Staring ; Choi Seung Cheol x Yoon Jeong Han, !Slight SVT's Member, Ren, JR.

Genre(s) ; Romance, Family

Rating ; PG-15

Disclaimer ; Of All this, just the plot and the storyline of mine. I don't take advantage anything from this fanfiction. Criticsm and suggestion I receive, but with polite words.

WARNING!; Gender Switch , Typo(s), Out Of Character, AU, Rate M for bad language and scene of violence, Antagonist and bad personality character for supporting story line!.

.

.

1. Sesuatu yang diinginkan

When I tell you I Love you, I don't say it out of habit or to make conversation.

I say it to remind you that,

You're the best thing that ever happened to me.

.

.

Jeonghan tengah mengalami jealous yang berlebihan sehingga pada saat-saat tertentu dia teramat sensitif sehingga membuat Seungcheol kelimpungan untuk mengatasi nafsu Jeonghan yang meledak-ledak.

Ini memasuki tahun ke tiga bagi Jeonghan dan Seungcheol sebagai pasangan sehidup semati; seperti apa yang Seungcheol katakan ketika di altar tiga tahun silam. Walau begitu, Jeonghan kini merasa tak bahagia-bahagia amat.

Bukan, bukan dia tidak mencintai Seungcheol seperti saat masa-masa mereka pacaran dahulu. Jeonghan hanya cemburu! Iya cemburu. Lagi-lagi bukan karena Seungcheol yang diam-diam punya seliran. Kalau Seungcheol punya seliran, siap-siap saja Jeonghan melempar kertas peceraian ke pengadilan.

Yang bikin Seungcheol pusing adalah seluruh bulan—setiap hari sebenarnya. Sebelum Jeonghan masuk masa pra-pms, kemudian pms, masa-masa kedatangan tamu bahkan pasca itu. Istrinya menjadi pantat bayi! Sangat sensitif.

Suatu malam Seungcheol pernah bertanya soal nafsu istrinya yang meletup-letup. Bayangkan saja biasanya mereka akan melakukan hal 'itu' hanya dua kali seminggu paling parah tiga kali. Akan tetapi, sekarang bahkan bisa lima dan setiap melakukanya lebih dibanding dulu-dulu.

Padahal Seungcheol tahu, istrinya itu tak kuat-an. Dia kan mudah lelah, makanya Seungcheol juga tahu diri kalau meminta 'haknya'. Dia akan meminta jika melihat Jeonghan benar-benar segar; ya, pekerjaan rumah tangga ternyata bisa menguras tenaga dibanding di kantor.

"Han? Kau yakin mau melakukannya sekali lagi?" ujar lelaki berusia 27 tahun itu sembari menyingkirkan poni yang menempel di kening Jeonghan yang telah basah oleh keringat.

Jeonghan menatap Seungcheol yakin.

"Kenapa kau jadi begini?"

"Kau tak suka? Bukannya ini yang kau inginkan?"

"Tapi—" belum sempat Seungcheol menyelesaikannya Jeonghan malah kesal dan merajuk sampai beberapa hari.

Seungcheol sampai galau berhari-hari karena kelakukan Jeonghan. Hingga ia berkeluh kesah kepada Jisoo—kalau-kalau Wonwoo juga pernah merajuk aneh seperti Jeonghan. Tapi sayangnya Wonwoo normal-normal saja.

Namun misteri yang menghantui Seungcheol selama berminggu-minggu itu akhirnya terkuak ketika mereka makan malam bersama dan mata Jeonghan tak lepas dari makluk tuhan hasil memadu kasih antara Choi Minki dan Kim Jonghyun.

Sampai di rumah, Seungcheol berusaha membuka rahasia dan kudapan keinginan istrinya itu.

"Kau ingin kita punya seorang bayi?" Seungcheol berkata dengan tatapan yang tertuju tepat ke mata gadisnya. Bahkan ia melihat pantulan wajahnya sendiri.

Jeonghan yang sedang berceloteh soal novel dari penulis favoritnya itu langsung bungkam. Matanya membulat dan selang sedetik wajahnya merona.

