Halloo….

kembali lagi….

Yey..yey..yey..*nari-nari gaje* fic kedua ku

Ya, seperti sebelumnya, masih dengan cerita NaruHina...

He..he..he..., kali ini Romance loh...

Okelah, seperti yang telah kita ketahui, bahwa Naruto memang milik saya *di tendang dan digebukin rame-rame*

Waduh...*keluar dari rumah sakit, babak belur*

Iya, iya deh, Naruto memang punya

MASASHI KISHIMOTO-SAMA, untuk selamanya.

Yasudahlah...

Dari pada entar saya kebanyakan bacot,

Mendingan langsung aja ya..

Happy Reading...

...

Chapter 1

Hangatnya mentari musim panas menembus masuk kedalam kamar seorang putri nan cantik jelita yang tengah terlelap dalam buaian mimpi indahnya. Satu demi satu biasan cahaya tembus pandang tersebut menyeruak masuk melalui Vetilasa berbentuk vertical yang terbuat dari kayu jati dengan banyak ukiran bunga disetiap sisinya, yang semakin menambah kesan mewah dan ellegant dari setiap inci jendela tersebut.

Bukan hanya itu, sekelompok burung-burung pun tak mau kalah ingin ikut turut membangunkan sang gadis cantik dengan nyanyian-nyanyian merdu yang mereka keluarkan. Pohon rindang nan hijau yang terletak disamping kamar sang gadis itulah yang dijadikan tempat ternyaman bagi para sekawanan burung-burung kecil itu untuk menunjukkan keahlian terhandal yang pernah mereka miliki.

Sang gadis yang merasakan sesuatu hangat yang telah menjalar disekitar pipi mulusnya pun sedikit menggeliat dalam balutan selimut sutranya yang begitu hangat dan lembut. Kicauan burung-burung itupun tak luput dari indra pendengarannya.

Dengan gerakan yang lembut dan indah pula gadis keturunan Hyuuga yang bernama Hinata itu menggerakkan kedua matanya yang tengah tertutup. Sedikit demi sedikit Hinata membuka matanya dan memamerkan apa yang ada dan tersimpan disana.

Setelah mata itu benar-benar tebuka, barulah tampak sesuatu ciptaan Tuhan yang luar biasa indahnya. Ya, mata berwarna lavender keperakan itulah yang menjadi salah satu ciri khas keluarga klan Hyuuga. Mata itu begitu indah, bahkan mampu menghipnotis siapa pun yang memperhatikan mata itu dalam sekejap saja.

Mungkin, kecantikan Cleopatra sekalipun tidak mampu mengalahkan gadis Hyuuga yang satu ini. Tuhan benar-benar menciptakan gadis ini dengan rupa yang sedemikian sempurna. Kulit putih bersih, hidung kecil dan mancung, bibir mungil dan berwarna merah muda, rambut panjang berwarna Indigo, dan satu lagi yang menjadi daya tarik terhebat dari gadis ini, ya, mata lavender keperakannya itu lagi-lagi mampu membuat orang-orang tergila-gila padanya.

Seakan tak puas dengan itu semua, Tuhan terus ingin memberikan karunia yang terbaik untuk gadis ini dengan menghadiahkannya ketulusan dan kelembutan hati yang luar biasa suci yang mungkin hanya Hinata lah satu-satunya gadis yang memiliki karunia itu di dunia.

Hinata sedikit mengerjap-ngerjapkan matanya untuk membawa semua kesadarannya yang sebelumnya asyik melayang dan menari dalam mimpi yang menenangkan agar kembali seutuhnya pada sang hairess. Ia sedikit memiringkan kepalanya kekiri dan ke kanan dengan tujuan agar semua peredaran darah dalam tubuhnya dapat berjalan dengan lancar.

Secara tidak sengaja, ia melihat siluet benda yang terletak dimeja riasnya yang juga terbuat dari kayu jati kokoh berukirkan bunga dengan perpaduan plitur yang mengkilap indah, saat ia menggerakkan kepalanya kearah sis kiri kasurnya, yang secara otomatis juga membawa pandangan matanya kearah yang sama.

