Warn : just abal fict, not perfect, and very bad story, HINATA RTN.
.
.
.
.
.
.
Hyuuga Hinata
Hinata menggeram untuk kesekian kalinya , ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya,.
'01.10'
"shit, kemana naruto baka itu?" hinata baru saja ingin menelpon naruto, sayang naruto lebih cepat darinya.
'naruto calling'
Tanpa menunggu lama hinata langsung saja mengangkat telpon itu.
"kau dimana baka?"
"maaf hinata sepertinya aku akan terlambat"
"fuck, kau memang sudah terlambat"
"ya ya terserah,salahkan saja dirimu kenapa kau tak membawa mobil mu jika ingin kabur di tengah malam seperti ini?"
"kau gila? Aku membawa mobil dan hiashi tua itu tau aku kabur?"
"haha aku tau kau takut pada ayahn mu, maka dari itu jadilah anak baik"
"ugh tertawa lah sepuasnya baka sudahlah aku ingin pergi"
"oh ya tuhan aku lupa, kau dimana?"
"café etude, sudahlah aku ingin pergi"
"kemana?"
"kau tau jawabannya baka"
"tunggu disana, aku segera datang ini sudah tengah malam baka"
"ugh 10 menit?"
"ya tunggu saja"
hinata tersenyum memandang ponselnya, ia tidak berniat pergi dari café ini, ia hanya ingin melihat reaksi naruto dan tersenyum selalu saja naruto mencegahnya pergi tengah malam tanpa dirinya, jujur saja ada perasaan bahagia dalam hatinya, sahabatnya sangat peduli padanya berbanding terbalik dengan keluarganya, sahabat? Ya status naruto dan hinata hanya sebatas sahabat tapi orang menganggap mereka pasangan karena mereka selalu bersama dan lebih tepatnya kedekatan mereka melampaui kedekatan orang yang berpacaran.
"hai" hinata menyapa naruto dengan senyumannya saat naruto tiba di mejanya.
"uhm" naruto hanya menggumam tidak jelas.
"kau kenapa? Nyawa mu tidak disini" hinata mengenal naruto, sangat mengenalnya ia tau naruto pasti akan berbicara panjang lebar saat ia keluar malam seperti ini.
"tak ada aku hanya sedikit pusing"
"kenapa?"
"shion belakangan ini meminta waktu bersama ku lebih banyak, aku hanya lelah saja"
shion, hinata tau nama itu orang yang menyebabkan waktunya bersama naruto menipis.
"kenapa kau turuti dia hanya gadis manja"
"dia incran ku semenjak ia masuk konoha high school, ini langkah ku mendekat padanya"
Hinata mengalihkan pandangannya dari wajah naruto, jujur saja ia merasa perih, naruto membela gadis itu untuk pertama kalinya dihadapan nya.
"bagaimana jika kita pergi dari sini?" naruto sungguh tidak tahan dengan suasana tenang café ini, seperti ini membuatnya terasa mati.
"kemana?"
"kau tau rumah gaara selalu menjadi tempat perkumpulan teman kita"
"ya aku tau, tapi entahlah aku bosan kesana"
"kenapa disana ada kiba dia selalu membuat kita tertawa"
"aku ingin pulang saja , bisa kau antar?"
"everything for my friend" naruto tersenyum dan menggandeng tangan gadis itu keluar dari café yang membuatnya muak.
.
.
.
.
.
Hinata menatap Tokyo malam dari dalam mobil naruto, tidak sepi tetap ramai seperti pagi maupun siang, hanya saja lebih gemerlap dengan lampu yang tersebar diseluruh kota, dan untuknya kapan dan dimana pun ia akan terasa nyaman bila bersama pria yang ada disampingnya, ia kemudian mendongakan kepalanya menatap naruto yang sedang mengemudi membelah jalan malam Tokyo, surai blonde itu surai yang membuat hinata mudah mengenali naruto diantara temannya yang lain, iris sebiru laut yang walaupun tengah malam seperti ini tak memudar sinarnya, hidung dan rahang tegas yang membuatnya terlihat dewasa, bibir merah yang membuatnya terlihat sexy dan –
"kau akan jatuh cinta pada ku jika menatap ku seperti itu" naruto terkekeh sambil mengacak surai indigo hinata.