"Akhirnya…" suara Jeonghan terdengar bahagia dan ada selipan intonasi syukur di situ.

"Akhirnya?" Seungcheol nampak bingung.

"Suami ku peka!" seru Jeonghan dan melompat kepelukan Seungcheol; mengecup pipi lelaki itu berkali-kali.

Seungcheol menganga dan setelah ia pikir kembali, memang dirinya yang kurang peka. Dan Jeonghan adalah tipikal 'Jika sekali sudah kuberi clue banyak tapi kau tak tahu aku tak akan memberi tahu'.

Kalau diingat, kelakuan Jeonghan mulai aneh saat pulang dari menjenguk Minki yang baru saja lahiran anak pertamanya. Dia juga baru paham kenapa Jeonghan suka memancingnya; ternyata istrinya sedang berjuang sendirian.

Astaga Choi Seungcheol suami macam apa kau?

Dan dari situ perjalanan mereka dimulai kembali untuk mendapatkan keturunan.

oOo

Lima bulan berlalu dengan cepat. Namun, tanda-tanda kehamilan belum muncul, malah Wonwoo yang hamil; anaknya Jisoo tentu saja! Jeonghan jadi benar-benar iri, Seungcheol tak tega jadinya melihat istrinya yang akan menatap seorang ibu dan anaknya jika di jalan seperti orang yang kehilangan sesuatu.

Jadi, Seungcheol mengajak Jeonghan untuk memeriksakan mereka berdua ke dokter. Tapi, dokter mengatakan mereka berdua bersih, sehat dan ya seharusnya sudah bisa dan mendapatkan keturunan. Berati kalau begini namanya tuhan belum percaya kepada mereka berdua.

Sejak mengetahui Wonwoo hamil, Jeonghan yang malah sibuk bukan Jisoo. Bahkan Jeonghan merengek untuk menginap di rumah Wonwoo.

Wonwoo kan jadi tak enak. Jisoo lebih tak enak dan Seungcheol yang semakin jadi sedih kalau begini.

"Woo? Apa bayinya dengar?" ucap Jeonghan yang menempelkan earphone dengan music classic ke perut Wonwoo yang sudah berusia enam bulan.

Wonwoo meringis, dia mengangguk.

"Rasanya dia menendang eon,"

Mata Jeonghan melebar dan langsung menempelkan telinga di perut buncit Wonwoo dan calon ibu itu akan dengan senang hati mengusap kepala Jeonghan.

Seungcheol yang melihat hal itu antara sedih dan bahagia sedang Jisoo malah cemburu. Bagaimana tidak? dia seolah dieksekusi dari kehamilan Wonwoo-nya. Jeonghan terus yang bersama Wonwoo.

Masuk bulan ke Sembilan, Jeonghan yang pontang panting ketakutan. Dia benar-benar protektif soal Wonwoo, Jisoo ingin menyelanya tapi tak enak.

Pernah suatu ketika, Seungcheol merasa istrinya itu sudah amat berlebihan terhadap Wonwoo. Jeonghan merengek menginap dan menendang Jisoo keluar kamar agar ia bisa memegangi perut Wonwoo semalaman.

Jisoo jengkel sekali dan dia tidak bicara dengan Seungcheol dua hari penuh.

Tidak pernah terpikir soal keturunan akan semengerikan ini. Masalahnya dia juga agak ditelantarkan oleh Jeonghan. Tapi, Seungcheol sama sekali tak punya keberanian untuk memarahi istrinya itu. Cukup Jeonghan yang diam-diam menangis setiap di kamar mandi kala langit menggelap sudah mencabik-cabik perasaanya.

Sebesar itu keinginan Yoon Jeonghan untuk mempunyai anak.

6 April

Suara tangisan pecah di ruang operasi. Wonwoo harus di caesar karena bayinya sunsang; kepala di atas.

Jeonghan bulak-balik di depan ruang operasi saat itu sedang Jisoo dia menunduk—lebih memilih berdoa untuk istrinya dan Seungcheol berusaha menenangkan Jeonghan.

