Disclaimer : One Piece milik Oda Eiichirou. Detective Conan milik Aoyama Gosho.
Warning : OOC, AU/AR/AT mungkin, banyak typo, dll.
Genre : (main genre) Friendship, Romance, Family; (minor genre) Adventure, Action, comedy (?).
EDOGAWA LUFFY
Tap... tap... tap...
Suara langkah kaki itu semakin dekat... semakin mendekat, seorang pemuda berumuran sekitar 20 tahunan atau mungkin lebih berjalan memasuki penjara bawah air itu dengan santai. Melihat sosok pemuda itu, marinir yang berjaga disana dibuat mematung. Pemuda itu melihat ke arah marinir yang berbalik menatap ke arahnya, takut. Ya, takut. Pemuda itu menatap mereka bingung, tatapan mereka padanya layaknya orang yang melihat orang yang sudah mati hidup kembali. Sebagian dari mereka memasang sikap siaga seperti melihat musuh paling kuat sejagat raya.
"Hm.. permisi. Bagaimana caranya agar aku bisa ke ruangan Fleet Admiral?" tanya pemuda itu pada salah seorang marinir yang menjawabnya dengan menunjukkan arah dengan tangan gemetaran.
Pemuda itu menggumamkan terima kasih pada marinir itu sambil tersenyum lalu pergi ke arah yang dimaksud. Tak sampai selangkah pemuda itu berlalu dari marinir tadi, sebagian marinir lainnya mulai menyerangnya dengan menembakkan peluru ke arahnya. Pemuda itu menghindar, tak satupun peluru mengenainya. Ditengah-tengah kekacauan itu seorang pria bertubuh besar yang mirip banteng ikut menyerangnya. Tiba-tiba saja sepatu yang dikenakan pemuda itu mengeluarkan roda-roda yang membantunya berlari lebih cepat untuk menghampiri pria banteng itu, sebelum pria banteng itu menyerangnya terlebih dahulu, pemuda itu dengan kemampuan bela diri yang dikuasainya melumpuhkan pria banteng itu. Pemuda lalu menyuntikkan sesuatu kedalam tubuh pria banteng itu.
"Ada apa dengan tempat ini? Mereka ketakutan melihatku seperti melihat hantu lalu mereka menyerangku seakan ingin membunuhku. Apa ini semacam tradisi penyambutan marinir baru atau apa?" gumam pemuda itu lebih kepada dirinya sendiri.
"Sebenarnya..."
Pemuda itu teringat apa yang dikatakan oleh ayahnya saat dia masih terlalu muda untuk mengerti apa yang dikatakan ayahnya. Yang ia selalu ingat adalah ayah dan ibunya yang selalu mengatakan bahwa tak peduli apapun itu, dia adalah anak mereka. Saat dia mendengar pernyataan ayah dan ibunya itu, ia hanya tersenyum sambil menangis. Pemuda itu tersenyum mengingat ayah dan ibunya, sejak ia masih sangat kecil, ayahnya selalu membuatnya mengikuti seluruh bela diri apapun itu. Dia juga belajar soal entah apapun itu yang sebenarnya tidak ia ingat nama-namanya meskipun setelah dia memasuki angkatan laut semua yang dipelajarinya itu sangatlah berguna. Oh, dia juga belajar tentang ilmu kesehatan dan kedokteran. Jangan salah, meskipun dia seorang pria, kemampuan memasaknya cukup bagus.
XXX
"Ah... dimana aku?"
Memalukan memang. Sebagai seorang marinir apalagi bagian intelijen seperti dirinya, kemampuannya dalam membaca peta benar-benar nol besar dan terlebih lagi dia termasuk dalam daftar orang yang buta arah. Apa kau percaya kalau kukatakan dia tetap bisa tersesat meskipun sudah bertanya soal arah pada orang lain? Sebaiknya kau mempercayainya karena hal itu benar-benar terjadi, tapi meskipun dia pernah hampir membuat Jepang dan Amerika kembali berperang karena ketika sedang latihan dengan kapal selam perang Jepang, dia tersesat ke perairan Amerika dan tidak sengaja menembakkan torpedo karena rasa penasarannya yang tidak pernah pada tempatnya, namun hal itu justru membuat hubungan kedua negara tersebut yang sempat merenggang akibat perang dunia II itu jadi menguat karena torpedo yang ditembakkannya mengenai kapal mata-mata yang jadi buronan FBI atau CIA.
Pemuda itu terus berjalan mengikuti instingnya sampai indera penciumannya bekerja saat mencium aroma yang membuat perutnya berbunyi dengan keras. Dia lalu mengikuti aroma yang mengundang itu. Bukan dapur, melainkan sebuah kapal. Ya, sebuah kapal. Dia kembali ke lantai paling atas dan berhadapan dengan sebuah kapal yang mengeluarkan aroma yang menggelitik perutnya.
"Permisi, apa aku bisa mendapatkan makanan dari masakan apapun yang sedang kau masak itu?"
"Oh, sebentar. Aku sedang menyiapkannya... semuanya jadi 150.000 berri." Jawab seorang gadis lebih muda dari pemuda itu.
"Oh maaf, apa kau menerima uang yen? Maaf aku lupa menukarnya di money changer."
