Title: Skizofrenia
Main cast: Mingyu x Wonwoo (meanie)
Other cast: Seventeen
Genre: Romance - Friendship
Rate: T
x BL - Typo x
.
.
.
Apa ada yang pernah dengar kata Skizofrenia? Langsung saja, itu adalah istilah dari gangguan kronis yang sering sekali kita gunakan sebagai lelucon, gila, abnormal, tidak waras, tidak berakal dan kata-kata rendah lainnya. Sebagian dari kita mungkin merasa bangga dikatakan gila oleh sahabat dan orang terdekat, karena perumpamaan 'gila' yang kita maksudkan adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang lucu dan menghibur, membuatmu bahkan memiliki banyak teman karena dicap selalu membangun suasana dan kau adalah orang-orang yang akan ditunggu saat berkumpul bersama.
Tapi ayo lihat dari sisi sebenarnya, itu keadaan yang benar-benar menyiksa karena sekali dilabel mengidap skizofrenia, kau mungkin tidak akan pernah kembali ke kondisi normal seperti dirimu sekarang karena penyakit itu akan terus berkembang di dalam dirimu dan memburuk setiap harinya.
Halusinasi, delusi, tidak dapat berbicara dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarmu dengan benar, disorganisasi fikiran dan perilaku, serta perilaku abnormal tambahan lainnya, Itu adalah berbagai symptom yang akan muncul pada diri seseorang penderita gangguan skizofrenia.
Orang-orang akan merasa jijik dan.. ugh ayolah siapa yang ingin berurusan dengan orang gila pada situasi nyata? Begitu banyak hal yang mungkin bisa kau lakukan selain hanya memikirkan pertanyaan ini.
.
.
Kim Mingyu, mahasiswa 19 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di salah satu universitas terbaik di Korea Selatan demi mendapat gelar psikologinya itu sedang membaca buku kecil dan beberapa lembar kertas dengan serius di halte bus yang tidak terpaut jauh dari tempatnya tinggal. Membaca buku pelajaran layaknya seperti membaca novel cinta, ia benar-benar menikmatinya bahkan saat duduk di halte dan menunggu bus selanjutnya.
Sejak awal perkuliahan dosennya sudah memberitahukan bahwa mereka memiliki jadwal untuk berkunjung ke rumah sakit jiwa, dan inilah harinya. Sungguh, bahkan di awal ia benar-benar menolak untuk mengikuti kegiatan ini, Mingyu tidak dapat membayangkan jika ia mengunjungi orang-orang yang tidak waras itu, bayangan tentang orang gila yang berambut kusut, berkulit kusam, kotor, bau, serta berbicara sendiri tentu membuatnya merinding, bayangan selanjutnya adalah orang gila itu melompat ke arahnya dan memeluknya erat berhasil membuat Mingyu ingin segera buang air.
Tapi setelah mengetahui sedikit banyak tentang gangguan ini, pikiran Mingyu perlahan berubah, rasa simpati dan ibanya muncul bersamaan.
"baiklah, aku sudah memberitau kalian tentang ini, kalian juga sudah menerima panduan dan pembagian kelompok dariku.. hei ayolah, aku tidak seburuk itu untuk membiarkan kalian berjalan sendirian di rumah sakit jiwa" ucapan Ibu Jung itu akhirnya membuat mahasiswa yang tengah berada di kelas itu tertawa, ia mencoba menghibur karena melihat air muka dari orang-orang yang berada di depannya jelas mencerminkan bahwa mereka tidak menaruh minat. Ibu Jung adalah dosen yang juga merangkap psikolog yang akan membimbing kunjungan kali ini.
Dan ayolah bu, bisakah kita tidak usah melakukannya?
"hei bersemangatlah, aku tau kalian belum makan pagi ini tapi kunjungan rumah sakit jiwa tidak seburuk itu"
Apakah disana akan mendapat makanan secara cuma-cuma bu?
