Title : Kimi ga iru
Pairing : Onkey
Length : chapter
Author : Keytakaoru
Rating : T
Genre : drama, romance (?) entah saya juga bingung genre apa sebenarnya ff ini #pabbo author
Desclaimer : Onkey itu milik satu sama lain meski saya sebenernya juga tergila-gila dengan yang namanya Key tapi rela deh saya kalo buat Key bahagia, apadeh #ditampol
Warning : miss typho, tdk sesuai EYD, may be out of character, BL dll jadi buat yang gak suka daripada membashing saya atau lebih parahnya bias saya yang jadi pair di cerita ini, mending Anda menjauh
Nb : ini adaptasi dari sebuah komik. Nah, tugas para reader adalah menebak judul komiknya, haha… dan karena ini pertama kalinya saya memakai pov orang pertama bukan orang ketiga seperti biasanya harap maklum kalau memang masih aneh. #bow
Aku selalu dan selalu ingin bertemu dengannya
Sampai hatiku seperti akan meledak saja bahkan hanya dengan membayangkan bisa bertemu orang itu
Hari ini, aku akan pergi menemuinya, ya aku akan ke Seoul tak peduli bahwa orang itu akan tidak mengenaliku lagi
Atau aku akan terpuruk di kota ini sendirian merindukannya
"aku nggak kenal"
Satu kalimat itu benar-benar menghancurkan hatiku menjadi serpihan. Aku telah rela jauh-jauh pergi dari Daegu hanya untuk menemuinya dan dengan entengnya jawaban ini yang kuterima.
"eh ? kau benar tidak mengenaliku ?"
"maaf ya aku nggak kenal kamu. Lagian aku nggak pernah bergaul dengan orang udik seperti kamu."
"dongwoon ah, kau benar-benar deh, masa kau juga menyentuh namja macam itu." Seseorang tiba-tiba muncul diantara kami berdua.
"apa yang kau katakan. Tidak mungkin lah. Kajja kita pergi, orang ini hanya stalkerku saja."
"chakkaman."
BRUK…
Ah, aku benar-benar bodoh, kenapa hanya mengejar ia saja aku justru jatuh terjerembab seperti ini, memalukan. Aku benar-benar malu, sepertinya aku tidak dapat berdiri lagi. Pandangan teman-temannya benar-benar membuatku ingin menghilang saja.
"siapa sih dia ? kampungan banget."
Satu lagi kalimat yang mengahancurkan hatiku, aku yakin sekali lagi saja kata-kata semacam ini muncul dan aku akan benar-benar memutuskan untuk mengubur diriku sendiri. Wae? Kenapa semua orang yang dari kampung mesti disebut kampungan. Tidak berpikirkah mereka justru sikap sok macam itu yang disebut kampungan. Tapi aku memang hanya namja kampung dan ini kota besar Seoul yang kejam, aku tidak mungkin melawan mereka, cari mati namanya.
Flashback
"Key… ini Dongwoon. Dia baru saja pindah ke sebelah rumah kita. Baik-baiklah dengannya."
"Annyeong haseyo Key shi. Dongwoon imnida."
"annyeong haseyo. Kau benar-benar keren Dongwoon ah, kau pasti berasal jauh dari sini."
"ne, aku dari Seoul. Aku akan tinggal disini beberapa tahun selama ayahku masih bekerja di sini."
"jinjja? Ah senangnya aku jadi punya teman main."
Aku dan Dongwoon menjadi sahabat sejak itu, kami tidak terpisahkan hingga 3 tahun lamanya sampai Dongwoon harus kembali ke Seoul. Kami hanya anak-anak berumur 12 tahun saat itu dan perpisahan itu membuatku menangis seharian. Saat itu aku benar-benar tidak tahu perasaan apa yang membuatku merasa sesak sekali saat ia tinggalkan dan kini ketika aku telah menginjak bangku SMA aku tahu benar bahwa itulah yang dinamakan cinta. Apa lagi? Sudah lewat beberapa tahun dan aku masih mengingatnya bahkan merindukannya, perasaan macam apa kalau bukan cinta yang kurasakan.