Air muka istrinya berubah bahagia ketika pintu terbuka dan sang dokter mempersilahkan Jisoo masuk. Jeonghan mendorong Jisoo dengan begitu semangat.

Dan setelah Wonwoo sudah dibawa ke ruang rawat biasa lalu menyusui anaknya, wajah Jeonghan berbinar dan menangis saat itu juga.

Wonwoo jadi salah tingkah. "Eonnie kenapa?" tanyanya gugup.

"Aku bahagia melihatmu," tangan mungil bayi Wonwoo menggenggam erat telunjuk Jeonghan.

"Bibi janji akan memberikanmu adik Mingyu-ya," kata Jeonghan dan Wonwoo mengamini.

Hari-hari terajut seperti biasa dengan Jeonghan yang sekarang sadar akan sikapnya yang terlampau berlebihan kepada Wonwoo dan mengacak-acak lingkup privasi Jisoo. Dia berkali-kali minta maaf pada sahabat sejak masa kuliahnya itu.

Jadi, Jeonghan hanya akan mampir seminggu dua kali untuk melihat Jisoo junior.

oOo.

"Wonwoo ini apelnya ku taruh di kulkas ya!" seru Jeonghan yang baru saja selesai membuatkan Wonwoo pudding apel.

"Iya eonnie!" balas Wonwoo yang sibuk dengan Mingyu yang agak rewel akhir-akhir ini.

Jeonghan menghampiri Wonwoo dan memegang dahi kecil yang berada di gendongan Wonwoo.

"Badannya agak demam Woo, apa sebaiknya ke dokter?" saran Jeonghan.

Wonwoo langsung setuju. Ia takut Mingyu-nya kenapa-kenapa.

Akhirnya mereka berdua pun pergi ke rumah sakit. Antrian dokter spesialis anak begitu padat. Namun, tiba-tiba saja Jeonghan merasa badannya agak kurang sehat lagi.

Akhir-akhir ini ia memang agak kurang enak badan. Bahkan cepat lelah dari biasanya. Setelah memeriksakan Mingyu yang ternyata terkena demam biasa. Wonwoo kini gantian mengantarkan Jeonghan. Itupun harus dipaksa dulu.

Jeonghan itu sebenarnya sangat takut ke dokter. Dia agak parno. Takut-takut kalau tubuhnya diperiksa banyak penyakitnya!

Dokter kandungan itu tersenyum bahagia. Membuat Jeonghan jadi was-was, senyum kan banyak artinya! pikir Jeonghan.

"Apa hanya kalian berdua? Pasanganmu tak ikut?" tanya dokter muda itu sembari membaca selembar kertas.

Jeonghan menggeleng.

"Kenapa harus? Suamiku sibuk dok," jawab Jeonghan jujur dan membuat dokter itu tersenyum di ikuti Wonwoo di sebelahnya.

"Selamat—!"

Kemudian dokter itu merasa hatinya benar-benar terenyuh melihat dua wanita di depannya yang menangis hingga tersedu.

oOo

Seungcheol berkali-kali meminta Jeonghan mencubit pipinya dan dengan senang hati Jeonghan akan mecubit pipi Seungcheol hingga memerah.

"Terimakasih sayang!" Jeonghan entah ke berapa kalinya memeluk suaminya itu penuh luapan emosi bahagia yang tak bisa ia ekspresikan.

"Aku yang berterima kasih…. Sudah mengandung anakku," dan Seungcheol mengangkat tubuh Jeonghan kemudian memutarkannya.

Jeonghan menjerit minta turun, dia menatap Seungcheol galak. "Kasian, nanti dia pusing tau!"

Seungcheol tertawa. Astaga istrinya benar-benar lucu!

Seungcheol mendekatkan dirinya kepada Jeonghan. Diusapnya perut Jeonghan yang masih rata itu dan dikecupnya bibir Jeonghan.

"Terima kasih," bisiknya sekali lagi.

oOo