Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : Sasuke & Sakura

Genre : Mystery, Romance

Rate : M ( buat jaga-jaga XD)

.

.

.

Enjoy With This Story

.

.

.

"Temeeee…! Cepat kejar dia..lari kearah 3 jarum jam. Cepat dia bisa kabur…!"

"ckk, urusai yo Dobe,..aku juga sedang mengejar baka…!"

Gang-gang sempit melatarbelakangi keadaan sudut kota Tokyo. Ibu Kota Negara Jepang ini merupakan kota metropolitan yang padat akan penduduk . Di setiap ujung gang, pasti terdapat tong-tong sampah yang sudah penuh. Kucing jalanan juga terlihat menikmati sisa makanan yang mereka korek dari tempat sampah. Sesekali mereka mengeong menikmati makanan mereka. Lalu lalang para pekerja malam juga terlihat melintasi gang sempit menuju apartemen sederhana mereka.

'GUMPRANGG'

"heii…berhenti…!"

Kegaduhan terjadi memecah kesunyian. Seorang laki-laki berjas hitam dan berambut pirang terlihat berlari kencang mengejar seseorang. Sesekali lelaki pirang itu melompati benda-benda yang menghalangi larinya.

"Teme…! Kau dimana?!"

Lelaki pirang itu terlihat berbicara dengan keras melalui sebuah mikrofon mini mirip headset yang terpasang di kerah kemejanya. Mendengus keras karena tak mendapat balasan oleh seseorang yang ia panggil, lelaki pirang itu kemudian berlari semakin kencang . Menemui jalan buntu, lelaki berumur sekitar dua puluhan itu berhenti lalu melompat menaiki pagar tembok. Seolah sudah sangat professional, lelaki itu mulai berlari melewati atap rumah dan apartemen. Sesekali juga melompat dari satu atap keatap yang lain. Mata safirnya menajam kala menangkap sosok orang yang ia kejar berada tidak jauh di bawahnya. Sekali lagi, dengan mengambil acuan, lelaki pirang itu melompat lebar dan sukses menumpu dengan sempurna. Berbelok ke kanan gang, sosok yang lelaki pirang kejar tadi ternyata terlihat. Sekelebat baju hitam yang dipakai orang yang dikejar terlihat berbelok earah gang buntu.

"jalan buntu, Baka…"

Dengan seringai kemenangan, lelaki pirang sang pelaku pengejaran menambah kecepatan larinya. Seringainya semakin lebar kala netra safirnya melihat sosok yang ia kejar tengah kebingungan lantaran tak menemukan jalan lain.

'DUAKKK'

Seringai kemenangan leleki pirang itu tiba-tiba berubah menjadi lengkungan kebawah menampilkan ekspresi kesal kepada seseorang yang tiba-tiba saja datang dari atas atap dan dengan cepat meringkus sosok orang yang sedari tadi ia kejar. Dengan perasaan hati dongkol, lelaki pirang itu lalu menghampiri temannya yang tengah memborgol tangan orang –penjahat yang ia kejar.

"Kau curang Sasuke-teme…! Aku yang sejak tadi mengejarnya, malah kau yang menangkapnya. Dasar pencuri…"

Mendengus geli mendengarkan ucapan teman seprofesinya, sosok lelaki –pemuda tampan dengan mata onyx dan rambut bergaya emonya yang dipanggil Sasuke memungut ransel yang di bawa si penjahat dan melemparnya kearah lelaki pirang yang sejak tadi masih menggerutu.

"kau bawa uang curian itu saja Naruto…itu kan yang kau kejar?"

"heiii…aku memang menjadi anggota kepolisian untuk mendapat uang. Tapi bukan berarti aku akan menangkap uang baka Teme…! Yang aku cari adalah pencuri dan penjahat…" sembur lelaki pirang yang ternyata bernama Naruto.

Berpura-pura tak mendengar, dengan membawa penjahat atau pencuri, Sasuke berjalan cuek melewati Naruto yang tengah memakinya bahkan memberinya sumpah serapah yang menurutnya aneh dan bodoh.

