Behind The Door
Park Chanyeol x Byun Baekhyun
Chanbaek — Genderswitch
Disclaimer: I only own the plot. All casts belong to God. Apabila ada kesamaan plot dan tokoh itu hanya kebetulan saja.
Rated: M
Length: Chaptered
Don't like, don't read. Please help yourself to close the tab if you hate it.
-
-
-
-
-
-
Banyak orang bilang, tidak ada yang sempurna. Ya, memang benar. Tapi yang mendekati sempurna tentu ada, Baekhyun salah satunya. Parasnya ayu, dengan tubuh ramping dan sexy— meskipun mungil, Baekhyun terlihat sangat menggairahkan. Tak hanya secara fisik, Baekhyun yang sejatinya seorang CEO sebuah perusahaan busana nyatanya terkenal dengan hatinya yang lembut dan begitu baik. Semua orang diperusahaannya tahu, wanita berusia 25 tahun itu sangat di hargai bukan hanya oleh karyawannya, melainkan juga nyaris oleh seluruh manusia yang bernafas di Korea. Menjadi pemegang tahta tertinggi diperusahaan busana, berarti Baekhyun menjadi desainer utama yang karyanya selalu dicintai oleh para penggemarnya. Selain itu, dia memiliki sebuah yayasan sosial yang menyempurnakan pribadinya. Jika kita berbicara tentang kesempurnaan dalam skala dilambangkan dengan 100 maka kehidupan Baekhyun layak mendapat 98. Sukses di usia yang masih terbilang muda, dicintai oleh banyak orang, memiliki jiwa sosial yang tinggi, Baekhyun tentu dengan mudah membahagiakan orang lain dengan segala yang ia punya. 2% hal yang belum mampu melengkapinya adalah kebahagiaannya sendiri. Bagaimana tidak? Di zaman yang serba modern ini, Baekhyun masih terjebak perjodohan yang membuat Baekhyun harus menyandang gelar Nyonya Nam, istri dari pebisnis muda Nam Joohyuk. Kalau saja pernikahan itu didasari oleh cinta, mungkin Baekhyun patut bangga karena dia akan menjadi salah satu orang paling Bahagia didunia. Namun sayangnya, selama 3 tahun pernikahan mereka, tidak ada perasaan apapun yang tumbuh dalam hatinya. Bukan. Bukan karena Joohyuk buruk rupa— pria itu, daripada seorang CEO dia lebih layak menjadi seorang model karena wajahnya yang terpahat indah bersaing dengan dewa yunani. Tubuhnya atletis, rahangnya kokoh, mampu meluluhkan hati banyak wanita diluar sana. Dia, pewaris satu-satunya kerajaan perusahaan Nam yang sudah populer dengan merajai industri pertelevisian di Korea, Nam Vision. Namun, bukan lelaki seperti itu yang Baekhyun ingin nikahi. Soal materi, Baekhyun punya segalanya. Dia bukan wanita manja yang hanya ingin mengandalkan suaminya untuk memenuhi kebutuhan khas wanitanya. Baekhyun berbeda. Disaat hidup menawarkan kemudahan dan kemewahan secara instan, Baekhyun lebih memilih merangkak dengan kakinya sendiri.
Lalu bagaimana dengan lelaki itu? Apakah Joohyuk mencintainya? Jawabannya, ya. Meskipun sampai saat ini dia juga masih berhubungan dengan kekasihnya— Lee Sunkyung. Namun, seiring berjalannya waktu, Joohyuk menaruh hati kepada Baekhyun diluar fakta bahwa jangankan berhubungan suami-istri, pelukan Baekhyun saja belum pernah ia cicipi. Wanita itu selalu memasang tembok tinggi antara dirinya dan sang suami. Dia tidak pernah terlihat peduli, jangankan menyiapkan makanan untuk suaminya, menegurnya saja Baekhyun seperti tidak punya waktu. Kebenciannya kepada lelaki itu sudah mengakar, karena ia menganggap lelaki itu menghancurkan kehidupannya. Ketika perjodohan itu dicetuskan, Baekhyun tahu jika Joohyuk sudah mempunyai kekasih, dan dia cukup percaya diri jika Joohyuk akan menolaknya mentah-mentah. Namun ketika melihat lelaki itu justru tersenyum dan berkata 'ya', Baekhyun bahkan tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. Bagaimana bisa seorang lelaki bersedia menikahi wanita yang baru saja mengalami skandal sex? Dia bisa saja pergi bahkan lari ketika mendengar alasan perjodohan ini karena toh dia punya kekasih yang sangat dicintainya daripada mengangguk dan tersenyum seperti orang bodoh untuk menyetujui perjodohan yang didasari oleh rasa iba keluarga Joohyuk kepada ayah Baekhyun. Apa kau berfikir Baekhyun diam saja? Tentu tidak. Wanita itu nyaris meraung kepada ayahnya yang duduk termenung memikirkan image perusahaannya. Ya, kala itu berita tentang hal yang terjadi pada Baekhyun menjadi headline disurat kabar, dimana Baekhyun tertangkap camera dengan disetubuhi oleh pria yang hingga saat ini belum diketahui siapa. Baekhyun, wanita itu mengalami trauma hebat, bukan karena apa yang sudah dia alami, namun lebih kepada karena dia tahu siapa pelakunya.
