Annyeooong~!
Ini fic pertama kazue, jadi kalau ada kesalahan dalam tata bahasa atau penulisan, mohon dimaklumi ne *kedip-kedipin mata*
Len: "Aaaakh! Mataku kebakar!"
Ryuto: "Kami-sama, makhluk apa itu!?"
Kazue: "Lebay ah pada =3="
Rated: T
Genre: Angst, Drama, Romance
Disclaimer: Kalo Katekyo Hitman Reborn milik kazue, pasti isinya full dengan 1827 dan berbagai pair yaoi yang lain! Kufwahahaha~! *tawa fujoshi* Tapi sayangnya KHR milik Akira Amano-sensei *pundung seketika*
Warning: 1827! Yaoi Hates jangan marah ya... *nunduk minta maaf* Typo, bahasa FTV #Slepet, dan teman-temannya...
Don't like don't read, oke? :3
HAPPY READING~
Story beginning... (Ch.1)
Hujan deras mengguyur daerah Tokyo malam itu. Terlihat sebuah bangunan tua di pinggir kota yang berkesan sangat suram dikarenakan hujan, penerangan berupa lilin, dan memang aura dari dalam sudah suram.
Dari ruang tengah, bisa dilihat ada dua orang lelaki sedang duduk berhadapan hanya diterangi sebuah lilin. Yang satu lelaki dewasa berambut kuning dan satu lagi agak tidak jelas karena dia memakai jubah bertudung, tapi diperkirakan dia masih duduk di bangku SMP.
"Jadi... Apa misiku kali ini, otou-san?" tanya Si Jubah membuka topik pembicaraan.
Lelaki yang dipanggil 'otou-san' oleh Si Jubah tidak merespon apa-apa.
"Tou-san?" Si Jubah mencoba memanggilnya lagi.
Akhirnya setelah terjadi keheningan beberapa detik, Si Lelaki itu mulai membuka mulutnya. "...Tsunayoshi..."
"Hai?"
Si Lelaki mulai menatap Si Jubah. "... Kau tahu kan kalau saat ini organisasi kita sedang terancam bahaya?"
"...Hai..."
Sang Lelaki kembali terdiam. Si lelaki berjubah yang diketahui namanya adalah Tsunayoshi, tepatnya Sawada Tsunayoshi, hanya ikut terdiam melihat ayahnya diam.
Lelaki itu duduk bersandar pada sofanya. "Black Association mulai meneror kita lagi..."
Tsuna terlihat cukup kaget mendengarnya. "Mereka keterlaluan..."
"Memang. Dan teror mereka membuat organisasi kita semakin terancam bubar."
Tsuna langsung membelalakan matanya. "Katakan tou-san, apa misiku yang sekarang berhubungan dengan kasus ini?"
"Ya." Si Lelaki menganggukan kepalanya. "Black Association hanya memiliki satu pewaris tunggal, jika dia kita musnahkan, mereka tak akan berani macam-macam pada kita lagi."
Tsuna tersenyum penuh arti. Untuk catatan, Tsuna yang sekarang adalah HDW Tsuna, jadi dia bukan dame-Tsuna yang biasa dikenal.
"Aku akan 'bermain' darah lagi?"
"Tepat sekali." Si Lelaki kembali menganggukan kepalanya, suka dengan pola pikir anak semata wayangnya. "Memang dia pantas menjadi pewaris kesepuluh."
"Jadi, siapa dan seperti apa orang yang harus kubunuh itu?" tanya Tsuna.
Si Lelaki mengeluarkan foto dari kantong kemejanya lalu memperlihatkan pada Tsuna. "Dia."
Tsuna mengambil foto itu lalu melihat wajah target berikutnya. Betapa shocknya dia begitu mengetahui kalau target berikutnya adalah...
"D-dia...?"
"Ya, dialah sang pewaris tunggal itu."
"..." Tsuna hanya terdiam seribu bahasa.
"Tsunayoshi? Ada apa?" tanya Si Lelaki bingung melihat putranya seperti shock.
"Aah... Iie... Nandemonai..." Tsuna kembali memasang wajah normalnya.
"Hm, aku ingin kau selesaikan dalam waktu maksimal seminggu. Jika kau gagal, kau tahu hukumannya..."
Tsuna agak menunduk.
"Kau keberatan?"
Tsuna kembali mendongak. "..."
Sang Lelaki menunggu jawaban dan akhirnya Tsuna kembali membuka mulut.
"Dengan senang hati... Kujalankan misi ini..."
.
.
My "Friend" is My Target
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat. Semua murid SMP Namimori sudah memasuki kelas masing-masing. Semua, kecuali sang karnivore Namimori, ketua komite disiplin. Hibari Kyoya.