"kalian hanya perlu mematuhi peraturan untuk tidak berperilaku dan berpakaian mencolok, tidak memberikan benda asing kepada pasien, dan tetaplah bersama kelompok" sambung Ibu Jung memberi pengarahan sebelum perjalanan-yang tidak diinginkan- ini dimulai
"ya Jisoo! Kau terlihat seperti buah jeruk, kenapa menggunakan warna orange? Kau akan menarik perhatian mereka" ucap Mingyu pada orang di sebelahnya, semua mata terlihat menuju ke arah orang yang disebut namanya. Jisoo menggunakan sweater rajutan berwarna orange terang dengan kemeja putih di dalamnya.
"apa aku begitu menarik perhatian?" Jisoo menggaruk kepalanya yang sedikit gatal menyadari semua orang menatap ke arahnya
"ya kau benar-benar seperti ingin memancing mereka untuk mendekatimu"
"bukankah warna ini akan membuat mata dan hati mereka merasa tenang?"
"hei bodoh, kau kira mereka mengerti itu?" ucap Mingyu melihat Jisoo sambil mengerutkan dahinya dan diikuti gelengan kepala dari temannya yang lain
"bu apakah aku harus berganti pakaian? Atau apa aku sebaiknya tidak ikut saja?" tanya Jisoo pada wanita cantik yang berada di depan kelas
"jika kau menggunakan pakaian itu dengan tujuan lain, mungkin kau belum berhasil Jisoo-ya" jawab Ibu Jung santai dan diikuti gelak tawa dari beberapa orang. Jangan lupakan fakta bahwa Ibu Jung adalah seorang psikolog, ia dapat melihat dengan jelas gerak-gerik Jisoo, melanggar peraturan dan diizinkan untuk tidak mengikuti kegiatan? Kau benar-benar cerdik Jisoo, tapi ini adalah senjata makan tuan bagimu.
"ah sialan.." batin Jisoo, ia menyadari ternyata ini pilihan yang salah
.
Perjalanan kurang lebih satu jam itu berakhir di halaman rumah sakit jiwa di sudut kota. Sebelum turun dari bus, Ibu Jung kembali memberikan pengarahan untuk menenangkan detak jantung tidak karuan dari mahasiswanya
"percaya padaku ini bukan Jurassic Park, ini tidak seburuk yang kalian bayangkan, ikuti saja peraturan yang sudah aku buat dan kalian akan keluar dari sana layaknya sekarang"
"tapi bu, Jisoo tidak mematuhi peraturan dan dia sekelompok denganku, apakah kami akan keluar tetap seperti ini?" tanya Mingyu yang berhasil mendapat jitakan dari Jisoo yang duduk disampingnya. Ibu Jung mengelompokkan mereka tiga orang, karena jumlah yang tidak cukup sehingga Mingyu hanya akan berdua dengan Jisoo
"ah yang benar saja Kim Mingyu, pertanyaan macam apa itu" protes Jisoo pada temannya yang tampan itu
"bu aku mau pindah kelompok saja, aku mohon" wajah memelas Mingyu ia sandarkan di kursi penumpang di depannya
"tidak usah bu" jawab Jisoo memotong "kau tetaplah bersamaku Mingyu-ah, tubuh tinggimu akan berguna jika sesuatu terjadi padaku"
"ya! Aku bukan body guard-mu Hong Jisoo, jangan berharap banyak"
"sekarang turunlah, tetap berada di dekatku hingga pengarahan selanjutnya" tutup Ibu Jung dan ia segera turun diikutin yang lainnya
Tamatlah riwayatmu Hong Jisoo
.
Saat memasuki pintu yang dijaga oleh petugas rumah sakit, rombongan itu akhirnya benar-benar masuk ke Jurassic Park, ah bukan yang benar adalah RSJ. Ibu Jung memimpin mereka di depan dan mahasiswa yang berjumlah 20-an orang itu berjalan berdempet di belakangnya. Saling menautkan tangan dengan kuat seakan salah satu mereka akan ditarik keluar oleh pasien disana dan dibawa kabur dengan cepat. Jalan menunduk dan menjadikan lantai keramik rumah sakit sebagai fokus mereka. Percayalah, mereka hanya ingin melindungi diri dari sesuatu yang tidak diinginkan.