Ia menghentikan seluruh aktivitas yang tadi dilakukannya. Hinata hanya terus melamun memandangi secara detail benda yang tengah bertengger dengan manisnya diatas meja rias tersebut. Ya, Boneka kelinci berwarna ungu lembut, dengan telinga dan buntut tebal berwarna pink. Sebuah perpaduan warna yang terlihat begitu manis dan sempurna, apalagi dengan tambahan pita berwarna pink yang menghiasi sekitar leher kelinci itu. Masih terus memandangi boneka kelinci tersebut, tanpa ia sadari, seulas senyum manis singga menghiasi bibir mungilnya.

Hinata ingat benar, boneka kelinci itu adalah boneka pemberian dari teman masa kecilnya. Teman yang begitu baik dan berharga bagi dirinya. Entah kenapa, sampai sekarang Hinata belum juga bisa bertemu teman masa kecilnya itu, sejak kepergiaannya ke negara lain dengan kedua orang tuanya sekitar 10 tahun yang lalu.

Flashback

"Hinata-chan, tunggu aku..." teriak anak lelaki kecil yang kira-kira berumur 6 tahun. Rambut jabrik pirangnya pun ikut melambai-lambai tertiup angin saat ia mengejar seorang gadis kecil dengan rambut indigo pendeknya, di sebuah bukit rendah yang berwarna-warni sejauh mata memandang. Kumpulan bunga-bunga indah yang bertempat dibukit itupun seakan ingin ikut membagi kebahagian dengan kedua anak kecil itu. Sang anginlah yang membantu bunga itu untuk melambai-lambaikan tangkai lemahnya, hingga sang bunga berjuta warna itupun mampu bergoyang-goyang lemah untuk memperindah suasana disana.

Walaupun lelah rasanya mengejar gadis jelita tersebut, tapi mata biru laut anak itu tetap saja tidak bisa menyembunyikan pancaran kebahagian yang susah untuk dideskripsikan dengan kata-kata yang sederhana.

Peluh pun meluncur didahi lelaki bermata sebiru laut itu. Tetapi, biarpun seperti itu, tetap saja bibirnya tak henti-hentinya memamerkan senyum khas yang mungkin hanya ia yang memilikinya. Nafasnya menjadi tidak beraturan akibat mengejar gadis yang kini tengah berlari tidak terlalu jauh didepannya.

"Naluto-kun, ayo kejal aku..., nanti kalau bisa nangkap Hinata, bakalan Hinata kasih pelmen lasa stlaubely..." sahut gadis kecil bernama Hinata yang saat itu tidak bisa menyebutkan huruf "R" dengan lancar dan baik. Usia mereka hanya terpaut satu tahun. Gadis itu lebih muda dibandingkan dengan anak lelaki yang sedang mengejarnya. Ya, wajar sajalah kalau gadis itu masih cadel.

"Awas ya, kalau sampai Hinata tidak menepati janji. " ucap Naruto yang semakin mempercepat kecepatan larinya untuk dapat mensejajarkan jarak dengan Hinata kecil, dan dengan tujuan agar lelaki itu dapat menangkap Hinata supaya ia mendapatkan permen strawberry seperti yang dijanjikan oleh Hinata.

Naruto tahu benar, kalau Hinata adalah seorang gadis yang sungguh menyukai permen, apalagi kalau permen itu rasa stawberry.

Buah stawberry adalah buah kesukaan gadis itu. Karena menurutnya, starwberry adalah buah yang mampu membuatnya tersenyum setiap kali ia memakannya.

Tersenyum karena rasa manis yang diberikan stawberry itu, hingga menimbulkan sensasi enak dan rasa bahagia karena buah itu dapat memanjakan indra pengecapan kita dengan manis khas yang dimiliki buah ini. Dan juga tersenyum masam karena rasa kecut yang juga terkandung dalam buah ini. Tapi, justru perpaduan antara manis dan kecut itu pula yang membuat buah strawberry semakin memiliki keunikan rasa serta kesegaran tersendiri yang mampu membuat seseorang tidak bisa berhenti untuk memakannya. Bahkan, orang tersebut bisa dibuat ketagihan oleh buah merah yang satu ini.