"Teme no baka…pantat ayam berjalan, Sasu-Teme, prince ice…arrghh, dasar Sasugayyyyyyy…!"

"urusai yo Naru-seme…"

.

.

-Who Is The Dead One?-

Chapte 1 : Mission Rank-S

"aku sangat terkesan atas kerja kalian berdua dalam menangkap para pelaku kejahatan. Kalian masih muda dan baru saja menjadi anggota kepolisian kami 2 tahun lalu. Tapi kinerja kalian sudah menyamai anggota kami dalam OS2C (Organisation Social Save of Country)…"

"Aa…anda terlalu memuji kami Asuma-Taichou…." Ucap Naruto sembari membungkukkan badannya 90° sebagai tanda hormat.

"tentu saja aku tidak memuji. Bukankah itu memang kenyataannya ne Uchiha-san?"

Pria paruh baya yang bernama Asuma, Sarutobi Asuma lengkapnya mengerlingkan pandangannya kearah bungsu Uchiha yang diam mematung tanpa ekspresi.

"hn…" gumaman singkat khas Uchiha meluncur dari bibir tipis Sasuke.

Asuma hanya mendengus geli mendengarnya.

Keadaan tiba-tiba menghening. Raut wajah ramah dari Asuma kini berubah menjadi serius dengan kedua tangan yang dikaitkan guna menopang dagu tirusnya. Naruto sendiri duduk dengan tenang mencoba menebak apa yang ada dalam pikiran senior di hadapannya. Mata hitam sekelam malam milik Sasuke ikut mengawasi setip perubahan gerak dan ekspresi dari Asuma. Mata elangnya juga tak luput memotret setiap sudut ruangan seniornya yang terbilang mewah dengan cat berpelitur coklat mengkilap. Sebuah lemari buku turut terekam oleh manik hitamnya. Ia sangat yakin jika dretan buku yang tersusun merupakan buku politik serta keamanan dan kriminalitas negaranya. Sofa berwarna coklat tua dengan meja sedang ikut menghiasi ruangan itu.

"aku akan memberikan kalian berdua sebuah misi."

Ucapan tiba-tiba Asuma tak membuat kedua pemuda yang berada diruangan bersamanya merasa kaget. Setidaknya Asuma tahu betul kalau Sasuke dan Naruto merupakan anggota kepolisian yang sudah terlatih secara professional sehingga dapat menebak dan membaca situasi kali ini.

"kali ini misi kalian sedikit atau mungkin malah sangat jauh berbeda dari misi yang sebelumnya pernah kalian dapatkan. Aku tahu kalian masih pemula, tapi dengan kemampuan yang kalian miliki aku yakin kalian mampu melaksanakan misi ini…" ucapan Asuma lagi-lagi tak membuat pandangan yakin dan serius dari Sasuke dan Naruto berkurang. Sekarang malah sebaliknya, ekspresi ketertarikan dan haus pertempuran jelas terlihat di kedua mata juniornya yang berapi-api.

Asuma lalu menurunkan tangan kanannya dan meraih sesuatu di dalam laci mejanya.

"Ini…" Asuma lalu menyerahkan sebuah map berwarna hijau tua kepada Naruto yang duduk tepat di hadapannya. Sementara Sasuke yang sejak tadi berdiri dengan cool mulai mendekat kearah Naruto.

"Black...Destiny?" ucap Naruto mengambang.

"ya, dokumen itu adalah beberapa catatan pembunuhan dari kelompok Black Destiny…kau tau kan siapa mereka Uzumaki-san?" tanya Asuma kepada Naruto. Anggukan mantap menjadi respon Naruto. Membiarkan Naruto dan Sasuke membaca dokumen yang ia berikan, tangan kiri kekarnya lalu merogoh saku celana hitamnya dan mengeluarkan satu bungkus rokok merk terkenal. Diambilnya satu batang dan menyelipkan diantara kedua belah bibirnya, tangan kakan Asuma lalu meraih sebuah pemetik api. Kepulan asap berbau tembakau lolos dari mulut pria paruh baya yang berumur sekitar 35 tahun itu. Perasaan lebih rilex Asuma rasakan setelah menghirup beberapa kali rokoknya. Punggungnya ia senderkan pada kursi duduknya yang empuk, mata hitam coklatnya tak luput mengamati Sasuke dan Naruto.