Hibari tengah menunggu seseorang di depan pintu gerbang sekolah lengkap dengan tonfanya. Orang yang selalu ia tunggu karena memang hampir setiap hari si orang itu telat, dan Hibari tak akan segan-segan menghajarnya dengan tonfa kesayangannya.
Hibari memerhartikan sekitar. "Ck... Herbivore sialan itu..." geramnya kesal.
Tak lama, sesosok laki-laki "imut" berambut coklat anti-gravitasi mulai terlihat dari kejauhan.
Dia berlari sangat terburu-buru. Seragamnya tampak berantakan, tas sekolahnya belum terlalu tertutup, dan dia masih menggigit sebuah roti tawar, sarapannya.
Hibari tersenyum licik, "Akhirnya..." tangannya menggenggam erat tonfanya, siap diluncurkan.
Lelaki berambut coklat itu terlihat begitu tegang saat melihat orang yang ia takuti sudah menunggu di depan gerbang.
"Datang juga kau herbivore..." kata Hibari sinis pada orang yang ia panggil herbivore itu. Sawada Tsunayoshi, dalam mode normal.
"Hiie! Su-sumimasen... Hibari-san...!" Tsuna menunduk sebagai tanda permintaan maafnya.
Hibari yang tadinya sudah mau menghajar Tsuna langsung diam begitu melihat penampilan Tsuna. "Oi."
Tsuna kembali tegap. "H-hai...?"
"Rapihkah seragammu."
Tanpa aba-aba, Tsuna langsung merapihkan seragamnya secepat mungkin. Setelah menaikkan dasinya, dia kembali dalam posisi tegang. "S-sudah..."
"Tasmu."
"... Hah?" Tsuna bingung. Tapi sebelum Hibari mengulang ucapannya, Tsuna langsung menyadarinya. Segera dia tutup bagian tasnya yang terbuka.
"Habiskan sarapanmu." Hibari menunjuk roti yang daritadi dipegang Tsuna. "Atau mau..."
"Hieee! B-baik...!" Tsuna langsung menghabiskan rotinya. Saking ketakutannya, dia tidak melihat kalau Hibari tersenyum licik puas melihat "mangsanya" ketakutan atas apa yang sudah ia lakukan.
"S-sudah..." kata Tsuna setelah rotinya habis.
"Bagus."
Tanpa Tsuna kira, tiba-tiba Hibari langsung memukul perut Tsuna dengan tonfanya. Keras sekali sampai-sampai Tsuna terhempas beberapa meter ke belakang.
Tsuna meringis kesakitan. "Ittai..."
"Pulang sekolah, datang ke ruanganku." Kata Hibari sebelum dia berlalu meninggalkan Tsuna yang meringis kesakitan. Tsuna sudah tahu kenapa dia diminta datang, pasti untuk membersihkan ruangan Sang Karnivore itu. Tapi, entah kenapa, dia merasa senang saat Hibari memintanya datang ke ruangannya.
"Apa yang kau tunggu herbivore? Cepat masuk!" seru Hibari dari dalam pintu. "Atau ka..."
Belum Hibari menyelesaikan perkataannya, Tsuna sudah langsung ngibrit masuk ke dalam gedung sekolah dan mulai mengganti sepatunya.
"Hn." Hibari menempelkan tonfanya di punggung Tsuna yang sedang berganti sepatu. Seketika Tsuna mematung karena ketakutan. "Hieee!"
"Lain kali... Biarkan aku menyelesaikan kalimatku dulu... Herbivore..." kata Hibari pelan tepat di kuping Tsuna. Wajah Tsuna langsung memerah karena dia merasakan sendiri hembusan hafas Hibari di telinganya.
"H-hai... Hibari-san..." balas Tsuna lirih.
Sayang, Tsuna tidak melihat wajah Hibari yang menyeringai puas saat melihat pipi Tsuna memerah malu.
Hibari melepaskan tonfanya dari punggung Tsuna. "Cepat pergi."
Tsuna mengangguk cepat lalu berlari ke kelasnya. Beberapa kali terdengar suara Tsuna yang terjatuh karena terpeleset dan suara pekikkan "Hiee" yang datang dari Tsuna.
Hibari tersenyum kecil sambil memalingkan wajahnya. "Dasar dame." Ucapnya pelan sebelum kembali untuk berpatroli.
To Be Continue...
Fuwaaah~ Selesai juga... *meregangkan tangan* Maaf kalo banyak kesalahan ne... Masih newbie jadi harap dimaklumi T-T
Momentnya gak berasa ya? Wordnya juga kependekan ne? Yaah... Namanya juga pemula .-.
Ah iya, tolong sebisanya jangan flame ya, ehehe... *senyum canggung* gomennasaai...
Len: "Ehm... Mind to Review?"
