Huwaaaaaw~ Kazue kembali datang dengan fanfic baruuu~ *jungkir balik-nyungsep*
Ryuto: "Belom selesai yang KHR udah beralih lagi, dasar -_-"
Kazue: "maa maa... Kazue butuh penyegar sebelum ngelanjutin yang itu dulu, Ryu-chaan~"
Len: "Aku baca disclaimer ya! :D"
Kazue: "monggo, silahkan~"
Disclaimer: Vocaloid itu punyanya Mama Crypton dan Papa Yamaha (?)
Warning: (kembali) Bahasa FTV!
Genre: Mystery, Horror, Bloodscene di akhir!
Rated: T kayaknya
-Trick and Treat: The Revenge-
[12 Tahun yang lalu...]
"Selamat Ulang Tahun Miku-chan!" Ucap Gakupo dan Luka, selaku orangtua Miku, anak yang sedang berulang tahun hari itu. Mereka memberi Miku sebuah kado yang cukup besar, berpita hijau-putih.
"Huwaaa~ Arigatou ne, Papa, Mama!" Miku terlihat senang menerima hadiah ulang tahun keempatnya. Umurnya sekarang genap 4 tahun.
"Bukalah, kau pasti suka." Kata Luka.
Miku segera membuka pitanya secara cepat lalu membuka tutup kotak itu. Betapa bahagianya dia begitu mendapati sepasang boneka laki-laki dan perempuan dalam kotak itu. Dua-duanya berambut kuning dan bermodelkan baju butler dan maid hitam. Rambut yang laki-laki terikat ponytai dengan pita hitam dan yang perempuan berambut pendek dan berbando hitam dengan garis putih. Mata kedua boneka itu terbuat dari bordiran dan mulut mereka terlihat seperti tersenyum.
"Kyaaaa~ Boneka yang manis~" pekik Miku senang sambil memeluk kedua boneka itu.
Gakupo tersenyum. "Syukurlah kau suka, boneka itu hanya tinggal satu di toko mainan." Jelasnya. "Jaga baik-baik ya?"
Miku mengangguk senang lalu menari berputar-putar dengan kedua boneka barunya. Kedua orangtuanya hanya tersenyum melihat kelakuan anak mereka.
"Akan kuberi nama mereka Len dan Rin! Mereka akan menjadi sahabatku mulai sekarang!" ujar Miku.
Miku benar-benar merasa bahagia akan kehadiran Len dan Rin. Sebelumnya, Miku merasa kesepian karena dia hampir tak punya teman, entah karena apa teman-temannya menjauhinya. Setelah kejadian itu, dia selalu mengurung diri dalam rumahnya dan terisolasi dengan dunia luar.
Miku banyak bercerita kepada Len dan Rin, tentang teman-temannya dulu, tentang kesukaannya, tentang keluarganya, pokoknya hampir semua dia ceritakan pada Len dan Rin, dan kedua boneka itu hanya tersenyum mendengarkan cerita dari Miku. Seolah mereka seperti... Hidup dan bisa merasakan apa yang Miku rasakan.
"Kalian tahu? Kalian adalah sahabat pertamaku, dan aku sangat menyayangi kalian." Ujar Miku suatu hari sambil memeluk kedua boneka kesayangannya. Aura kebahagiaan seolah-olah terpancar dari Len dan Rin, itu membuat Miku semakin mempererat pelukannya.
\(^^)/\(^^)/
Sudah berbulan-bulan Miku, Len, dan Rin menghabiskan waktu bersama, dan Miku semakin merasakan aura kasih sayang dari kedua bonekanya. Ya... Mungkin ia hanya berimajinasi saja karena tentu saja boneka tak bisa memancarkan aura apapun dalam diri mereka.
Hingga pada suatu hari, saat hari ulang tahun miku yang ke-5, orangtuanya memberikan hadiah berupa sebuah boneka perempuan yang lebih manis dari Len dan Rin. Orangtuanya berpikir jika Miku diberi boneka lagi, dia akan semakin senang karena hanya dengan Len dan Rin saja, kemurungannya bisa hilang.
Tapi yang terjadi adalah, setelah Miku mendapat boneka itu, dia beralih meninggalkan Len dan Rin. Miku jadi lebih sering bermain dengan boneka barunya ketimbang dengan Len dan Rin. Miku berpikir bahwa boneka barunya itu jauh lebih manis daripada kedua boneka lamanya.
Len dan Rin semakin ditelantarkan. Mereka yang biasanya menemani Miku tidur di ranjangnya, sekarang malah harus tidur di gudang. Miku sekarang tidur dengan boneka barunya itu. Len dan Rin seperti memancarkan aura kesedihan yang mendalam karena ditelantarkan.