"bagaimana?"

"kenapa anda menyerahkan kasus seperti ini kepada kami? Maksudku, bukankah masalah Black Destiny sudah ditangani oleh ANBU dan dibantu oleh FBI?" tanya Naruto penasaran.

Asuma kembali menghisap rokoknya. Lelaki paruh baya berjenggot itu memandang keluar jendela sejenak dan menghela nafas pendek. Kentara sekali bahwa Asuma sangat lelah.

"ANBU dan FBI terlalu lama untuk mengungkap kasus ini. Mereka terlalu lambat…"

"jadi, anda mengutus kami tanpa persetujuan hm?" kali ini suara berat yang dingin meluncur dengan indah dari mulut Sasuke yang sedari tadi terkunci rapat.

"aaa…bukan seperti itu. Misi ini memang sangat rahasia jadi hanya beberapa anggota kepolisian dan petinggi keamanan yang tahu. Kau tenang saja, misi ini sudah mendapatkan ijin dari pimpinan tertinggi…" ucap Asuma santai.

"Obaa-sa-maksudku Tsunade-sama?" tanya Naruto

"ya…Tsunade-sama sudah setuju. Beliau juga sempat resah karena masalah ini. Apalagi beberapa bulan lalu ada seorang anggota kepolisian yang berpusat di Osaka mati tertembak oleh semacam sniper…"

"sebenarnya yang mengusulkan misi semacam ini adalah aku sendiri. Yah…walaupun jabatanku hanya sebagai kapten divisi, tapi mengingat keadaan saat ini aku rasa misi ini dapat diterima…" sambung Asuma lagi.

"hohoho…baiklah Asuma-Taichou apa yang harus kami lakukan?" tanya Naruto penuh semangat.

"jadi, kalian setuju dengan misi ini?"

"tentu saja…kami ini anggota kepolisian kan, sudah seharusnya kami melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas kami. Benarkan Teme…?" Naruto lalu memandang Sasuke dengan penuh binar-binar semangat. Sementara Sasuke yang melihatnya hanya membuang mukanya acuh, tak menyangka sahabatnya ini mampu berkata bijak seperti itu. Benar-benar seperti sebuah anugerah.

"hn…"

"hahaha…baiklah, aku memang tidak salah memilih orang. Jadi aku tidak bisa menjelaskan secara lebih rinci, yang aku ingin jelaskan adalah kalian berdua akan ditugaskan untuk menyelidiki akar dari Black Destiny. Kami mendapatkan informasi dari FBI bahwa Black Destiny merupakan organisasi terselubung yang gelap. Mereka tidak merampok atau mencuri uang, tapi yang mereka lakukan hanya membunuh…"

"pembunuh bayaran?" sela Naruto penasaran. Asuma hanya menggeleng tanda tak setuju dengan pernyataan Naruto.

"mereka bukan sekedar pembunuh bayaran. Cara pembunuhan mereka benar-benar sangat rapi dan teratur. Aku rasa mereka memiliki motif lain selain menerima permintaan membunuh dari orang lain…"

"balas dendam…" gumam Sasuke rendah namun masih bisa didengar oleh Asuma dan Naruto.

