Second my fic (n_n)V,
I warning all of you, "Naruto" is kishimoto copyright… this fic is just cheap version of me.
Do not… I repeat… do not pretend that this fic is came from kishimoto…
NG
"ouch… ouch ouch!" terdengar ekspresi naruto menahan sakit.
"ya ampun naruto, kau kan laki-laki masa begitu saja sudah kesakitan. Coba kau bayangkan, bagaimana jika sora melihatmu begini?" kata-kata hanabi yang menggoda naruto.
Mendengar ejekan dari bibinya, Dengan ekspresi memaksa naruto menahan rasa sakitnya sementara hinata merewat luka-luka anaknya dengan sabar.
"bibi…, bibi tidak ada misi hari ini kan?" Tanya naruto
Suara naruto seperti petir yang menyambar hanabi, teh yang baru setengah perjalanan keluar menyembur tak terkendali.
"Ohok…ohok… YA AMPUN AKU LUPA! Maaf ya naruto bibi harus pergi, akan ku ajarkan teknik hyuga lain kali ya" secepat semburan tadi hanabi segera membuat segel ditangannya, lalu menghilang.
Tanpa hanabi suasana kembali sunyi, hinata memang jarang berbicara, tapi naruto tahu kalau ibunya itu sangat menyayanginya. Sentuhan tangan ibunya, aroma tubuh ibunya naruto sangat menyukainya, meskipun ia melihat kerinduan pada mata ibunya…
Ditempat lain terlihat ruangan rapat yang dipenuhi oleh petinggi konoha.
"sichidaime, ini adalah daftar calon ninja yang akan masuk akademi tahun depan" jawab seorang jonin
Hokage segera melihat daftar tersebut dan membaginya kedalam beberapa team. Lalu ia terhenti pada satu daftar, terlihat tulisan "HYUGA NARUTO".
"masukan ini ke tim 9!" jawab hokage
"tapi tuan konohamaru, tim 9 kan…" protes Neji
"LAKUKAN!" sebelum neji selesai menyelesaikan kalimatnya konohamaru yang telah menjadi hokage menjwabnya dengan penuh keyakinan.
"baik" jawab neji kemudian menyelipkan daftar bertulisan "HYUGA NARUTO" kedalam amplop tim 9.
Semilir angin dan bunyi gemerincing lonceng sangat damai di kediaman hyuga. Kemudian ia teringat kata2 kyubi di hutan tadi tentang ayahnya.
"Ibu?"
"ya?" jawab hinata dengan suara yang sangat lembut
"seperti apa ayah waktu seumuranku?" entah dari mana naruto menyakan hal itu.
Hinata yang sedang memotong sayuran seketika terhenti. Suasana kembali sunyi, naruto melihat mata ibunya berkunang-kunang. Naruto tertunduk, ia sadar telah menanyakan sesuatu yang salah.
To be continue