"Ia, coba saja kalau Naluto-kun bisa menangkap Hinata." ejek gadis kecil bertubuh mungil itu sambil melihat kebelakang dan menjulurkan lidahnya kearah Naruto. Naruto menjadi semakin gemas dengan wajah Hinata yang seperti itu, hingga membuatnya semakin bersemangat mengejar Hinata sambil sesekali tangannya mencoba untuk menggapai pundak Hinata. Tapi, usahanya gagal karena Hinata dengan mudahnya menghindar kesamping kiri maupun kesamping kanan, sampai-sampai Naruto menjadi agak kesal dibuatnya.

Hinata terus saja asyik berlari, hingga ia tak terlalu memperhatikan benda didepannya. Ia merasa ada sesuatu yang menahan kakinya, hinnga ia tak bisa berlari dan mempertahankan posisinya. Gadis itu terjatuh kedepan, dan tubuhnya sedikit terseret direrumputan tempat ia berpijak.

"AWW..." pekiknya kesakitan.

Naruto yang melihat langsung insiden itu, langsung berlari sekuat tenaga untuk melihat keadaan Hinata yang tengah tertelungkup dibukit tersebut. Jantungnya berdebar lebih cepat akibat kejadiaan yang baru saja dialami Hinata. Kekhawatiran dan rasa bersalah semakin menjalar disekujur tubuh Naruto, bahkan menembus masuk disetiap centi sistem sarafnya, saat ia mendengar pekikan memilukan dari bibir mungil Hinata.

"HINATA-CHAN..." teriak Naruto yang begitu mencemaskan keadaan Hinata.

Hinata memperbaiki posisinya, dan duduk diatas rerumputan itu, sambil membersihkan dan menepuk-nepuk bagian-bagian tubuhnya yang kotor. Ia sedikit meringis saat melihat siku dan lututnya yang mengeluarkan darah akibat terseret. Hembusan angin yang membelai tubuhnya, semakin menambah rasa perih yang tercipta disana. Senyum yang tadi menghiasi wajah jelitanya, kini memudar dan digantikan oleh tangisan kecilnya.

"Ssakit..., hiks..."

Naruto mencoba untuk mengatur nafasnya terlebih dahulu. Sesaat setelah ia merasa bahwa nafasnya sudah sedikit normal dan tenang, barulah ia duduk disamping Hinata yang tengah mengeluarkan isakan kecil akibat menahankan perih di daerah lukanya. Naruto mencoba untuk menenangkan gadis itu.

"Hinata-chan, coba aku lihat lukanya." pinta Naruto dengan lembut kepada Hinata. Ia tahu benar, bahwa keadaan Hinata saat ini pasti sedang sangat sensitive. Jadi, butuh kesabaran ekstra untuk dapat membujuk dan menenangkannya.

Dengan sedikit takut-takut Hinata menunjukkan luka disikunya. Dan dengan gerakan yang sangat perlahan dan penuh hati-hati pula Naruto menggapai siku kecil dan putih Hinata yang sedikit berdarah.

"Pasti sangat sakit ya..., maaf ya, ini semua gara-gara aku yang terus mengejar Hinata-chan." seru Naruto dengan nada penyesalan dari setiap kata yang ia lontarkan. Pandangan mata Naruto yang tadinya memancarkan sinar kebahagiaan, kini turut berubah menjadi tatapan yang begitu sendu.

"Bu...bukan, i..ini bukan salah Naluto-kun.., Hiks. Ini salah Hinata-chan..." ucap gadis itu mencoba menyergah kalimat Naruto. Tapi lagi-lagi Naruto tetap saja keras kepala, dan menganggap bahwa semua ini adalah kesalahannya.

"Tidak, ini semua kesalahanku. Karena aku, siku dan lutut mu jadi luka dan berdarah seperti ini. Sekali lagi maafkan aku." seru Naruto yang berada dihadapan Hinata. Hinata hanya mampu memperhatikan wajah Naruto dengan sisa air mata di kedua sudut mata lavender keperakannya. Naruto membawa siku Hinata yang luka didepan bibirnya. Dengan sangat berhati-hati ia mulai menghembus pelan siku itu, ia lakukan hal itu terus berulang-ulang.