"ya, kurang lebih seperti itu. Balas dendam mungkin memang menjadi motif utama mereka. Sejauh ini yang mereka bunuh hanya pejabat penting Negara saja." Ucap Asuma menambahkan. Hisapan rokok Asuma terhenti kala menyadari batang rokoknya tinggal ¼ batang. Mematikan rokoknya dan membuangnya di sebuah asbak berbentuk lingkaran berwarna perak, tangan kanannya lalu terulur menggapai secangkir kopi hitam dan menyeruputnya dengan pelan. Setelahnya, pandangan matanya kembali lagi melihat pemandangan di luar jendela yang sedikit gerimis. Awan kelabu menutupi cerahnya sang mega biru. Secara perlahan, jendela kaca ruangan milik Asuma basah oleh air hujan yang menetes. Meraih remote AC, Asuma lalu mematikan mesin pendingin itu dan digantikan dengan menyalakan mesin penghangat ruangan. Suhu udara yang sempat menurun kini kembali menghangat.

"kalian pergilah ke Gwangju dan temui Kakashi disana…dia akan menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai misi kalian…"

"Ha'I, kami mengerti…" respon Naruto mantap sementara Sasuke hanya menganggukkan kepala emonya.

"hmmm…satu hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian.."

"hn, apa itu?"

"Kita hidup pada masa kini, kita bermimpi untuk masa depan, tapi kita belajar kebenaran abadi dari masa lalu. Jadi, kalian hanya perlu memperbanyak pengetahuan tentang masa lalu jika ingin mengetahui siapa dibalik semuanya…"

"….."

"pergilah…aku akan membantu kalian sebisa mungkin dari sini." Ucap Asuma sembari menyalakan satu batang rokok lagi. Ia hisap dalam-dalam batang rokok yang selalu menjadi candu baginya. Tiap hisapan dan hembusan asap rokok seolah menjadi nafas baginya. Menurutnya, inilah cara terbaik menikmati hidup. Dengan menghembuskan asap rokok, seolah bebannya pun ikut terhembus dan menghilang terbawa angin.

"hn, arigatou atas misi ini, kami akan melakukannya sebaik yang kami bisa…"

"tentu saja dattebayo…! Aku pasti akan menangkap Black Destiny…!"

"hmm..aku percayakan kepada kalian Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto…"

"Ha'I/hn.." ucap Sasuke dan Naruto secara bersamaan setelahnya membungkuk penuh hormat lalu mereka berdua melangkah pergi meninggalkan Asuma yang memandang kepergian mereka dengan penuh harap.

-Who Is The Dead One?-

'DAG DAG DAG'

Suara seperti hentakkan alunan musik disco terdengar memekakkan telinga. Kerlap-kerlip lampu disco menyorot setiap penjuru tempat para muda-mudi biasa menghabiskan malam bergairah mereka. Bau wiskey dan anggur tercium harum. Di tengah ruangan, sekumpulan muda-mudi tengah menari dengan erotis. Tubuh mereka semua basah dengan peluh gairah yang meletup-letup. Bahkan, hampir setiap sudut bar menampakkan keintiman para pemuda dan wanita. Entah itu berciuman mesra, berpelukan erat, rape-rape, bahkan sudah ada yang setengah telanjang. Desahan atau jeritan akan tenggelam dalam musik disco yang sangat keras memenuhi gendang telinga.

Disana, disebuah stand minuman terlihat seorang pria tampan yang sepertinya berusia sekitar 30 tahunan tengah menikmati tiap teguk minuman beralkohol yang ia pesan. Satu botol kosong terlihat tergeletak di meja bar. Pria berambut perak yang melawan grafitasi itu terus menenggak minumannya hingga tandas. Sesekali tubuhnya digerayangi oleh tangan-tangan nakal yang mencoba menggodanya.

"uhh..Kakashi-kunnhh…"

"ohh, shitt..! pergilah jalang…aku sedang tidak ingin bermain.." pria bernama Kakashi itu menghentakkan tangan wanita penggoda yang sudah hampir membuka resleting celananya dan menatap wanita yang sudah setengah mabuk itu dengan tajam. Sang wanita yang ditatap nyalinya segera menciut. Dengan perasaan dongkol dan wajah berlipat, wanita yang menggoda Kakashi lalu pergi begitu saja. Menghiraukan hal itu, Kakashi lalu kembali menenggak gelas berisi alkohol untuk kesekian kalinya. Gerakan tangan Kakashi terhenti kala sebuah tangan kekar berkulit Tan menahan botol minumannya. Bergumam singkat, Kakashi lalu mendongakkan kepala peraknya guna memandang orang yang mengganggu kesenanganya. Mata heterokimia miliknya memicing melihat sesosok pemuda yang tengah menampakkan senyum lebar lima jarinya. Pandangan Kakashi sedikit tidak jelas karena pengaruh alkohol.

