Desclaimer:

Harvest Moon bukan punya saya tapi cerita ini asli buatan saya.

Summary:

Claire terikat perjanjian dengan God. Bagaimana bisa? Apa isi perjanjian itu? Apa yang akan ia pilih? Hidupnya atau hidup Gray?

.

.

.

Kepindahannya ke kota kecil bernama Mineral Town ini adalah karena suatu alasan.

.

.

.

4th Spring, Year 1

(Claire POV)

Aku berdiri di depan sebuah pintu. Saibara Blacksmith, tulisannya di sebuah papan di dekat pintu. Tanganku terulur membuka pintu dengan perlahan hingga sebuah bunyi lonceng menyambut indera pendengaranku.

"Kau menghalangi jalanku! Minggir!"

Aku terdorong sedikit kesamping karena perbuatan seorang pria muda yang kini berjalan ke arah pintu.

"GRAY! BERSIKAPLAH SOPAN PADA PELANGGAN!" teriak seorang kakek tua dari balik meja counter dengan wajah yang merah padam karena emosi menyelimutinya.

BLAM

Pintu terbanting dengan kuat. Sekarang aku dapat mendengar geraman tertahan dari kakek itu.

"Maafkan sikapnya yang seperti itu."

Aku tersenyum lalu menggeleng pelan, "Tidak apa-apa."

Kakek itu ikut tersenyum, "Apa kau penduduk baru itu? Thomas memberi tahuku kemarin."

"Benar. Namaku Claire, aku yang akan mengurus perkebunan itu sekarang."

Itupun kalau bisa bertahan dalam sebulan saja sudah bagus.

"Aku Saibara pemilik pandai besi ini dan yang tadi adalah cucuku, namanya Gray."

Aku tersenyum... Aku tahu.

"Kalau bermasalah dengan alat kebunmu, bawalah kemari."

Sebenarnya Kakek Saibara ini sangat ramah tapi entah kenapa sikapnya keras terhadap Gray.

"Terimakasih, Saibara. Aku permisi dulu, sampai jumpa."

Aku membungkukkan badan sedikit dan keluar dari toko itu dan terlonjak kaget saat melihat seseorang berdiri di samping pintu.

"Gray?!" pekikku tanpa sadar.

Dia bersandar di dinding samping jendela. Kedua tangannya terlipat di dada. Ekspresi datarnya itu kini menatapku intens. Mata biru langit itu terasa seperti menghipnotisku membuat jantungku berdetak melebihi batas normal.

"Siapa kau?"

Suara bernada dingin itu membuat tubuhku membeku.

Apa maksudnya?

Apa dia tahu kalau aku... Ah tidak mungkin!

"A-aku Claire penduduk baru yang tinggal di perkebunan itu," ucapku pelan tanpa melihat matanya seraya menunjuk ke arah tempat yang kutinggali sekarang.

Sial! Jantungku berdetak terlalu cepat sekarang sampai kedua kakiku terasa lemas.

Kucoba meliriknya sedikit, dia masih menatapku dengan pandangan yang entah apa itu aku pun tak tahu.

"A-aku masih harus berkeliling. S-sampai jumpa."

Aku berjalan melewatinya namun langkahku terhenti saat tangan hangat itu mengenggam pergelangan tanganku.

Oh tidak! Pipiku memanas.

Aku hanya mampu menunduk, tidak berani untuk melihatnya.

"Maaf untuk yang tadi," dia melepaskan genggamannya, "Kau boleh pergi."

Aku mengangguk dan kembali berjalan dengan tergesa-gesa.

Gray oh Gray kau membuatku...

BRUK

Aku jatuh terduduk, "ughh."

"Kau tidak apa-apa?!" teriaknya yang membuatku makin meringis.

Kualihkan pandanganku yang sedari tadi tertunduk ke seseorang pria muda berambut pirang dan berkacamata.

"Maaf maaf. Apa kau baik-baik saja?"

Dahiku berkerut, kepalaku sedikit kumiringkan. Sebenarnya ini salahku karena tadi tidak melihat ke depan tapi kenapa dia yang minta maaf?

Aku berdiri perlahan dibantu olehnya, "Aku tidak apa-apa," ucapku kemudian yang membuatnya tersenyum lega, "Dan ini bukan salahmu jadi tidak perlu minta maaf."