"Hufff..., huff.., kalau saja aku bisa memindahkan rasa sakit ini, pasti sudah aku pindahkan dari tadi kepadaku. Aku tak tega melihat Hinata-chan seperti ini." kata Naruto disela-sela kegiatannya yang menghembus siku Hinata. Gadis kecil itu merasakan hembusan Naruto yang menjadi dingin setelah sampai menyentuh lapisan kulit terluarnya yang telah lecet. Rasa dingin itu seperti mengobati luka lecet itu secara perlahan-lahan, hingga ia merasakan perih itu sedikit berkurang.

Hinata terus saja memperhatikan wajah serius Naruto yang sedang sibuk melakukan kegiatannya. Ia baru menyadari bahwa jarak diantara mereka begitu dekat, sampai-sampai ia seperti bisa mendengar detak jantung Naruto. Hinata pun bisa merasakan wajahnya yang memanas, dan semburat merah itu pun langsung hinggap dipipi putihnya. Sang Hyuuga kecil hanya dapat menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil tersenyum malu. Entah mengapa ia selalu merasa tenang dan dilindngi apabila ia berada disamping Naruto.

"Apa masih sakit?" tanya Naruto tiba-tiba. Hinata yang terkejut langsung mendongakkan kepalanya. Dan sesaat itu pula, mata biru laut Naruto bertemu langsung dengan mata lavender keperakan Hinata hingga membuat mereka seperti terhipnotis oleh keindahan mata yang tengah mereka tatapi dengan seksama.

"Umm..., a..ano, ti...tidak tellalu sakit lagi kok, i..ini sudah mendingan." jawab Hinata gugup dan terbata-bata.

"Hufft, baguslah kalau begitu. Yasudahlah, sekarang ayo kita pulang, pasti ayah dan kakak Hinata-chan sudah mencarai-cari keberadaanmu. Begitu juga dengan orang tuaku, mereka juga pasti sedang mencemaskanku," jelas Naruto yang masih memegang bagian siku Hinata. Gadis itu hanya memperhatikan Naruto. Sesaat kemudian, Naruto baru menyadari bahwa ia masih saja memegang siku kecil gadis itu, hingga meneyebabkan wajahnya sedikit merona merah karena malu.

"Ahh, ma..maaf ya Hinata-chan." ucapnya seraya melepaskan pegangannya pada siku gadis jelita itu. Hinata hanya tesenyum simpul melihat ekspresi wajah Naruto yang kikuk seperti itu. Naruto menjadi semakin lucu jika ia memasang tampang yang baru saja ia perlihatkan kepada Hinata.

"Ti...tidak apa-apa kok, Naluto-kun."

"Baiklah, ayo kita pulang ke rumah." seru Naruto sambil bangkit dari posisi duduknya dan menepuk-nepuk bagian celananya yang sedikit kotor. Setelah selesai membersihkan bagian celananya, ia lantas mnengulurkan tangannya kearah Hinata, untuk membantunya berdiri kembali. Hinata langsung menerima tangan Naruto dan mencoba untuk berdiri.

Tapi, saat ia memaksakan dirinya untuk bangkit, ia tak mampu melakukannya. Kakinya terlihat bergetar saat gadis itu mencoba bangkit. Sang Hyuuga itupun sedikit meringis kesakitan akibat luka lecet dilututnya. Gadis lavender itu benar-benar tak bisa membawa kakinya untuk berdiri, apalagi untuk berjalan, hingga ia jatuh terduduk lagi seperti posisinya semula.

Naruto yang melihat Hinata tak bisa berdiri merasa sangat terkejut. ia sedikit menyesali kebodohannya yang tidak menyadari bahwa juga ada luka lecet dilutut Hinata. Anak lelaki itu menepuk pelan dahinya seraya duduk dihadapan Hinata yang matanya mulai berkaca-kaca lagi.

"Hinata-chan, maaf ya, aku tidak sadar bahwa lututmu juga luka." jelasnya.

Hinata hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak kok, tidak apa-apa." katanya sambil menatap wajah Naruto yang begitu mencemaskannya.

Naruto terlihat sedang berfikir keras, Hinata hanya menundukkan wajahnya, sambil menghembus pelan lututnya yang lecet akibat terseret. Naruto sedikit tersenyum dan menjetikkan jarinya. Hinata pun jadi bingung dibuatnya. Dengan gerakan cepat, lelaki itu membalikkan tubuhnya, dan menghadapkan punggungnya tepat didepan Hinata.