"wohoooo…apakah begini cara kapten divisi kepolisian menghabiskan waktu?"

"Kalian…"

"watashi wa Uzumaki Naruto…"ucap Naruto seraya memberikan sebotol air mineral.

"hn, Uchiha Sasuke dari kepolisian Tokyo…"

Mata Kakashi sedikit melebar mengetahui siapa kedua pemuda yang ada di hadapannya. Memandang mereka sejenak, tangan Kakashi lalu menerima air mineral dari Naruto dan menenggaknya hingga setengah bagian. ibu jari Kakashi bergerak membersihkan tetesan air yang meluber dari sudut mulutnya.

"hn, yo…arigatou Uzumaki-san…"

Tanpa seizin Kakashi, Naruto duduk begitu saja di sampingnya. Sedangkan Sasuke masih tetap berdiri menyenderkan tubuh tegapnya pada sisi meja dengan tangan kiri di masukkan ke dalam saku celana hitamnya, sementara tangan kanannya memegang segelas anggur merah yang baru saja ia pesan pada bartender.

"hn, aku tidak suka berbasa-basi…jadi langsung saja ke pokok pembicaraan. Dan aku yakin kau telah tahu maksud kami mencarimu kan Hatake Kakashi kapten divisi 1?" ucap Sasuke tanpa basa-basi dengan wajah datar. Sementara Naruto yang mendengar perkataan Naruto mendengus geli. 'ya, beginilah Uchiha…' pikirnya dalam hati.

"wow, santai saja anak muda…. Aku hanya punya waktu istirahat panjang ketika malam hari, jadi biarkan aku istirahat sejenak…" ucap Kakashi santai.

"….." hening, tak ada tanggapan sama-sekali dari Sasuke dan Naruto. Naruto mengendikkan bahunya cuek tak peduli. Sementara Sasuke menatap tajam Kakashi. Melihat hal itu, Kakashi menghela nafas sekali lagi dan menguap bosan.

"hahh…ternyata Asuma mengutus bocah-bocah yang sangat ambisius…benar-benar merepotkan."

"jadi, Kakashi-sensei…apa aku boleh memanggilmu seperti itu?" tanya Naruto dengan bola mata yang berbinar penuh harap.

"ya, terserah padamu Uzuma-"

"Naruto. Panggil aku Naruto dan panggil anak ayam ini Sasuke saja sensei…" potong Naruto sembari menunjuk Sasuke saat dia mengucapkan kata 'anak ayam'. Sasuke yang mendengarnya hanya mendecih tak suka.

"baiklah Naruto dan Sasuke aku yakin si tua perokok itu sudah menjelaskan garis besar misi yang kalian dapatkan. Nah…pertama-tama perkenalkan aku Hatake Kakashi kapten divisi 1 kepolisian Tokyo yang juga seorang ANBU."

"ah, kalau begitu ak-"

"dan aku sudah tahu tentang kalian berdua. Bocah Uzumaki dan Uchiha yang baru bergabung 2 tahun bersama kepolisian namun sudah menunjukan prestasi yang cemerlang dan memiliki kemampuan yang hebat. Kau Uzumaki Naruto adalah anak Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Orang tuamu adalah salah satu orang berpengaruh di Jepang, karena ayahmu adalah seorang Walikota…"

"sementara kau, Uchiha Sasuke. Anak bungsu dari Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto. Ayahmu adalah seorang komandan kepolisian. Sementara kakakmu sendiri adalah Uchiha Itachi, kapten divisi 3…" ucap Kakashi panjang lebar . Naruto terpaku mendengar pernyataan dari Kakashi. Sementara Sasuke sendiri masih terdiam dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

"wow, ternyata kau tahu banyak tentang kami ya sensei…"

"ck, tentu saja baka…kau tidak ingat dia siapa heh?"