"berhenti bertingkah seperti itu dan lihat lah sekitarmu!" Ibu Jung sudah berbalik dan berhenti mendadak karena ingin memastikan keadaan di belakangnya, mereka yang berjalan di belakang juga otomatis ikut berhenti.
"jangan gugup, kalian bahkan juga akan mencuri perhatianku dengan kelakuan seperti ini, bertindak biasa sajalah, ini akan baik-baik saja aku jamin" anggukan meyakinkan Ibu Jung pada akhir kalimat membuat mereka perlahan mengangkat kepala dan mulai mengarahkan visual mereka ke objek-objek yang berada disana.
Ini rumah sakit, tentu akan terlihat seperti rumah sakit pada umumnya, koridor terbuka yang panjang berwarna putih dan perawat berlalu lalang, taman-taman rumput berwarna hijau segar juga terawat dengan baik, lingkungannya bersih dan juga luas. Terlihat begitu luas karena tidak adanya kunjungan dari orang lain kecuali yang benar-benar memiliki kepentingan.
Salah satu yang paling membedakan adalah pasien dengan baju seragam yang berkeliaran, menggunakan pakaian dengan model sama seperti pakaian rumah sakit namun memiliki warna yang berbeda-beda. Orang-orang itu terlihat sehat secara fisik, ada yang berjalan-jalan tak tentu arah tanpa menghiraukan apapun di sekitarnya, ada yang berlari-lari riang sambil bersenandung, salah satunya juga ada yang duduk di rumput taman sambil memperhatikan bunga yang tumbuh, ada yang bernyanyi dengan suara yang dapat dikatakan merdu, duduk di tepi koridor dan diam membatu, namun ada juga yang melihat rombongan mahasiswa ini dengan senyuman 'hai nak aku pamanmu' dan mata yang selalu fokus pada mereka.
Mingyu menutup mata dan menggenggam tangan Jisoo kuat saat salah seorang pasien berpapasan dan mengendusnya
"bertindak biasalah Mingyu, kau hampir mematahkan telapak tanganku" lihat siapa yang berbicara, lelaki muda dengan sweater orange yang sekarang menjadi korban remasan tangan Mingyu
"diamlah, dan tetap berada di sampingku"
"ah yang benar saja, lihat siapa yang menjadi body guard sekarang"
.
Saat sampai di hall terbuka Ibu Jung kembali mengumpulkan mereka untuk memberitau apa yang akan dilakukan disini serta beberapa petugas rumah sakit yang senantiasa menemani kegiatan mereka dengan senang hati. Beberapa pasien ikut berkumpul karena tertarik dengan apa yang mereka lihat.
"satu hal yang harus diketahui bahwa pasien-pasien yang berada di sekitar kalian sekarang bukanlah pasien berbahaya, saya menjamin 100% mereka aman" kata salah satu petugas membuka pidato Ibu Jung
"itu benar, mereka dapat diajak berkomunikasi dan tidak akan melukaimu" pernyataan Ibu Jung ini hanya mendapatkan anggukan tidak berdosa dengan sedikit rasa percaya dari yang mendengarkan
"berdasarkan kelompok yang sudah dibagi aku minta kalian mencari seorang pasien dan mewawancarai mereka, beberapa pertanyaan sudah disusun di belakang panduan jika kalian belum melihatnya" ini begitu tiba-tiba, mencerna perkataan wanita yang tengah berdiri dengan anggun di depan ini membuat nafas mereka tercekat
"a-apa?! Kami harus wawancara?" tanya Mingyu mewakili pertanyaan di benak yang lain
"apa aku perlu mengulanginya? Atau sekarang kau sedang mengalami Jetlag?"
Apa kita menaiki pesawat untuk sampai disini? Ah yang benar saja, bu.