"Naiklah, aku akan menggendongmu." seru Naruto sambil sedikit memiringkan kepalanya kearah Hinata dan memberikan senyum yang biasa ia perlihatkan. Awalnya gadis itu merasa sangat ragu untuk menuruti perintah lelaki dihadapannya itu, tapi mengingat keadaan kakinya yang memang sedang tidak memungkinkan untuk berjalan, akhirnya Hinata melaksanakan apa yang disuruh oleh Naruto kepadanya.

Dengan perlahan Hinata mengalungkan tangan kecilnya disekitar leher Naruto, hingga gadis itu benar-benar berada didalam gendongan Naruto.

"Apa kau siap Hinata-chan?" tanya Naruto yang sedikit blushing karena Hinata yang berada dibelakangnya. Lelaki itu bisa merasakan harum lembut yang berasal dari tubuh Hinata. Entah mengapa, harum itu terasa begitu menenangkan dan memanjakan indra penciumannya bagaikan memberikan therapy tersendiri.

Gadis itu tak menjawab apapun, ia hanya sedikit menganggukan kepalanya sebagai pertanda bahwa ia telah benar-benar siap. Perlahan-lahan Naruto mulai berdiri, setelah ia sudah mulai bisa mengontrol tubuhnya, barulah ia membawa kedua tangannya kebelakang sebagai penyangga tubuh Hinata. Naruto mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut dengan Hinata dalam gendongannya. Gadis bermata lavender itu tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Naruto.

Ternyata, diam-diam Hinata kecil memiliki perasaan terhadap Naruto. Oleh karena itu, ia sangat menikmati momen kebersamaan mereka saat ini. Hinata memejamkan kedua mata lavendernya, tak luput juga senyum yang terus terukir manis dibibir mungilnya. Dengan lemah ia mengistirahatkan kepalanya dipundak Naruto dengan masih terus memejamkan matanya, hingga lelaki berkulit tan itu bisa merasakan wangi rambut Hinata.

Tanpa gadis kecil itu ketahui, Naruto juga tengah tersenyum penuh arti.

Naruto terus saja tersenyum selama Hinata berada dalam gendongannya. Ia merasa sangat bahagia bisa berada didekat gadis manis itu. Hatinya selalu merasa senang dan damai apabila ada Hinata disisinya.

Tak terasa, akhirnya mereka dua telah berada tepat didepan kediaman Hyuuga nan mewah itu. Naruto masih saja menggendong Hinata dipunggungnya. Anak lelaki kecil itu mulai memasuki mansion Hyuuga dengan perlahan. Sedangkan Hinata, gadis itu hanya merasa sedikit kesal karena sebentar lagi pasti momen-momen indah antara kebersamaan mereka berdua akan segera berakhir. Begitu juga yang dirasakan oleh Naruto. Rasanya enggan untuk melepaskan Hinata kecil dari gendongannya.

Naruto pun mulai masuk keruang tamu Hyuuga yang didesain sedemikian rupa hingga mampu meninggalkan kesan mewah dan glamour bagi siapa saja yang memandangnya. Bukan hanya itu saja, mereka juga bisa dibuat berdecak kagum dengan mata berbinar-binar dibuatnya. Naruto mendekati sofa berwarna coklat muda, yang terbuat dari bahan ekstra lembut dan empuk, dengan pola-pola indah dan cantik terukir disana.

Dengan perlahan Naruto meletakkan tubuh mungil Hinata diatas sofa empuk tersebut, agar tak melukai Hinatanya. Lelaki itu sedikit merendahkan tubuhnya untuk melakukan hal itu. Hinata pun langsung melepaskan kedua tangan kecilnya, yang tadi melingkari leher Naruto. Ya, walaupun gadis kecil itu merasa enggan untuk melakukannya, tapi mau tidak mau ia tetap harus melakukannya. Setelah merasa bahwa Hinata telah duduk sempurna diatas sofa lembut tersebut, Naruto lantas menyambar kotak PP yang terletak tak jauh dari ruang tamu tersebut.

Dengan penuh kelembutan ia membersihkan luka lecet itu dengan cairan kompres berwarna kuning itu. Hinata sedikit terlihat merasakan perih saat cairan yang sebenarnya tersasa dingin tersebut, saat memcapai luka dilututnya. Lagi-lagi Naruto menghembus pelan luka tersebut, untuk lebih menenangkan Hinata. Gadis kecil itu hanya mampu tersipu malu melihat wajah Naruto yang sangat serius.