Melihat pemuda itu, wanita itu terlihat seperti berpikir sejenak. Pemuda itu dimata wanita itu tidak seperti marinir lainnya, dia terlihat seperti... familiar. Wanita itu mengamati pemuda dihadapannya, mulai dari wajahnya, wajah pemuda itu terasa familiar. Dia memiliki bekas luka di kelopak mata sebelah kirinya, matanya berwarna coklat. Hidungnya mancung, ya tapi tidak sepanjang Usopp, nakama ibunya. Wajahnya terlihat seperti selalu tersenyum, entah apa dia memang tersenyum terus atau apa wajahnya memang seperti itu. Puas memperhatikan wajah pemuda itu, wanita itu lalu memperhatikan keseluruhan penampilan pria itu. Pria itu mengenakan celana jins belel, kaos putih, dan rompi merah. Terdapat topi jerami tergantung dipunggungnya. Tubuhnya tinggi dan tegap. Untuk ukuran pria seusianya, dia terlihat bersih. Tidak seperti Sanji, pamannya yang... dia tidak ingin mengingatnya.
"Baiklah, hanya untuk hari ini saja." Jawab wanita itu akhirnya.
"Terima kasih."
Wanita berambut kemerahan* itu lalu membuatkan pemuda itu makanan yang dipesan oleh pemuda itu. Pemuda itu lalu membayar makanan dengan uang yang dimilikinya. Wanita itu menerimanya sambil memperhatikan uang yang diberikan pemuda itu, lalu ia pun menaruhnya di kotak harta karun miliknya.
"Sebenarnya aku kesini untuk mencari temanku, Olvia-san, apa kau mengetahuinya dimana aku bisa menemukannya? Kudengar ia dibawa ke Impel Down." Ujar wanita itu bertanya pada pemuda itu.
"Tidak tahu. Ini kali pertamaku disini." Jawab pemuda itu singkat.
"Oh... kalau begitu, aku akan lanjut lagi. Mungkin dia sudah dibawa ke Marine Ford..." pamit wanita itu sambil menggumamkan kalimat terakhir itu.
Pemuda itu melihat kepergian wanita itu, memastikan dia baik-baik saja sebelum dia berbalik untuk mencari tempat tujuan utamanya disini.
XXX
"Ah... itu ada tangga. Mungkin lewat sana."
Pemuda itu terus berjalan menuruni tangga. Begitu sampai di lantai berikutnya, alarm berbunyi dan dari segala penjuru marinir yang berjaga disana langsung menyerangnya. Dia lalu mengambil sebuah tali (?) yang ternyata merupakan ekor dari penjaga lantai. Hewan buas itu hanya bisa pasrah ketika tubuhnya dijadikan sebuah pedang. Pemuda itu juga kemudian dengan semua teknik yang ia kuasai mulai melawan seluruh marinir yang menyerangnya.
"Haaah... Ada apa dengan tempat ini?!" geram pemuda itu.
'Hari yang melelahkan. Apa ini semacam latihan tempur atau apa? Sekarang aku benar-benar lapar.'
Pemuda yang telah turun hingga lima lantai itu lalu melihat sesosok yang terlihat seperti makanan dimatanya. Sebenarnya itu adalah seekor serigala. Pemuda itu lalu mengejar makanan yang dilihatnya seperti manusia purba yang melihat mangsa dihadapan mereka.
XXX
"Aaah... enaknya. Tapi ini dimana?"
"Oi... siapapun diluar sana, aku minta makananmu itu ya... aku lapar sekali."
Pemuda itu tersentak. Dibelakangnya, ada sebuah penjara tapi anehnya di lantai tempat penjara itu berada tak ada satupun marinir kecuali dirinya. Mungkin dia tersesat lagi saat mencoba menangkap makanan yang dilihatnya tadi. Pemuda itu lalu memberikan sebagian makanan yang ia dapatkan kepada penghuni penjara itu. Penghuni penjara itu sosok yang menyeramkan, dia seperti pembunuh bayaran yang pernah diburu ayahnya. Tapi pemuda itu tahu kalau penghuni penjara itu orang yang baik karena dia bisa melihat senyumnya dibalik rambut panjangnya yang tidak terawat.
"Paman, sudah berapa lama kau berada disini?" tanya pemuda itu.
"Shishishi... aku tidak tahu. Hei, kau... jadilah nakamaku." Jawab penghuni penjara itu dengan suara serak dan lemah.
"Tentu saja paman."
XXX
Pemuda itu memasang sikap siaga saat dia melihat lebih banyak marinir dihadapannya, dia baru saja akan melakukan trik seperti yang diajarkan oleh kembaran ayahnya itu namun marinir yang tadinya mengangkat senjata mereka kemudian serentak menurunkannya dan bersama marinir yang sepertinya pangkatnya lebih tinggi dari lainnya memberikan hormat pada pemuda itu.
"Oh... apa ini? Apa pesta penyambutan marinir barunya telah selesai?"
"Maafkan kami, Fleet Admiral. Kami tidak tahu kalau anda Fleet Admiral yang baru." Ucap salah satu marinir yang menyerangnya.
"Nah... tenang saja. Jadi apa kalian tahu dimana ruanganku?" jawab pemuda itu tersenyum.
"Hahahaha... kau memiliki aura yang sama dengannya bahkan kau memiliki nama yang sama dengannya." Ujar Fujitora, "Fleet Admiral Edogawa Luffy."
BERSAMBUNG
Halooo... oh ngomongin judul fic ini, itu bukan author aseli deh bukan saya. Baca aja terus buat tahu siapa sih sebenarnya Edogawa Luffy, btw penname author huruf 'e' pada Edogawa, pake huruf kecil hehe oh iya, fanfic ini merupakan skuel dari fanfic author yang berjudul Love is Nakama. Dan ini merupakan fanfic crossover pertama dan mungkin yang terakhir author. Saya berharap masih ada yang membaca dan kalo bisa ada yang review fic saya ini... selamat menikmati... terima kasih.