Beberapa siswa menunduk pasrah dan kembali membulatkan mata saat petugas dengan santainya mengiring beberapa pasien yang berkeliaran disana menuju ke tempat mereka berkumpul. Dengan senyum mengerikan dari pasien itu membuat mereka bergidik, bersiap-siaplah untuk sarana pemacu jantung yang satu ini, semoga kalian menikmatinya
"ingat perkataanku, bertindak biasalah karena mereka juga manusia sama seperti dirimu, perlakukan mereka seperti manusia juga" kalimat terakhir dari Ibu Jung berhasil membuat beberapa hati mereka tergetar kembali, mereka juga manusia, hanya saja mereka sedang sakit.
Beberapa kelompok sudah mulai mendekati pasien yang ditunjuk dan dibagi petugas, mereka mulai dengan hati-hati dan dengan sangat cepat beradaptasi. Ternyata memang benar, pasien yang berada di luar sangatlah responsif dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan. Mereka bahkan meminta pasien untuk menyanyi dan menari, dengan senang hati dilakukan karena ini juga merupakan hiburan dari hari-hari membosankan sebagai penghuni rumah sakit jiwa.
"hai nak, hanya berdua?" tiba-tiba petugas menghampiri Jisoo dan Mingyu yang menyaksikan kelompok yang sudah melaksanakan tugasnya
"sepertinya begitu.." jawab Jisoo sambil tersenyum
"mau ikut aku ke dalam bangsal?" tanya lelaki dengan lesung pipi dan memiliki name tag 'Choi Seungcheol' di dadanya
"apa itu bangsal? Bang? Tempat menyimpan uang?" Mingyu bertanya dengan polos kepada petugas yang menurutnya terlalu tampan jika untuk ukuran rumah sakit jiwa
"astaga berapa umurmu bahkan bangsal saja kau tidak tau?"
"aku Kim Mingyu, 19 tahun dan aku tidak tau apa itu bangsal" Mingyu menyodorkan tangannya hendak menyalami petugas itu, dan ia memenuhinya
"aku Hong Jisoo, 19 tahun aku juga tidak tau apa itu bangsal" Jisoo juga mengangkat tangannya dan berhasil membuat petugas seungcheol ini geleng-geleng kepala
"di rumah sakit ini, bangsal itu tempat dimana pasien berada, tidur dan makan disana, diisi beberapa orang yang menderita penyakit jiwa yang sama, pasien yang tidak dapat dikendalikan akan dikurung di bangsal dan menerima pengobatan disana" jelas petugas itu, Jisoo dan Mingyu mengangguk-angguk
"apa mereka benar-benar terkurung? Maksudku.. terkunci?"
"tentu, kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi"
"jadi.. apakah tawaranmu sebelumnya masih berlaku?" tanya Jisoo penasaran
"hm tentu saja, minta izin lah pada pembimbingmu dan kembali kesini, aku akan membawa kalian berdua ke dalam sana"
"Jisoo-ya kau cukup pintar untuk tidak menuruti-"
"kami akan segera kembali" belum selesai Mingyu berbicara, Jisoo sudah menarik tangannya menuju Ibu Jung untuk mendapatkan izin berwawancara di dalam saja.
Walaupun Mingyu tau bahwa pasien disana tidak dapat diajak bekerja sama, dia benar-benar tidak dapat menolak ajakan teman dekatnya itu.
Jangan lupakan sweater orange-mu, Jisoo!
.
Tangan yang terulur keluar itu sesekali menyentuh bahu Jisoo dan Mingyu, jendela bangsal terbuat dari batang besi seperti di dalam penjara benar-benar membuat mereka ingin kembali ke ibu mereka. Tidak kuat jalan berdampingan akhirnya Jisoo dan Mingyu memutuskan untuk menempelkan diri pada petugas Seungcheol saja, mereka memeluk erat lengan petugas itu karena melihat kondisi yang tidak diinginkan tersebut. Beberapa menendang pintu saat melihat kehadiran mereka, ada yang tertawa terbahak-bahak kemudian menangis, dan juga berusaha menggapai mereka yang berjalan di luar sambil meminta sesuatu seperti alkohol dan obat-obatan terlarang, mungkin saja mereka korban dari penggunaan barang haram tersebut.
"kalian takut?"
"apa pertanyaan itu perlu dijawab?" ucap Mingyu sambil menutup mata dan memeluk lengan petugas yang mendampinginya, dan sejak kapan mereka menjadi akrab? Ah ini situasi yang mendesak, maklum saja.