Setelah membersihkan luka lutut dan lengan Hinata dengan kompres, Naruto langsung memberi betadine pada luka itu. Setelah merasa pekerjaannya selesai, ia lantas membereskan semuanya dan tersenyum simpul kearah Hinata.

"Nah, sekarang sudah selesai. Sudah tidak terlalu sakit lagi kan Hinata-chan?" tanya Naruto dengan cengiran seperti biasanya.

"I..ia, sudah tidak sakit lagi Naluto-kun. Telima kasih banyak ya..." balas Hinata dengan malu-malu.

"He..he..he.., sudahlah Hinata-chan, ini semuakan gara-gara aku. Coba saja kalau aku tidak mengejar Hinata sewaktu tadi, pasti Hinata-chan tidak akan jatuh dan luka seperti sekarang ini." tutur anak kecil berambut jabrik tersebut sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Bu..bukan, ini bukan salah Naluto-kun, aku saja yang tidak belhati-hati. Sekali lagi, maaf ya Naluto-kun," ucap gadis itu dengan suara pelan dan dengan nada menyesal.

Naruto hanya tersenyum melihat kelakuan Hinata yang tampak sangat lucu dimatanya.

"Oh ya, sebagai tanda pelmintaan maaf Hinata kalena telah menyusahkan Naluto-kun, ini untuk Naluto-kun..." sambung Hinata lagi sambil menyodorkan permen rasa strawberry kepada Naruto. Naruto terlihat berbinar-binar saat Hinata memberikan permen kesukaan gadis itu kepadanya.

"Wah, ini benar untukku Hinata-chan, padahalkan tadi aku tidak bisa mengejarmu..."

"Tidak apa- apa kok, lagian Naluto-kun sudah menggendong Hinata sampai lumah dan mengobati luka ini. Jadi, anggap saja itu sebagai ucapan maaf dan telima kasih daliku." jawab gadis itu sambil menatap malu kearah Naruto.

"Terima kasih ya Hinata-chan.." ucap lelaki kecil itu sambil hendak memakan permen strawberry yang memiliki rasa asli dari buah segar tersebut.

"Umm.." angguk Hinata seraya tersenyum manis kearah Naruto.

Hinata terus saja tersenyum lucu melihat wajah Naruto yang sedang memakan permen strawbery itu.

"Hinata-chan, ternyata kata-katamu itu benar sekali ya. Aku pasti selalu tersenyum setiap kali memakan permen ini. Tersenyum karena rasa manis, dan juga tersenyum karna rasa asam yang juga terselip diantara rasa manis itu.." jelas Naruto sambil memejamkan matanya seraya tersenyum karena merasakan rasa kecut yang tengah mendominasi dalam indra pengecapannya.

Lagi-lagi Hinata hanya dapat terkekeh pelan melihat Naruto, begitu pula sebaliknya.

Suasana hangat mereka tiba-tiba saja berubah saat mendengar suara seseorang yang tengah memanggil nama lelaki bermata biru laut itu.

"Naruto..."

Panggil seseorang yang sangat mirip dengan Naruto dari belakang. Baik Hinata maupun Naruto langsung melihat kearah tersebut.

"Ayah.., ada apa?" tanya Naruto yang menyahut panggilan ayahnya, Namikaze Minato.

"Sudah ayah duga, pasti kau sedang berada disini. Oleh karena itu ayah datang kemari bersama ibu." jelas ayah Naruto.

"Memangnya ada apa? Tidak biasanya ayah datang menjemputku saat aku sedang bermain dengan Hinata-chan," tanya naruto kecil penasaran. Tak lama kemudian, datang seorang wanitu cantik dengan rambut panjangnya ketempat tersebut. Begitu juga dengan Hiashi Hyuuga, ayah Hinata.

"Dan juga, kenapa ayah dan ibu berpakaian sangat rapih seperti itu? Memangnya ayah dan ibu mau kemana?" sambungnya lagi dengan wajah yang semakin penasaran.

"Sayang...," seru Kushina sambil mendekat kearah Naruto.