"jangan panggil aku BAKA, Sasuke…"

"Ekhemm, baiklah berhenti bermesraan seperti itu Naruto, Sasuke…" ucap Kakashi sedikit geli melihat pertengkaran seperti anak kecil yang saling mengejek.

"heiii…kami tidak seperti itu sensei…" sanggah Naruto tidak terima.

"baiklah, lupakan itu dan aku akan menjelaskan lebih detail lagi tentang misi ini. Tapi sebelum itu, apa kalian tidak lelah bicara berteriak terus heh..?" ucap Kakashi memandang Sasuke dan Naruto bergantian.

Ya, sedari tadi mereka memang berbicara dengan nada keras alias teriak. Tentu saja mereka berteriak-teriak. Mereka berada di sebuah club malam yang bising akan musik jadi wajar saja jika cara berbicara mereka sedikit keras, toh tak akan ada yang memperhatikan. Semua pengunjung club asik dengan kegiatan mereka sendiri. Kakashi lalu beranjak berdiri dan menyambar kunci mobil yang ia letakan di meja bar.

"ayo ikut aku…"

Menenggak minuman untuk gelas terakhir, Naruto dan Sasuke kemudian berjalan mengekori Kakashi. Kerlingan nakal dan panggilan menggoda dari para kupu-kupu malam yang bekerja di bar mereka bertiga hiraukan. Kakashi dan Sasuke tetap berjalan lurus dengan pandangan menusuk sementara Naruto beberapa kali membalas kerlingan para wanita itu dengan sebuah kedipan mata. Sasuke yang melihatnya hanya dapat menggumam rendah.

"dasar tukang tebar pesona…"

Keluar dari club malam, Kakashi membawa Sasuke dan Naruto masuk kesebuah mobil sport mewah keluaran terbatas yang berwarna silver.

"kalian tidak membawa mobil kan?" tanya Kakashi kepada Sasuke dan Naruto setelah mereka berdua masuk dan duduk di jok belakang. Sementara Kakashi duduk di belakang kemudi sebagai sopir.

"woaaa…dari mana kau tahu Kakashi-sensei…?" tanya Naruto kagum.

"insting…" jawab Kakashi singkat. Setelah memasang seatbelt dengan benar, Kakashi lalu menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.

"insting? Kenapa bukan feeling?" tanya Naruto lagi.

"aku tidak punya feeling. Yang aku punya hanya sebuah insting…"

"sou ka…"

"nah, baiklah mari kita mulai pembicaraan yang sesungguhnya. Pertama tentang…"

"Black Destiny…" sela Sasuke cepat.

"ah ya, Black Destiny. Seperti yang sudah kalian ketahui, Black Destiny merupakan nama dari sebuah kelompok pembunuh bayaran. Black Destiny tidak hanya membunuh orang berkewarganegaraan Jepang saja tapi orang dari kewarganegaraan lain pun ikut menjadi target mereka. Anggota mereka benar-benar sangat terorganisir dengan baik. Sampai saat ini kami ANBU dan FBI belum tahu tentang siapa pemimpin dari Black Destiny…."

"hn, bukankah mereka membunuh dengan meninggalkan bukti? Kenapa kalian tidak bisa menangkap mereka?" tanya Sasuke.

"ya, mereka memang meninggalkan bukti. Tapi itu tak berarti apa-apa. Bukti mereka mungkin hanya untuk menunjukan bahwa merekalah yang membunuh bukan kelompok lain. Dan aku rasa Black Destiny ingin memporak-porandakan kepolisian Negara…"

"tapi Kakashi-sensei…aku dengar pernah ada seorang anggota Black Destiny yang tertangkap?" kali ini giliran Naruto yang bertanya.