"bagaimana ingin mewawancara jika kalian saja seperti ini?" ejek petugas itu sambil tertawa remeh
"apa ada yang bisa diajak bicara?" tanya Jisoo sambil menyaksikan pasien di bangsal
"kau bisa berbicara kepada semuanya jika ingin"
"aku masih ingin hidup, aku tidak mengada-ada"
"lihatlah diujung sana" ucap petugas Seungcheol sambil menunjuk ke arah bangsal paling ujung, berbeda dengan yang lain, bangsal itu terlihat lebih kecil dan memiliki pintu besi yang dapat langsung melihat ke dalam
Sampai di depan pintu itu, yang pertama mereka lihat adalah kegelapan. Namun seseorang duduk di balik pintu sambil menyandar ke dinding dan memeluk lututnya dengan wajah disembunyikan dalam diam dan dinginnya bilik itu
"apa dia termasuk salah satunya, pak? Terlihat bersih dan terawat menurutku" tanya Mingyu berbisik pada petugas yang masih berada di tengah-tengah mereka
"tanya-tanyalah, jika beruntung ia akan meresponmu"
"huh benarkah?" Mingyu memiringkan kepalanya lucu
"bisakah aku mendapatkan satu?" Jisoo menanyakan tiba-tiba
"menurutku bisa, di dekat pintu masuk itu ada seorang lagi"
"Ya! Mau kemana kalian? Jangan berfikir akan meninggalkanku disini" Mingyu menarik dengan cepat lengan petugas Seungcheol agar tidak meninggalkannya
"ayolah Mingyu-ah, pintu besi itu memiliki gembok yang lebih besar dari kepalamu, berhentilah bertindak ia akan menarikmu ke dalam"
"kau terlalu besar untuk menembus celah itu Kim Mingyu" kekehan petugas Seungcheol berhasil membuat Mingyu mengerucutkan bibirnya lucu, dan benar, ia ditinggali di depan bangsal itu sendiri sementara mereka berdua munuju sisi yang lainnya
Mingyu meyakinkan dirinya bahwa ia dapat melakukan ini, ditambah saat melihat kondisi pasien yang ada di depannya sekarang hanya diam seperti patung, masih mempertahankan posisi seperti tadi yang justru membuah Mingyu penasaran dan rasa takutnya perlahan hilang
Selama kurang lebih 15 menit Mingyu hanya mengobservasi apa yang ia lihat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Pasien di bangsal ini terlihat baik, namun hanya menjadi satu-satunya penghuni bangsal paling ujung, tubuhnya kurus dan kulitnya sangat bersih untuk dikatakan penderita penyakit jiwa, dia juga terlihat masih muda, tidak kotor dan tidak bau, rambutnya terjatuh lembut mengikuti kepalanya yang menunduk diantara lutut yang ia peluk dengan dua tangannya. Namun apa yang terjadi padanya sehingga bisa sampai di ruangan kotak yang gelap ini? Mengapa ia sendiri? Kenapa ia tidak boleh berjalan keluar seperti pasien yang ia temui di luar padahal mereka sama-sama memiliki fisik yang terawat? Pertanyaan bercabang itu tiba-tiba memenuhi pikiran Mingyu.
"hei" sapa Mingyu pelan sambil berjongkok di depan bangsal
"apa kau mendengarku? Apa kita bisa bicara?"
"apa kau tertidur?"
"apa aku boleh duduk disini?"
"siapa namamu?"
"hei hei"
"hei lihat aku"
Mingyu berakhir duduk di depan bangsal sambil memegang erat pintu besi bangsal dan memajukan wajah tampannya di celah pintu besi yang mulai berkarat itu, terlihat ekspresi murung karena tidak ada satupun pertanyaannya yang berhasil dijawab namun ia tidak secepat itu untuk menyerah, rasa penasarannya memangkas habis ketakutan yang awalnya ia rasakan.
"apa kau tau ini hari apa? Pukul berapa?"
"apa kau masih ingat namamu?"