"Ibu tahu, kau pasti sangat senang berada disini dengan Hinata-chan, tapi kita tidak bisa berlama-lama disini." sambungnya lagi dengan sabar.

"Maksud ibu?"

"Maksud ibu, kita akan pindah ke korea selatan, karena ayahmu mendapat tugas untuk bekerja disana." jelas Kushina sepelan dan sesabar mungkin kepada Naruto kecil.

"Ke..kenapa mendadak seperti ini bu?, kenapa ayah dan ibu tidak memberitahukanku sebelumnya?" tanya Naruto dengan agak kesal.

"Maafkan ayah dan ibu Naruto. Kabarnya juga baru kemarin kami terima.." ucap ibu Naruto seraya meminta maaf sebesar-besarnya kepada anak satu-satunya itu.

"Ayo kita pergi, sebentar lagi pesawat yang akan membawa kita kesana akan segera lepas landas."

"Tapi Naruto tidak mau bu, pokoknya tidak mau.." bantah Naruto dengan mata berkaca-kaca.

"Kalau Naruto pergi, nanti Naruto tidak bisa bersama dan tidak bisa melindungi Hinata-chan lagi." jelasnya tidak mau kalah.

"Naruto-kun, kau harus mengerti dengan posisi ayah sekarang. Jagan jadi anak yang egois seperti itu. Ayah mohon ya, sekali ini saja.." jelas Minato sambil mengelus lembut rambut Naruto dengan penuh sayang.

Walaupun sebenarnya hatinya memberontak untuk pergi, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya itu yang bisa ia lakukan.

Hinata yang menyadari bahwa dirinya akan segera berpisah dari Naruto, hanya bisa menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangak kecilnya.

Gadis kecil itu terus saja terisak sejadi-jadinya. Naruto sungguh tak sanggup melihatnya. Hiashi hanya mampu mencoba menenangkan putri kecilnya sambil mengelus kepala Hinata.

"Cepatlah sayang, mobilnya sudah menunggu." ucap Kushina.

Naruto pun segera bergegas melangkahkan kakinya untuk keluar dari mansion Hyuuga yang ellegant itu. Sebenarnya ia juga sangat sedih, karena itu ia tak mau mengucapkan perpisahan kepada Hinata. karena menurutnya, ini bukanlah suatu perpisahan, tetapi hal ini adalah awal dari segalanya.

Hinata yang sangat takut berpisah dari Naruto, langsung berlari kearah lelaki kecil itu dan langsung memeluk lengan Naruto agar tak pergi jauh dan meninggalkan dirinya. Walaupun sebenarnya kakinya masih sangat sakit untuk digerakkan apalagi untuk berlari, tetapi Hinata mencoba memaksakan diri untuk dapat berlari kearah Naruto untuk memeluk lengan tersebut

"Naluto-kun ja..jangan pelgi ya, Na..nanti Hinata sa..sama siapa? Hinata sendilian.." ucap gadis kecil itu sesenggukan sambil memeluk lengan Naruto dengan sangat erat dan menenggelamkan wajahnya disana. Dengan perlahan Naruto mencoba melepaskan pelukan Hinata pada lengannya. Hinata awalnya merasa tak rela untuk melepaskan lengan Naruto, tapi akhirnya ia juga harus melakukan hal itu.

Setelah gadis manis itu melepaskan lengan Naruto, lelaki itu memegang bahu Hinata dengan kedua tangannya. Isakan masih saja terus keluar dari bibir mungil Hinata. Tubuh gadis kecil itu bergetar, ia juga menundukkan wajahnya dalam-dalam.

"Hinata-chan, jangan menangis lagi ya, nanti kita pasti akan bertemu lagi..." ucap Naruto sedih.

"T..Tapi ke..kenapa Naluto-kun halus pelgi?, Hinata gak mau...!" kata Hinata bersikeras.

Ayah dan Ibu Naruto maupun Hinata, hanya mampu menyaksikan anak mereka dengan tatapan sedih. Jelas saja mereka merasa sangat sedih, sebab Naruto dan Hinata selalu saja bersama, bahkan sejak mereka masih sangat kanak-kanak. Tapi, apa mau dikata? Begitulah kenyataan yang terjadi.