Dia tersenyum lembut membuatku ikut tersenyum dan mengulurkan tangan padanya.

"Aku Claire! Penduduk baru yang tinggal di perkebunan sana."

"Kau bisa memanggilku Rick," ucapnya membalas uluran tanganku, "Aku tinggal disini," ia menunjuk sebuah rumah yang ada di sisi kiriku,"Poultry Farm, peternakan yang menjual ayam untuk kau pelihara."

Senyuman lebarnya membuatku terkekeh pelan. Rick ramah.

"Aku akan mampir lain kali, sampai jumpa!"

Aku berjalan melewatinya sambil memlambaikan tangan. Kubalikkan badan sedikit untuk melihatnya yang juga balas melambaikan tangan padaku. Senyuman masih melekat dibibirku hingga satu detik kemudian tubuhku kembali membeku dan senyumanku langsung sirna saat menyadari seseorang yang ternyata masih berdiri disana, melihat ke arahku.

Segera kubalikkan badan dan melanjutkan langkahku yang tertunda.

.

.

.

(Gray POV)

Itu dia, gadis berambut pirang cerah, bermata biru safir yang beberapa kali hadir dalam mimpiku dan menggangku konsentrasiku dalam bekerja karena terus memikirkannya sehingga kakek tua itu memarahiku.

Aku pun hilang kendali dan tak sadar mendorong seseorang yang baru ku sadari kalau itu adalah DIA saat sudah berada di luar.

Senyumannya, yang biasa ku lihat dalam mimpi kini dapat kulihat dalam kenyataan. Senyum yang biasanya ia hadirkan hanya untukku, kini dia berikan untuk orang lain.

Tanpa sadar aku mengepalkan tanganku dengan kuat, saat 'itu' dan juga sekarang.

"Claire."

Tanpa sadar aku menggumamkan namanya.

"Siapa?" tanya seorang pria seusiaku yang juga berbaring di sebuah kasur tepat di sebelah kasurku.

"Penduduk baru," jawabku singkat dan langsung menarik selimut sampai ke ujung kepalaku.

Aku memejamkan mata, bayang-bayangnya yang berada dalam mimpiku dan kejadian tadi seolah menjadi satu.

Claire... Siapa kau sebenarnya?

.

.

.

"Aku mencintainya."

"Kau tidak diperkenankan untuk mencintainya!"

"Tapi..."

"Tidak ada kata tapi!"

"Biarkan aku memendamnya, perasaan ini..."

(Claire POV)

Aku menghela nafas, entah sudah untuk yang keberapa kalinya dalam sepuluh menit terakhir.

Malam ini, aku terduduk di pinggir sungai yang membatasi antara kebunku dengan hutan gelap itu. Kupeluk kedua lututku dan menumpukan daguku.

Kejadian itu kembali berputar dalam otakku. Kejadian beberapa minggu yang lalu hingga membuatku berakhir di kota kecil ini. Kejadian yang membuat God murka.

Aku tahu kalian pasti heran dan penasaran tentangku dan juga tentang God.

Helaan nafas kembali lolos dari bibirku. Aku mendongak melihat bulan dengan bulat yang tak sempurna dan terlihat tak bersinar.

Apa saat ini Gray sedang melihatnya? Melihatku?

Sudah seminggu aku berada disini dan selama itu Gray selalu melihatku dengan tatapan yang aneh dan penuh rasa curiga. Tak bisakah kau menatapku sebagai gadis biasa, Gray?

Aku kembali menghela nafas dan bangkit berjalan menyeberangi jembatan melewati hutan gelap itu. Kudaki undakan kecil yang kini membawaku ke sebuah air terjun. Tanganku melemparkan sebuah tanaman herbal ke dalam air dan seketika cahaya putih bersinar.

"Oh Claire..." Sapanya sambil tersenyum melihat ke arahku yang baru saja memanggilnya.

Harvest Goddess.

"Atau harus kupanggil dengan... Moon Goddess?" tanyanya dengan senyum menggoda membuatku lagi-lagi menghela nafas dan menghempaskan tubuhku ke rumput.

"Ya, terserahmu saja mau memanggilku apa, Harvest Goddess."

"Kau terlihat depresi," ujarnya pelan dan kini duduk di sebelahku.