"ya…"

"lalu, bukankah kalian bisa mengorek informasi dari orang itu?"

"tak semudah yang kau pikirkan Naruto…"

"maksud Kakashi-sensei?"

"bukankah sudah kubilang dari awal bahwa Black Destiny merupakan organisasi yang sangat terorganisir dan professional? Tentu saja tak semudah itu membuat salah satu dari anggota mereka bicara yang sebenarnya, walaupun anggota yang ditangkap merupakan seorang anak buah biasa…"

"…." Sasuke dan Naruto diam dan fokus mendengarkan apa yang Kakashi katakan.

"lagi pula…sekarang kita sudah tidak bisa mengintrogasi orang itu…" ucap Kakshi dengan pandangan yang tetap fokus kearah jalan raya didepannya.

"kenapa?" tanya Sasuke cepat.

"orang itu memilih mati dari pada berbicara yang sesungguhnya…"

Mendengar hal itu, ekspresi terkejut jelas tergambar di wajah Sasuke dan Naruto.

"be-benarkah? Kenapa bisa seperti itu? Kenapa dia lebih memilih mati?"

"hn, mati atau hidup sama saja dobe… apabila orang itu membocorkan info Black Destiny sudah tentu mereka akan membunuhnya bahkan keluarganya pun akan ikut. Dan jika orang itu memilih mati…ya, karena memang hanya itu pilihannya." Ucap Sasuke menjawab pertanyaan bertubi dari Naruto.

"ya, benar yang Sasuke katakan. Hidup atau mati sama saja. Orang itu pasti akan di bunuh oleh Black Destiny..."

"ck, kejam sekali mereka…" ucap Naruto dengan wajah dramatis.

"nah…untuk misi ini, aku telah mendapat intruksi dari Tsunade-sama untuk melakukan penyelidikan. Besok kalian sudah memulai penyelidikan itu…"

"secepat itu? Semangat sekali Tsunade-sama. Memang penyelidikan apa yang akan kami lakukan sensei?" tanya Naruto memandang Kakashi penuh antusias.

"kalian akan menyamar menjadi siswa Tokyo International High School…"

1 detik

2 detik

3 detik

"NANIIIIII…..? kenapa seperti ituuuuuu….!" Respon Naruto heboh. Sementara Sasuke sendiri hanya terkejut sekilas dan wajah tampannya kembali datar. Kakashi tersenyum tipis melihat ekspresi dari rekan baru dalam timnya. Tangan kekarnya lalu memencet tombol musik. Musik klasik karya Mozart mengalun dengan merdu memenuhi indra pendengaran mereka. Naruto yang sedari tadi bersungut-sungut lalu terdiam dan menyandarkan tubuhnya pada senderan jok dengan kedua tangan yang dia lipat di depan dada. Sasuke sendiri memandang keluar jendela yang menampakkan kelap-kelip lampu malam disepanjang jalan.

"Asuma dan Tsunade-sama sudah mempercayai kalian…jadi, aku harap kalian bisa melaksanakan misi ini sebaik mungkin. Dan usahakan jangan sampai kalian kehilangan nyawa…" ucap Kakashi dengan santai. Cengiran rubah milik Naruto menyambut kalimat yang Kakashi utarakan.

"yoshhh…tenang saja sensei, aku akan mati jika persediaan ramen diseluruh dunia sudah habis…!" ucap naruto dengan tangan yang terkepal diudara. Benar-benar selalu bersifat childish. Tawa Kakashi meledak mendengar ucapan polos Naruto. Sementara Sasuke mendengus tak percaya dengan apa yang sahabat baiknya katakan. Dengusan Sasuke berganti menjadi sebuah senyum tipis. Ia menatap Naruto dan Kakashi dengan mata penuh keyakinan.

'ya, aku tak akan mati…'

-Who Is The Dead One?-

To Be Continued...

huhhffftt, ini fanfic kedua saya minna... gomen kalo gaje dan ceritanya kurang menarik... jangan lupa buat Review ya...ARIGATOU~