"aku hanya baru sadar wajah mu sangat buruk , sangat" hinata mengalihkan perhatiannya kembali menatap keluar, namun iab terkejut saat tau ini sudah di depan gerbang belakang rumahnya, sial berapa lama ia memuja wajah tampan naruto sampai tak sadar telah tiba.
"terima kasih tumpangannya"
"apa itu? Demi tuhan kau menumpang dengan ku hamper setiap hari dan baru kali ini aku mendengar mu mengucapkan terima kasih" naruto tertawa mengejek hinata.
"shit, aku berterima kasih pada orang yang salah, sudahlah aku pergi selamat malam"
"selamat malam, have a nice dream my little sister" naruto mengecup puncak kepala hinata sebelum hinata keluar dari mobilnya
Hinata hanya mengangguk tanpa merasa risih karena perlakuan naruto dan perlahan keluar dan berjalan masuk kedalam rumahnya, tanpa hinata sadari dari dalam mobil naruto terus memperhatikannya sampai hinata benar benar hilang dari pandangannya.
.
.
.
.
.
Hinata menatap datar pantulan dirinya di cermin, perlahan ia melepaskan pakaian nya dan masuk ke dalam toilet di kamarnya, ia membiarkan air dingin menyapu kulitnya ia tidak bergerak maupun bersuara ia hanya diam dibawah guyuran air shower tersebut, ia sendiri tidak tau mengapa namun air mata dengan perlahan turun dari mata indahnya ia menangis dalam diam tanpa suara, ia mengingat kejadian beberapa jam sebelum ia meninggalkan rumah ini
"hiashi aku sangat bangga pada mu, kau mendidik dua anak mu dengan sangat baik pertama neji ia sangat membanggakan dengan sejumlah prestasi olahraganya, dan keduan hanabi ia masih berusia 14 tahun tapi berhasil memenangkan beberapa lomba music dengan sangat baik, aku hanya tidak percaya dengan putri sulung mu yang hanya membuat mu malu dengan beberapa skandal yang ia buat"
Salah seorang kerabat ayahnya mengatakan hal yang sangat membuatnya sakit, apa ia seburuk itu? Apa ia benar-benar tak bisa dibanggakan? Hinata meninggalkan toilet dan mulai berpakaian, ia kembali menatap dirinya di cermin , apa hyuuga hiashi dan hyuuga hikari membencinya? Apa hyuuga neji dan hyuuga hanabi terlampau jauh didepannya? Apa ia semenjijikan itu? Apa tidak ada seorang yang berniat membuatnya bahagia sehari saja?
Ia menatap ponsel nya dan membuka galeri fotonya, namikaze- hanya namikaze naruto satu-satunya orang di dunia ini yang bersamanya tanpa membuatnya merasakan perasaan sedih apapun, ia menatap foto naruto kemudian menatap sebuah silet yang ada di meja riasnya, bergantian dua benda yang menjadi pilihannya saat ini. Ia tau naruto sangat membenci cutting tapi saat ini ia membutuhkan cutting hanya itu yang membuat perasaannya sedikit lega, naruto tidak akan tau entah mendapat motivasi dari mana perlahan namun pasti hinata menggores pergelangan tangan kirinya dengan benda tipis tajam itu, satu goresan rasanya cukup perih, dua goresan ini sangat perih namun tak sebanding dengan apa yang ia rasakan, tiga goresan ia dapat melihat darah keluar dan ia tersenyum entah kenapa perasaannya cukup lebih tenang sekarang,
"gomen ne naruto-kun"
serumit apapun perasaan dan masalah yang kau miliki hanya diri mu sendiri yang dapat mengatasinya , melupakan dan meninggalkan hanya akan membuat hidup mu terasa rumit – Orihime Yoshizuki
Tbc /end?
