ajar, sepertinya pelajaranku padamu tak pernah cukup untuk membungkam mulut kotormu." geramnya. Laki-laki itu mencabut kejantannya kasar membuat sang belia kembali merintih sakit, Dengan gerakan cepat sang laki-laki mengambil sebuah pinset dan penjepit besi. "Kurasa kau akan segera sadar dengan siapa mulut lancangmu mengonggong." seringai jahat langsung tampak di wajah laki-laki tiga puluh lima tahun itu. Tanpa menunggu lama jemarinya aktif mencabuti kuku jari kaki sang gadis di sertai kekehan dan jeritan kesakitan sang gadis yang berusaha merontah sekuat tenaga.
"Hentikan...hentikan...maafkan akuu maafkan akuuu.." jeritan dengan memohon segala pengampunan tak lagi di dengar. Laki-laki itu terlalu bernafsu untuk melenyapkan gadis itu.
"Bagaimana rasanya, menyenangkan bukan." ujarnya kembali terkekeh senang melihat sang gadis yang mengigil. "Tapi maaf sekali aku sudah terlalu bosan untuk bermain lebih lama denganmu." tukasnya dengan nada dingin. Dia membuang pinset yang ada di tangannya dan beralih mengambil sebuah pisau.
"Bagaimana jika kita keluarkan dua bola mata indahmu itu, lalu mengeluarkan semua oragan dalammu menaruhnya dalam toples cantik untuk koleksi dan obat penawar jika aku merindukanmu, menguliti tubuhmu dan membakar mayatmu hingga tak berbekas. Terlihat menyenangkan bukan." ujarnya dengan tatapan mengerikan.
"Aku mohon lepaskan aku—" belum sempat sang gadis melanjutkan ucapannya rahangnya di cengkeram dengan sangat dan tak berapa lama jeritan keras kembali terdengar di sertai suara ribut dan debuman benda berat yang jatuh menghantam lantai.
Klap
Iris tersembunyi Kyuhyun terbuka lebar. Keringat deras membasahi tubuhnya. Samar-samar ingatan menjijikan itu kembali muncul bagai mimpi buruk yang menghantuinya sepanjang hidupnya, seketika membuat rasa mual menghantamnya tanpa bisa di cegah. Cepat Kyuhyun bangkit berdiri, berlari sekuat tenaga menuju wastafel dan memuntahkan segala isi perutnya. Setelah semua isi perutnya kosong tak bersisa, dengan sisa tenaganya Kyuhyun berjalan dengan tubuh mengigil gemetar menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam bathup dan menekan shower, seketika tubuhnya di guyur oleh air dingin. Dia hanya butuh air bersih untuk membersihkan tubuhnya yang telah kotor ternodai. Wajah pucat Kyuhyun tampak kacau, berulang kali Kyuhyun membersihkan sekujur tubuhnya di sertai isak tangis yang tak mereda sedikitpu dengan sesekali jeritan putus asa keluar dari bibir pucatnya yang bergetar.
*Heal Me*
Kyuhyun berjalan tertatih menuju ke sebuah bangku. Di hempaskan tubuhnya di sana dan menatap langit senja dengan wajah dingin. Helaan napas berat beberapa kali keluar dari bilah bibirnya yang memudar.
Kibum menatap penampakan gadis itu dengan dahi mengernyit seraya bertopang dada dan bersandar di tembok dengan capit dan sarung tangan di kedua tangannya. "Hari berat bukan." ucap Kibum kemudian.
Kyuhyun tersentak, namun wajahnya masih menunjukan ekspresi yang sama. Iris redupnya menatap Kibum yang balas menatapnya. Kyuhyun mengalihkan tatapannya ke arah lain dan tersenyum tipis kemudian dia menjawab, "ya—benar-benar berat."
"Apa menyenangkan?"
Kyuhyun menoleh sekali lagi dengan dahi yang mengernyit dalam, sedikit tidak mengerti dengan apa yang di maksud sang pemuda. "Apa menyenangkan berperan menjadi si lemah?, kenapa kau tidak melawan." tambah Kibum menjelaskan maksudnya.
Kyuhyun terdiam lama, "Itu—tidak mungkin." jawabnya dengan kepala tertunduk.