"apa kenangan yang kau ingat tentang dirimu?"
"berapa usiamu?"
"apa kau masih ingat keluargamu?"
"siapa temanmu disini?"
"apa kau mau menceritakan pengalamanmu padaku? Aku adalah pendengar yang baik"
Mingyu mengajukan pertanyaan yang tertera di kertas putih itu bergantian, ia tetap membacanya walaupun tau pasien yang satu ini tidak akan menjawabnya
"jangan menunduk terus, lehermu bisa sakit"
"kau lapar? Tapi aku hanya punya permen sekarang"
"atau mau berjalan-jalan denganku?"
"apa kau pernah mendengar suara-suara aneh yang menyuruhmu untuk melakukan sesuatu?"
"..bahkan pasien jauh lebih mengerikan dari setan penghuni rumah sakit ini"
"a-apa.. apa kau barusan berbicara padaku? Astaga kau akhirnya berbicara padaku!" Mingyu mau menangis mendengar suara yang ia tunggu dari setengah jam terakhir, mata Mingyu berbinar saat mengetahui bahwa pasien di depannya ini dapat mengerti perkataan Mingyu, Ia tau bahwa orang bersurai hitam ini tidak seburuk yang dibayangkan.
"berbicaralah lagi, ayo berteman dan lihat aku!"
"ah kenapa kau diam lagi?"
"ya! Lihat aku!"
"kau pergilah!" Mingyu tercekat saat matanya menangkap tatapan tajam dari mata elang itu, jantungnya bergemuruh karena akhirnya melihat bagaimana orang tersebut menatapnya, ia berhasil melihat sebelah mata dan hidungnya yang runcing karena menoleh sedikit kepada Mingyu saat menyuruhnya pergi. Mingyu terdiam beberapa saat sambil menenangkan detak jantungnya
"dia.. begitu menarik.. astaga apa yang aku pikirkan, dan jantung ini.. tenang lah sedikit" bantin Mingyu dan mencoba kembali menetralkan pikirannya
Sang pemilik mata indah itu kini sudah kembali menundukkan kepalanya, kembali dalam diam.
"kau benar-benar tidak akan berbicara lagi dengan ku? Apa aku harus pergi sekarang?"
"aku tau kau tidak sakit, katakan bahwa aku ini benar"
"aku sangat gila dan kau salah" ia berbicara lagi, namun Mingyu tidak memberikan respon berlebihan seperti tadi yang hanya akan berujung kepada diamnya sang pasien
"kau tidak gila, kau mengerti apa yang aku bicarakan"
"sudah pergilah, ini bukan tempat mu!"
"kau tidak bisa mengusirku jika kau adalah pasien"
"ah iya benar, aku adalah pasien" Mingyu menelan salivanya ketika orang yang berada di hadapannya menoleh utuh ke wajah Mingyu, ia mengangkat kepalanya dan memperlihatkan senyum miringnya kepada Mingyu. Sedangkan pemuda tampan di hadapannya justru terdiam dengan mulut terbuka. Ia benar-benar terkejut melihat sosok yang kini menatapnya
Mata itu, mata elang yang sangat tajam namun menunjukkan kesengsaraan yang mendalam dari sang empunya, hidung mancung dan bibir merahnya berhasil membuat Mingyu bungkam. Ia tidak pernah tau bahwa seorang penghuni rumah sakit jiwa memiliki rupa yang indah seperti yang ia lihat sekarang.
"k-kau.."
"dasar bocah, pergilah! Kau sangat mengangguku!" usirnya dengan melihat sinis pemuda bersurai cokelat yang masih bertahan di depannya
"a-aku tidak mau, sudah ku bilang tidak mau"
"kau mau aku menyakitimu agar kau bisa pergi?"
"lakukan apapun yang kau mau, aku tau kau tidak sesakit itu untuk melakukannya" yang bersurai cokelat kembali menundukkan kepalanya
"ya Mingyu-ah, sudah mendapatkan nomor ponselnya?" tanya Jisoo yang sudah ikut berjongkok menyamai tingginya dengan Mingyu yang duduk di lantai namun berakhir dengan jitakan di kepalanya
"diamlah, kau yang seharusnya berada di dalam Jisoo-ya"
"petugas itu sudah mengajak pergi, apa kau mau ditinggal disini?"