Aku masih terduduk di tempat aku terpeleset tadi. kini air mataku mulai turun. Sakit, bukan karna jatuh terpeleset itu tapi melihat Dongwoon yang kurindukan justru mengabaikanku seperti ini, aku tidak bisa mengangkat kepalaku sekarang.
"ini milikmu? baunya sungguh menjijikkan."
Aku mendengar suara, apa orang itu berbicara denganku? Ia berdiri di hadapanku sekarang. Aku mendongak dan dapat melihat wajah tampan namun terkesan dingin sedang menatapku. Bodoh, kenapa aku sempat memikirkan hal semacam ini ketika aku dalam keadaan memalukan. Eh tapi apa tadi ia bilang, baunya menjijikkan? Aku menoleh pada kotak yang ada di tangannya. Itu bekal makan yang special kusiapkan untuk Dongwoon. Asinan yang kubuat dengan tanganku sendiri. Seketika rasa marah meliputi diriku. Ada apa dengan orang-orang Seoul ini, kenapa semuanya benar-benar bersikap begitu tidak manusiawi.
"bau kau bilang ?" entah kekuatan dari mana, aku justru bisa berdiri sekarang dan balik menatap marah orang di hadapanku.
"lebih baik kau lupakan Dongwoon saja. Hidupmu masih panjang. Jangan menyerah."
Dia pikir dia siapa semudah itu menyuruhku melupakan orang yang kucintai. Dan apa itu? Wajah dinginnya sama sekali tidak cocok dengan kata-katanya yang seperti ahjumma-ahjumma sedang memberi nasihat anak orang.
Tapi kenapa ia berkata seperti itu. Jangan-jangan aku bersikap aneh tadi makanya Dongwoon pura-pura tidak menegnalku atau Dongwoon sudah punya pacar ? aku harus menanyakan itu padanya. Eh, kebanyakan berfikir aku jadi tidak menyadari namja itu sudah melangkah pergi kan.
"tunggu, apa kau tahu sesuatu tentang Dongwoon ?"
"kenapa kau menyuruhku melupakannya ? memangnya aku melakukan sesuatu yang dia benci ya ? atau dia sudah punya pacar ?"
"molla, aku hanya melihat kejadian tadi."
"jebal, aku hanya kenal Dongwoon di sini. Mana bisa aku melupakannya."
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bersikap sebodoh ini tapi ini semua demi Dongwoon. Demi dia aku rela memohon pada namja yang tidak ku kenal ini.
"apaan sih? Kenapa namja kampung seperti kau pegang-pegang Onew hyung sih."
"jinjja. Kau benar-benar keliling Seoul dengan dandanan seperti ini ? haha… "
Dua kalimat tadi berasal dari dua orang yang berjalan bersama namja yang disebut-sebut sebagai Onew hyung itu. Ah matta, itu namanya, Onew, aneh tapi menarik.
"aku mengerti bagaimana perasaanmu."
Ternyata namja bernama Onew ini baik juga.
"ikut denganku"
Tangan itu menarikku untuk beranjak dan entah karena apa pipiku memanas. Bagaimanapun Onew adalah namja yang tidak bisa disebut jelek. Ia benar-benar tampan dengan mata sabit dan kulit seputih tahu, aneh sekali aku mendeskripsikan orang seperti ini, haha…
"eh, dimana kita ini ?"
"ini salon kakakku. Tapi karena hari ini libur jadi kau nggak akan dipungut biaya,."
Tempat ini benar-benar menakjubkan. Aku tinggal di desa selama ini dan baru pertama kali aku ke tempat seperti ini, semuanya tampak begitu menyilaukan.
"lalu, apa yang akan kita lakukan di sini ?"
"sudah kuputuskan aku akan mengubah bentukmu."