"Aku bosan dengan mereka, papa bisa membuangnya." Ucapan Miku pagi itu hampir membuat Gakupo dan Luka tersontak kaget. Sebegitu cepatnya Miku beralih dari kedua boneka yang pernah ia bilang "sahabat pertamanya"?
"Miku sayang, kau... Benar-benar sudah tak menyukai Len dan Rin?" tanya Luka.
Miku menggeleng cepat. "Mereka hanya boneka, toh jika aku membuang mereka, mereka akan biasa saja, karena mereka tak punya hati. Lagipula, bonekaku yang baru jauh lebih manis ketimbang Len dan Rin." Ujar Miku. Dalam.
Luka memandang Len dan Rin yang kini sedang dalam kardus yang dibawa Gakupo, siap dibuang.
"Kau yakin mau membuangnya...?" tanya Luka tidak yakin pada keputusan anaknya.
"Iya. Buang saja mereka." Jawab Miku pendek dengan nada agak ketus. Lalu dia berlalu pergi ke kamarnya sambil memeluk boneka barunya itu.
Luka dan Gakupo hanya berpandangan, tak mengerti dengan pikiran Miku. Akhirnya, Gakupo membawa Len dan Rin ke sebuah pembuangan dekat hutan yang cukup jauh dengan rumah mereka. Dia punya firasat aneh kalau ia buang Len dan Rin di pembuangan yang dekat, Len dan Rin ada kemungkinan akan kembali ke rumah mereka. Pikiran aneh, tapi siapa yang tahu kalau itu akan terjadi atau tidak?
Setelah menaruh mereka di pembuangan, Gakupo segera pulang. Tak sadar kalau kardus yang ia bawa tidak tertutup rapat. Terlihat raut wajah Len dan Rin memancarkan kesedihan dan kebencian yang mendalam. Mulut mereka yang biasanya tersenyum manis, kini tertekuk sempuna, menampilkan wajah sedih yang miris untuk dilihat. Dan tanpa diduga, air mata tiba-tiba turun dari kedua mata bordiran mereka. Mulut mereka sedikit terbuka dan terdengar deheman kecil. "Mi..ku..."
\(^^)/\(^^)/
[12 Tahun kemudian...]
Seorang perempuan berumur 16 tahun berambut teal berkuncir dua sedang berlari masuk ke dalam rumahnya yang besar. Dapat dilihat dia baru pulang sekolah.
"Tadaima!" serunya saat masuk ke dalam.
"Okaeri, Miku-sama." Sambut beberapa pelayannya. Oh... Bangsawan sepertinya. Hatsune Miku, sang anak yang sekarang sudah berubah menjadi anak "non-anti-sosial" setelah beberapa tahun setelah kejadian boneka itu.
"Papa dan mama mana?" tanya Miku.
"Mereka sedang pergi nona..." jawab salah satu pelayannya.
Miku terlihat kesal. "Muuh... Padahal besok ulang tahunku, kenapa mereka malah pergi seenaknya?"
Besok, ulang tahunnya yang ke-17.
"Mungkin nanti malam mereka akan pulang." Kata pelayannya yang lain, mengira-ngira.
"Hm." Miku langsung berlari ke kamarnya lalu kembali lagi dengan baju jalan-jalannya.
"Nona, mau ke mana?" tanya pelayannya yang lain lagi.
"Aku mau jalan-jalan, mungkin akan kembali nanti malam. Jaa ne!" jawab Miku cepat lalu berlalu pergi.
\(^^)/\(^^)/
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan saat itu Miku baru pulang jalan-jalan dan tengah menyusuri jalan sendiri setelah berpisah dengan teman-temannya.
"Wah, sudah malam sekali..." gumam Miku sambil melihat ke arah langit yang berawan. Sepertinya hujan akan datang malam ini.
Miku terus berjalan menyusuri jalan setapak. Dia memilih melewati jalan pintas karena jika memakai jalan utama, pasti akan lebih jauh. Di jalan pintas itu ada tempat pembuangan dekat hutan. Tempat Len dan Rin dibuang.
Saat Miku melewati tempat pembuangan itu, ternyata jalannya ditutup karena suatu alasan dan otomatis dia harus melewati hutan. Dari hutan itu, dia bisa sampai ke jalan di seberangnya.
Jika tak ada masalah dalam perjalanan dalam hutan...
Miku mendesah lalu mulai masuk ke dalam hutan. Agak menyesal karena memilih lewat jalan pintas.
\(^^)/\(^^)/
Langit semakin gelap dan berawan, sudah hampir-hampir dua jam dia berkeliling-keliling hutan itu, tapi sayangnya dia tak menemukan jalan keluar. Dirinya amat sangat ketakutan dan dia mulai menangis sesenggukan. Ralat, dia SANGAT menyesal sudah memilih jalan pintas.
Beberapa kali rok hitam Miku tersangkut pada tanaman liar berduri di tepian jalan, dan badannya sudah mulai lecet dan luka karena terjatuh, tersangkut, dan terbelit pada tanaman liar di hutan itu.