Kibum mengendikan bahunya tampak acuh, dia berjalan mendekati Kyuhyun, mengambil sebuah plester dan menempelkannya di sudut bibir Kyuhyun. "Kau terlihat kacau." Kibum menambahkan seraya menatap wajah Kyuhyun intens. "Jangan hanya diam saja jika ada yang melakukan hal ini padamu, sesekali kau harus memberi mereka pelajaran, belalah dirimu sendiri jika kau merasa tidak bersalah." ucapnya. Kyuhyun diam tersentak mendengar ucapan Kibum.
Sebelum pergi Kibum menatap Kyuhyun sekulas dan melemparkan beberapa buah plester yang memang selalu dia bawah kemanapun dia pergi ke atas pangkuan Kyuhyun. "Arrggg—sialan pekerjaanku masih banyak."
Kyuhyun menatap punggung Kibum yang mulai menjauh. Kenapa dia merasa aneh mendapatkan perlakuan tak biasa dari pemuda yang bahkan tidak di kenalnya itu. Mungkin Kyuhyun sedikit terharu karena mendapat perhatian untuk pertama kalinya dari seseorang yang bahkan di luar ekspektasinya dan untuk pertama kalinya dia tidak merasa seperti seonggok sampah yang terbuang.
"Terima kasih." Kyuhyun berbisik lirih dan mengengam plester pemberian Kibum tanpa ada niat untuk memakainya. Sepertinya Kyuhyun terlalu senang saat mendapatkan benda sepele dari Kibum.
"Bagaimana, ada petunjuk?"
Laki-laki pemilik jaket kulit itu mengeleng. "Jejak samar, cara pembunuhannya sama, yang lebih mengejutkan adalah catatan kriminalnya—pencandu narkoba, seorang pedofil, dan pengedar. Dia juga pernah melakukan tindak pelecehan anak di bawah umur dan catatan ini sama seperti korban sebelumnya. Aku yakin pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi, pelakunya pasti orang yang sama." tukasnya membeberkan fakta tentang catatan kriminal sang korban yang entah kenapa sudah ada di sana di samping mayat yang telah di bentuk sedemikian rupa menjadi sebuah kursi dengan bagian-bagian tubuh yang di potong dan di tempel ulang.
"Pembunuh ini sangat pintar, dia melakukan eksekusi pada korbannya dengan cermat. Tak ada jejak sidik jari, rambut atau apapun."
"Kau benar Kris, tapi yang membuatku bingung—kenapa mayat-mayat yang kita temukan selalu berbentuk seperti ini, kursi, meja dan benda rumah tangga lainnya? Apa dia seorang seniman?"
"Mungkin saja, tapi yang jelas pembunuhannya sangat unik, motif pembunuhannya juga belum jelas. Para korban di awetkan terlebih dahulu dan di jadikan media untuk membuat sebuah karya seni meski terlihat mengerikan jika di lihat dari cara pembuatannya ini cukup rapi dan penuh perhitungan, dan hebatnya tak ada jejak mencurigakan yang bisa di jadikan bukti milik sang pelaku. Dia sangat cermat." ujarnya dengan mimik wajah berpikir, "Agrhh—kenapa kita malah memujinya, ayo temukan lagi petunjuknya Kai dan segera pergi dari sini, pasti si tua bangka itu tak akan terima jika kita hanya memberikan laporan omong kosong." ucap Kris seraya mengacak surai pirangnya frustasi. Pemuda tan yang bernama Kai hanya terkekeh renyah.
*Heal Me*
Kibum telah selesai melakukan tugas kenegaraanya yang telah di berikan oleh Jung Yunho sebagai hadiah karena aksinya di kelas beberapa hari yang lalu. Jung Yunho adalah guru tersayangnya yang selalu membuat Kibum susah. Entah dosa apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga si killer pencabut nyawa seperti Jung Yunho begitu mencintainya.
"Hoooaaammm—" kembali dia menguap lebar menahan segala kantuk yang entah kenapa selalu datang menyerangnya tanpa ampun.
Tap
Tap
Tap
"Berhenti mengikutiku!" tukas Kibum dan di sambut oleh kikikan dari gadis yang masih setiap memakai topeng siluman kucing nekomata.