"MWO ?"
"sudahlah, duduk saja. Jangan berontak atau kau nanti kena potong."
Aku ketakutan sekarang. Dulu nenekku pernah berkata kalau Seoul adalah tempat yang menakutkan. Orang-orang kota juga tidak pernah baik. Aku jadi menyesal datang ke kota ini, padahal aku sudah tau kalau akan begini jadinya. Pasti saat aku membuka mata nanti dandananku jadi aneh dan orang-orang itu akan semakin menertawakanku.
"ok, buka matamu."
Perlahan-lahan aku membuka mata. Terkesiap, bukan karena wajah aneh yang aku lihat di cermin. Aku sungguh tidak percaya apakah ini benar-benar diriku. Aku benar-benar terlihat sangat bagaimana mengatakannya, tampak berkilau. Rambutku terlihat sangat cocok dengan wajahku,
"ini gaya dandanan kesukaan Dongwoon"
"pertama kali melihatmu aku tahu kau nggak pernah berdandan. Nah, karena kau masih pemula, kupikir akan lebih cepat mempraktekannya langsung daripada cuma dijelaskan. Selanjutnya, yang perlu diperbaiki adalah gaya berpakaianmu, setelah itu semuanya pasti sempurna."
"ini aku ?"
Rasanya aku masih tidak percaya, seperti mimpi.
"ne. ah iya miane. Mau kau lupakan atau tidak, nggak sepantasnya kata-kata itu keluar dari mulutku. Karena itu lebih baik kau bicara pada Dongwoon sekali lagi. Ini adalah permintaan maafku karena sudah bilang yang aneh-aneh."
Aku terdiam mendengar perkataannya. Selama ini aku pikir orang kota terutama Seoul sama sekali tak punya perasaan tapi Onew berbeda. Aku tahu meski dia terkesan dingin tapi kalimat barusan tulus dari hatinya. Ah bodohnya, aku bahkan lupa belum memperkenalkan diriku pada namja yang telah membantuku ini.
"A… Key imnida. mulai besok aku akan sekolah di SM High School kelas 1-4. Kalau kau ?"
"aku Lee Jinki tapi temanku lebih banyak memanggil Onew. Kebetulan sekali, kita sekelas."
"iye? Onew shi kelasnya sama ?"
Ini pasti takdir, aku berangkat sendirian ke kota besar ini kemudian Tuhan mengirimkan orang baik yang sekelas denganku agar aku tidak sendiri.
"ehm… bolehkah kalau aku menganggapmu temanku?"
"bo… boleh kok ."
Onew pasti tidak bisa menolak pesonaku, aku sudah memasang kitty eyes 1000 watt ini.
"sungguh ? khamsahamnida. Ah, terimalah ini. Ini adalah acar buatanku, meskipun baunya sedikit aneh tapi rasanya enak kok."
Syukurlah, aku benar-benar bersyukur sudah bisa bertemu dengan Onew. Karena itu Key, Hwaiting ! Meskipun pada awalnya aku mengalami sedikit masalah. Tapi sekarang aku merasa kehidupanku di Seoul akan berjalan lancar, dan itu semua berkat dia.
"daebak, padahal kemarin Dongwoon berkata dia tidak mengenaliku tapi hari ini dia bilang lama nggak ketemu ya, dan besok kita janji akan makan bekal bersama."
"ini semua berkat Onew shi, gomawo."
"gwenchana."
"aku kaget loh ternyata kau terkenal sekali yah. Mau bicara denganmu saja susah banget. Banyak sekali kerumunan gadis yang mendekatimu jadi suaraku tidak terdengar."
"tapi aku tahu kok kenapa semua ingin dekat denganmu. Habisnya kau baik dan keren."
Tanpa sadar aku jadi banyak bicara. Entahlah hatiku rasanya bahagia sekali terus berbicara dengan Onew. Yah meski namja itu hanya menjawab sepatah dua patah kata sebagai balasan.