"aku mau, tapi kita masih memiliki jam kuliah siang ini, sangat disayangkan" jawab Mingyu sambil melirik ke arah seseorang yang berada di dalam bangsal
Mingyu dan Jisoo beranjak menuju petugas Seungcheol yang menunggu di depan lorong, mereka jalan seperti biasa tanpa menghiraukan tangan-tangan yang terjulur di jendela setengah meter itu.
Sudah beradaptasi dengan baik rupanya
"apa kau tau nama pasien yang bersamaku tadi, pak?" tanya Mingyu saat sudah berada di depan lorong bersama petugas Seungcheol
"apa yang diujung?" Mingyu mengangguk cepat
"oh Wonwoo, Jeon Wonwoo"
Sesaat setelah mendengar nama itu Mingyu kembali berlari ke dalam dan membuat orang yang ditinggalkan berkedip tidak mengerti melihat tingkahnya. Tentu Mingyu berbalik ke bangsal paling ujung dan dengan nafas terengah-engah Mingyu kembali berjongkok di depannya, penghuni di dalamnya sudah mengganti posisinya dengan menyandarkan sisinya sebelah kanan ke dinding dan menghadap ke luar sambil menutup matanya
"aku harus pergi sekarang Wonwoo-ssi" Mingyu memasukkan tangannya melalui celah di pintu besi itu dan menyentuh hangat tangan orang yang dipanggilnya Wonwoo, sang empunya tersentak dan membuka matanya
"tapi aku akan kembali lagi, aku janji. Jaga dirimu." Tangan Mingyu beralih mengusap surai hitam yang berkilau itu, sang pemilik hanya tersenyum lemah dan tidak berniat untuk menyambung perkataan Mingyu.
"tunggu lah aku Wonwoo-ssi, aku akan menemanimu lagi" batin Mingyu dan kemudian ia bangkit dari hadapan Wonwoo dan berlalu. Pemuda yang ditinggal tersenyum lagi, sudah lama senyum itu tidak muncul dari wajah manisnya, wajah yang menyiratkan penderitaan disertai penyesalan dan rasa bersalah.
.
Mingyu bersumpah ia tidak bisa berhenti memikirkan sosok yang berada di balik pintu besi bangsal yang ia temui di rumah sakit tadi pagi. Saat ingin tidur dan memejamkan matanya, hanya bayangan Wonwoo yang muncul. Mingyu masih merasakan bagaimana ia menyentuh Wonwoo tadi. Fokus Mingyu hanya terutuju pada Wonwoo sekarang, ia ingin Wonwoo menjadi sehat seperti dirinya, ia ingin membawa Wonwoo keluar dari pintu besi yang kokoh itu, membawanya ke dunia luar, dan juga ke dunianya.
.
Mingyu berlari mengejar Ibu Jung yang baru keluar dari kelas lain dan bahkan tidak menghiraukan Jisoo yang memanggilnya
"bu, kapan kita berkunjung ke rumah sakit lagi?" dengan sekali mengatur nafas, mingyu menyelesaikan kalimatnya
"ada apa denganmu? kenapa menanyakan rumah sakit-"
"apa ada kunjungan selanjutnya?"
"tidak, tidak ada"
"benarkah? apa dirimu juga tidak akan kesana secara pribadi?"
"ah, aku selalu kesana untuk pengabdian masyarakat-ku, Mingyu-ah"
"apa aku boleh ikut bu?"
"apa?"
"boleh aku ikut denganmu?"
"ayolah izinkan aku ikut, bu.. aku mohon" batinnya memohon
Mingyu ingin menepati janjinya, bertemu sosok yang mendominasi pikirannya akhir-akhir ini. Ia punya segudang pertanyaan tentang Wonwoo, ia ingin melihat wajah manis Wonwoo lagi, Ia benar-benar merindukan Wonwoo.
.
.
tbc/end? review dulu;;)