Miku putus asa. Dia bersandar pada sebuah pohon lalu jatuh terduduk sambil menangis, meratapi nasibnya.
"Kenapa kau menangis?"
Miku mendengar sebuah suara. Langsung dia mencari sumbernya, berharap itu adalah orang yang akan membantunya keluar dari hutan terkutuk itu.
"Di atas sini."
Miku bingung lalu menoleh ke atas. Dia melihat sesosok orang sedang berdiri di salah satu dahan. Dedaunan lebat membuat orang itu hanya menampakan siluet dirinya.
"A-anata... Dare...?" tanya Miku ketakutan.
Orang itu segera turun dari atas dahan lalu berdiri tepat di depan Miku. Sekarang sosoknya terlihat jelas. Dia seorang laki-laki berambut kuning dengan model ponytail, diikat dengan pita hitam dan memakai baju butler hitam. Miku merasa seperti mengenali sosok ini.
"Hajimemashite, namaku Kagamine Len. Senang berkenalan." Ujar lelaki bernama Len itu sambil membungkukkan badannya tanda salam.
"Ah.. K-kagamine-kun ne...?" Miku bingung.
"Panggil Len saja, seperti dulu." Kata Len sambil tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Miku berdiri.
Miku semakin bingung lalu mnyambut uluran tangan Len dan berdiri. "Apa maksudmu dengan 'seperti dulu'? Apa kita pernah bertemu?" tanya Miku.
"Eh? Ehm, maaf, lupakan omonganku barusan. Aku agak ngelantur." Jawab Len tenang.
Miku mengangguk-ngangguk. "Oh iya, namaku—"
"Hatsune Miku. Putri bangsawan dari keluarga Hatsune yang tinggal di daerah perbatasan. Benar kan?" Len langsung memotong salam perkenalan Miku.
Miku tercengang. "Bagaimana kau bisa tahu?"
Len terkekeh kecil. "Walau aku tinggal di sini, aku sering mendengar cerita mengenai dirimu."
"Ara? Kau tinggal di sini?" tanya Miku cukup antusias.
"Hai, dengan saudara kembarku. Kagamine Rin." Jawab Len.
Miku agak kaget mendengarnya. "Sepasang anak kembar tinggal di hutan menyeramkan begini? Kenapa?" pikirnya.
"Aku ingin bertemu dengan kembaranmu itu." Kata Miku tiba-tiba.
"Oh, tentu saja boleh. Dia pasti senang bertemu denganmu." Kata Len menyetujui ucapan Miku. Tapi sebelum Miku akan membuka mulut lagi, tiba-tiba seseorang langsung menutup matanya dari belakang.
"Aah! Siapa!?" Miku spontan kaget.
"Rinny... Jangan mengagetkan tamu kita dong!" terdengar suara Len memarahi seseorang. Rinny?
Orang yang dipanggil "Rinny" oleh Len langsung melepaskan pegangannya. "Ahahaha... Gomen gomen..."
Miku menengok ke belakang. Terlihat seorang anak perempuan berambut kuning pendek dan berbando pita hitam-putih dengan pakaian maid hitam. Kembali, dia merasa familiar dengan wajah itu.
"Ehehehe, selamat datang. Namaku Kagamine Rin. Aku kakak kembar Len." Kata Rin memperkenalkan dirinya.
"Ah... iya... Namaku Hatsune—"
"Miku-chan, ne?" tebak Rin sambil tertawa riang. "Aku sering mendengar ceritamu dari kabar angin."
Miku mengangguk sambil tersenyum. "Mereka berdua manis..."
"Oh iya, rumah kami tak jauh dari sini. Mau mampir dulu? Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun." Tawar Len.
"Eh? Bolehkah?" Miku agak tertegun mendengarnya. Sebegitu baiknya mereka sampai mengajak orang asing yang baru mereka kenal (sebenernya bukan orang asing juga) untuk datang ke rumah mereka.
"Tentu saja, kami senang menerima kedatanganmu." Kata Rin meyakinkan sambil menggandeng tangan kanan Miku, smentara tangan kiri Miku digandeng oleh Len. Miku jadi merasa canggung juga.
"Ayo kita pergi!" ajak Len sambil menarik tangan kiri Miku. Miku menurut, dan Rin yang menggandeng tangan kanan Miku pun ikut tertarik. Mereka tertawa bersama dalam kesunyian gelap.
TBC...
Aaaaaah... Chappie 1 selesai juga... Capek pake bahasa formal ne... *guling-guling depan kipas angin*
Reiga: "Heeeh... Awas kegiles kipas angin (?) lho."
Kazue: *bangun terus guling-guling di depan abang sate #dikipasin"
Len: "Nee, review please? Tapi jangan flame kalo bisa... Ehehehe.."