"Tentu saja! Bagaimana aku tidak depresi dengan perjanjian konyol dengan God!"

Ia terkekeh pelan. Apa yang lucu, huh?

"Jadi apa yang membawamu datang padaku?" tanyanya yang kini menatapku seolah memahami ekspresi wajahku dan mencoba membaca apa yang kupikirkan.

"Aku tahu kau pernah mengalami yang seperti ini jadi..."

Harvest Goddess, ia tersenyum... miris?

Dia kembali menatap lurus ke depan, tatapannya terlihat menerawang –mungkin kejadian setahun silam. Entahlah, aku tak tahu apa yang sedang dipikirkannya, sedangkan aku sendiri memiliki beban pikiran yang sangat berat sekarang.

Aku ikut menatap lurus ke depan.

"Perjanjian itu, apa kau juga mendapatkannya?" tanyaku yang kini kembali memeluk kedua lutut.

"Tentu saja..." Harvest Goddess menggantungkan kalimatnya. Aku tahu rasanya mengucapkan kalimat yang hanya membuatnya sakit hati, "Mengabulkan tiga keinginannyadan meminum darah orang yang kau cintai agar kau bisa menjadi seorang manusia."

Ya, itulah perjanjian yang diberikan oleh God, petinggi dari setiap Goddess yang ada.

"Dan orang yang kau cintai akan mati saat kau meminum darahnya..."

Mataku terbelalak. Tunggu! Apa maksudnya itu? Aku tidak tahu soal itu sama sekali.

"Kau bercanda?!" tanyaku yang kini diselimuti perasaan campur aduk antara kaget, emosi dan tak percaya.

Kulihat senyum miris itu kembali terpatri di bibirnya, "Tentu saja God tak akan memberi tahumu tentang itu."

"Ini gila!"

Aku segera berdiri, tanganku terkepal kuat di samping badan.

"Kalau tahu seperti ini aku tak akan mengikuti permainannya!"

Oh tidak, tubuhku gemetar, kedua kakiku lemas. Aku menggigit bibirku kuat untuk menahan butiran air mata yang sudah menggumpal itu agar tidak mengalir.

Apa yang harus kulakukan?

Aku tidak mungkin mengorbankan Gray untuk menjadi seorang manusia.

Apa yang harus kulakukan?

Aku... mencintainya...

Perlahain butiran bening itu mengalir tanpa bisa kucegah. Isakan demi isakan pun lolos dari bibirku.

Gray... tolong aku...

"Namanya Jack."

Aku tertegun. Kuhapus jejak air mata di pipiku dan menoleh ke arah Harvest Goddess tak mengerti.

"Dulu dialah yang tinggal di perkebunan itu. Ia setiap hari datang kemari dan melakukan 'pemberian' membuatku terkesan. Hingga rasa itu berkembang menjadi rasa tertarik lama kelamaan menjadi suka dan jatuhlah pada cinta."

Sama.

Itulah yang kurasakan pada Gray karena rutinitasnya yang setiap malam memandangbulan dari puncak itu, atau kalau boleh diartikan, setiap malam dia memandangku.

"God murka dan memberikan perjanjian itu padaku..." Harvest Goddess melanjutkan, "Aku melakukannya sampai telah mengabulkan dua permintaannya dan saat itu aku baru mengetahui tentang kematian itu dari Spirit Goddess."

Aku menyimak, tatapan matanya yang terlihat sendu.

"Dan saat itu, dia melakukan pemberian dan mengucapkan keinginannya yang ketiga," ia menarik nafas, "Permintaan ketiganya... Jack ingin menikah dengan Mary."

Aku tercekat.

Tunggu... Jadi ini... cinta sepihak?

"Aku pun mengabulkannya... Mereka hidup bahagia."

Kuusap bahu Harvest Goddess pelan, "Gray pun tidak mencintaiku..." gumamku lirih.

Dan mungkin aku akan berakhir sama denganmu.

.

.

.

TBC

.

.

.

Ini adalah fic pertama Sierra di fandom Harvest Moon. Saya sedang tergila-gila dengan pair Graire ini sampai saya pun rela membaca fic englishnya XD

Untuk cover image itu bukan punya saya. Saya cuma merubahnya menjadi seperti Claire.

Sierra akan merasa sangat senang apabila kalian meninggalkan review ^^