"Memangnya kenapa? Tak boleh? Aku tidak menganggu dan aku akan membungkam mulutku jika kau ingin, jadi biarkan aku berjalan di sampingmu!" ujarnya masih setia melangkahkan kakinya di sebelah Kibum.
Kibum menoleh sekilas, "kenapa memakai topeng?"
Gadis itu terdiam, "Ehm—kenapa ya?" jawabnya dengan nada bertanya. "Tentu saja karena aku suka." jawbanya lahi dengan sedikit kekehan geli dalam suaranya.
Kibum memutar bola matanya malas saat mendengar jawaban gadis yang masih setia menguarkan hawa penuh keceriaan di sampingnya. "Dasar aneh."
Gadis itu tertawa renyah, "kau tau, saat mengenakan topeng ini aku bebas, bebas melakukan apapun yang ku mau tanpa tekanan, bebas menjadi diriku yang sesungguhnya karena itu aku sangat menyukainya." gumamnya dengan nada melayang.
"Lalu kenapa memakai pakaian seperti itu?"
"Aku suka semua hal yang berbau dengan budaya jepang, ibuku adalah orang jepang. apa terlihat aneh?" jawab gadis itu.
Kibum mengendikan bahunya acuh, "Siapa namamu?" tanya Kibum lagi, bukankah melemparkan pertanyaan yang beruntun adalah suatu bentuk ketidaksopanan.
Gadis itu terdiam lama, menatap Kibum sekilas dan kembali menatap jalanan aspal di bawahnya. "Nama ya?" gadis itu bergumam seperti seorang linglung yang bahkan tak bisa mengingat siapa namanya sendiri.
"Tidak ada—Kau bisa memanggilku semaumu, asal jangan memanggilku dengan sebutan 'kotoran' saja." jawabnya dengan nada bercanda dan kembali terkekeh senang. Sepertinya gadis itu adalah tipe wanita yang mudah sekali tertawa.
"Neko!"
Gadis itu menatap Kibum yang terdengar mengatakan sesuatu. "Aku akan memanggilmu Neko." tambahnya berhenti melangkah dan menatap paras yang tersembunyi di balik topeng.
"Neko ya." gadis itu terkekeh terlihat senang mendapat nama baru dari Kibum.
Gadis yang telah resmi menyandang nama pemberian Kibum itu balas menatap Kibum di balik topeng kucingnya. "Halo, namaku Neko!" ujarnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Kibum.
Kibum menatap uluran tangan Neko dan senyum tipis menyembul di sudut-sudut bibirnya. Perlahan tangannya terangkat dan menyambut uluran tangan kurus milik Neko, "Kibum—aku Kim Kibum, senang bisa berkenalan denganmu Neko-Chan."
*Heal Me*
Bel masih belum berdentang, pagi yang tenang bagi Kyuhyun. Samar senyum terkembang saat irisnya menatap pemandangan di luar jendela kelasnya. Sesekali mulutnya mengunyah sandwich tuna, sarapannya pagi itu. Pikirannya mengelana jauh, membayangkan segala kemungkinan akan masa depannya kelak.
"Hah..." helaan napas panjang keluar begitu saja dari dalam bibir merah merekahnya.
"Hoam..." Kibum berjalan gontai memasuki kelas dengan kuap kantuk yang menyertainya. Pemuda pucat itu terlihat berjalan gontai dan sesekali menabrak meja karena kesadaran yang hampir hilang, tanpa sadar membuat Kyuhyun terpaku dan tersenyum kecil saat melihat Kibum hampir jatuh terjengkang.
"Kau akan melukai dirimu sendiri jika berjalan dengan mata terpejam." Kyuhyun memecahkan sepi.
"Hoam...aku ngantuk sekali, dan...lapar."
"Mau, jika kau tidak keberatan kau bisa mengambil sandwich milikku." Kyuhyun menyodorkan roti isi miliknya.
Kibum menatap gadis itu sejenak dan mengalihkan tatapan matanya ke arah kotak bekal Kyuhyun, "tidak buruk, setidaknya bisa menahan sampai istirahat siang, thanks Kyu." Kibum mencomot roti isi Kyuhyun meninggalkan jejak senyuman yang membuat rasa hangat menjalar di hati gadis itu yang menunduk bangga padanya yang bisa membuat kemajuan dengan berbicara dengan manusia lain selain pada banyangan dirinya sendiri.
Tbc