"Hinata-chan, aku mohon jangan menangis lagi ya, walaupun aku tidak ada, aku ingin kau selalu mengingatku. Dan juga,.." Naruto sedikit menggantung perkataannya dan melepaskan pegangan tangannya dari bahu Hinata, untuk pergi kearah Ibunya, yang telah mengerti maksud Naruto. Ibu Naruto langsung mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya kepada anak semata wayangnya itu.

"Ini. Ini untuk Hinata-chan, tolong disimpan baik-baik ya. Tadinya aku ingin memberikan boneka itu kepada Hinata-chan saat tahun baru, tapi sepertinya tidak bisa. Tolong dijaga ya..." pinta Naruto memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh berat rasanya untuk meninggalkan Hinata.

Hinata menghapus air mata dipipinya dengan menggunakan punggung tangan kecilnya, setelah itu ia menerima boneka kelinci berbulu lembut itu dari Naruto.

"Dengan begitu, kita memiliki boneka yang sama, hanya saja milikku berwarna biru muda." jelas Naruto sambil memcoba untuk tersenyum.

Walaupun sedih, Hinata mencoba untuk menyunggingkan senyum manis kearah Naruto.

"Te..telima kasih Naluto-kun, a..aku pasti akan menjaganya baik-baik..." kata Hinata sambil memeluk erat boneka kelinci berwarna ungu lembut tersebut.

Naruto hanya mampu membalas senyuman manis Hinata dengan lemah.

"Hey, kau harus janji padaku. Saat kita bertemu lagi nanti, Hinata-chan jangan cadel lagi seperti ini ya..." seru Naruto mencairkan suasana seraya terkekeh dihadapan Hinata yang juga tertawa pelan mendengar perkataan lucunya.

"Baiklah Hinata-chan, sampai jumpa lagi ya..." ucap Naruto seraya membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekati ayah dan ibunya. Lelaki itu sedikit memiringkan kepalanya kearah Hinata, untuk memberikan senyuman hangat sebelum akhirnya ia benar-benar meninggalkan mansion Hyuuga.

Hinata kecil mencoba untuk menguatkan dirinya, karena ia yakin suatu saat nanti, ia pasti akan bertemu dengan Naruto.

"Sampai jumpa lagi Naluto-kun..." ucapnya lemah dengan mata berkaca-kaca.

Akhirnya gadis itu harus kehilangan seseorang yang selama ini selalu menjaganya, dan selalu ada untuknya. Ya, walaupun ia tak seutuhnya ditinggalkan Naruto, tapi tetap saja hari-harinya akan menjadi sepi. Tak ada lagi cengiran dan tawa khas Naruto yang akan terdengar di indra pendengarannya.

Hanya waktulah yang dapat mempertemukan mereka kembali.

End Flashback

Tanpa Hinata sadari, air matanya telah menetes membasahi pipi mulusnya saat mengingat masa kecilnya yang sangat bahagia bersama Naruto. Gadis itu sudah sangat merindukan sosok Naruto yang selalu ada untuknya.

"Naruto-kun, kau lihat sekarang, boneka iu masih aku simpan baik-baik disini. Dan juga apa kau tahu kabar yang lebih mengejutkan lagi, sekarang aku sudah tidak cadel lagi tahu!, aku sudah bisa mengucapkan huruf 'R' dengan baik. Tidak seperti dulu lagi. Awas saja kalau kau masih tetap meledekku saat kita bertemu nanti." seru Hinata sambil memandang boneka kelinci pemberian Naruto. Tanpa sadar, lagi-lagi air mata itu harus jatuh membasahi pipi mulus dan putihnya. Tak tahu apa arti air mata itu. Air mata haru, ataukah air mata kerinduan terhadap seseorang yang telah lama pergi.

"Kenapa aku menangis seperti ini? Dasar bodoh..." ucapnya lagi pada diri sendiri.

"Naruto-kun, aku pasti akan menunggumu, cepatlah kembali.." kata Hinata sambil memejamkan kedua mata lavender keperakannya seraya berdoa.

...

...

To Be Continued

Huh...

Selesai jga akhirnya chapter 1 ku...

Kalau Mau minta tolong sama temen-temen boleh ya,...

R n R PLIZ…..

ARIGATOU GOZAIMASU ! =)