Tiba-tiba Onew menyentuh rambutku, mengembalikannya di belakang telinga.
"dari tadi kau makan rambutmu." Onew tersenyum, senyum termanis yang pernah kulihat.
"ah iya mungkin gara-gara aku terlalu banyak bicara." Kenapa aku tiba-tiba merasa malu.
"ternyata acar yang kau beri kemarin enak."
" yang benar? Oh ya, aku besok juga akan membawakan Dongwoon bekal, sebenarnya acar itu adalah makanan kesukaannya."
"anu, kupikir kau juga tahu kalau kau ingin dekat dengan Dongwoon kita tidak boleh sedekat ini lagi."
"bukannya aku tidak mau mengobrol denganmu tapi kalau Dongwoon melihat kita seperti ini dia bisa berprasangka buruk."
Aku melihat Onew berjalan menjauh, dan hatiku menjadi sangat sakit bahkan melebihi saat Dongwoon menolak kedatanganku.
"ini semua kau yang buat Key ?"
"i…iya." Orang pasti mengira aku gagap karena gugup. Tapi bukan, aku merasa bingung, aku tidak sebahagia ketika makan bekal bersama Onew, padahal saat ini aku sedang bersama Dongwoon, orang yang aku cintai.
Kenapa aku jadi begini? semuanya sudah berjalan dengan sempurna. Akhirnya aku juga bisa dekat dengan Dongwoon tapi kenapa rasanya hatiku …
"Key… acarnya biarkan saja. Sekarang mari kita lakukan yang seharusnya orang dewasa lakukan."
Aku takut, Dongwoon memojokkanku ke dinding, ia terus dan terus mendekat, aku tau ini tidak berarti baik. Aku seharusnya tau kalau Dongwoon sudah jauh berubah, ia sudah tidak seperti anak manis yang dulu lagi.
Kini apa yang bisa kulakukan? Dongwoon sengaja memilih tempat yang sepi dan tidak akan ada yang mendengarku meminta tolong. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil gemetar ketakutan.
"Dongwoon ah, jebal. Kau jangan bersikap yang aneh-aneh."
"YANG ANEH ITU KAU." Aku bisa menghela nafas sekarang karena Dongwoon akhirnya kembali ke tempat duduknya semula.
"apa maksudmu ?"
"kita ini sudah SMA. Jangan terus bersikap seperti anak-anak . penampilan luarnya saja yang berubah. Kalau kau terus seperti ini mana bisa punya pacar. Sebenarnya kau belum punya teman juga kan? Aku nggak pernah lihat kau mengobrol dengan seseorang."
"ada kok" aku teringat Onew, dia harusnya sudah pantas disebut teman kan? Kami bahkan lebih dekat daripada aku dengan Dongwoon saat ini.
"Mwo? Kau hanya mengarang cerita saja kan. Haha… kasian sekali. Memang siapa yang mau berteman denganmu hah?" Dongwoon kembali mendekatkan tubuhnya padaku. Ini serius, ia hampir menciumku sebelum …
BRAK ….
"aku orangnya."
Onew, namja itu muncul dan mendorong jatuh tubuh Dongwoon menjauh dari tubuhku.
"ayo pergi. Masih terlalu cepat buatmu untuk mencapai tahap ini." Onew mengulurkan tangannya padaku.
"YAH, kau cuma temannya kan? Namja itu jelas-jelas suka padaku." Aku jadi berharap tidak pernah suka pada orang macam Dongwoon sekarang.
"AKU INI BUKAN TEMANNYA TAPI PACARNYA, PUAS?"
Aku tidak mengerti apa maksud Onew. Sebenarnya setelah itu ia sempat menjelaskan padaku tentang pernyataannya tadi di hadapan Dongwoon, tapi aku tidak terlalu mendengarkan karena hanya suara debaran jantungku yang terdengar lebih keras dan bergema di kepalaku.
TBC...