Adalah Park Chanyeol, temannya semasa kuliah dulu. Mereka belajar pada bidang studi yang berbeda namun mereka sering bertemu dalam club musik universitas. Malam itu adalah pesta kelulusannya, alkohol adalah pemeran utamanya. Semuanya terjadi begitu saja. Bagaimana Baekhyun tidak berdaya ketika Chanyeol menyeretnya keluar dari Bar dan berakhir bercinta di samping mobil sang pria. Keadaan yang sepi membuat Chanyeol dibutakan oleh nafsu, tanpa menyadari seseorang dibelakangnya merekam apa yang dia lakukan kepada Baekhyun. Namun berkat dewi fortuna, tidak ada seorangpun yang mengenalinya. Itulah kenapa Chanyeol bisa hidup dengan tenang hingga saat ini di Amerika. Pria jangkung itu, tidak pernah tau kepergiannya untuk melanjutkan S2, meninggalkan cerita.
-
-
-
-
-
"Eonnie, bisakah kau membantuku?", Baekhyun berbicara dengan sebuah ponsel tertempel di telinganya. Badannya ia sandarkan kebelakang sementara tangan kirinya memijit pelipis kepalanya.
"Tentu, katakan sayang." Minseok, asisten pribadinya, sekaligus ibu peri-nya selalu menawarkan diri untuk membantu Baekhyun mengurai beban pikiran.
"Aku.. butuh pengacara." Suaranya terdengar ragu, seperti berfikir apakah ini akan berhasil atau gagal lagi?
"Seharusnya pengadilan merasa bosan melihatmu. Kenapa mereka tidak mengabulkan saja permohonan perceraianmu? Mereka sungguh keterlaluan." Baekhyun terkekeh mendengar Minseok menggerutu diujung telepon.
"Joohyuk melakukan segala cara untuk mempertahankanku, Eonnie."
"Tapi tidak dengan membayar seluruh pengacaramu agar berpihak kepadanya saat mediasi."
"Aku tahu, oleh karena itu, carikan aku pengacara yang tidak akan menghianatiku." Wanita mungil itu memejamkan matanya sesaat kemudian membukanya kembali dan menatap keluar jendela, dimana pemandangan kota Seoul terpampang disana.
"Baiklah, aku akan meminta bantuan kepada Jongdae. Apa kau sudah menerima kabar dari Sehun?" Minseok terdengar ragu saat mengatakannya. Dia tahu, Baekhyun sudah menunggu kabar dari pria pucat itu dari sebulan yang lalu.
"Belum, kakakku yang bodoh masih mengasingkan diri karena patah hati. Wanita bernama Krystal Jung itu memang keterlaluan." Baekhyun menghela nafasnya lelah. Dia sungguh merindukan kakak lelakinya yang hanya terpaut usia 2 tahun darinya. Sebulan yang lalu, Sehun mengundurkan diri dari perusahaan ayahnya dan pergi menyendiri entah kemana karena patah hati. Seharusnya tanggal 20 bulan ini, pria itu akan menikahi wanita yang telah menjadi kekasihnya selama 5 tahun. Namun tepat sebulan sebelum pernikahannya, Sehun harus menelan impiannya untuk mengakhiri masa lajangnya lantaran malam itu, ia melihat Krystal bercinta dengan seorang pria, didepan mata kepalanya.
"Aku yakin dia baik, Baek. Dia hanya butuh ketenangan. Hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk memikirkan dunia untuk ia berikan kepada keluarga dan cinta pertamanya itu, tapi takdir memang tidak bersamanya."
"Kau benar. Oppa bahkan menemaniku tidur ketika hari pernikahanku dengan Joohyuk hanya karena dia tidak mau adiknya ini diperlakukan dengan buruk. Dia melakukan apapun, untukku." Air matanya nyaris jatuh. Kenangan antara Sehun dan dirinya selalu menjadi umpan yang jitu untuk membuat simungil menangis. Karena setelah kepergian ibunya, 15 tahun yang lalu, hanya Sehun yang menjadi sandarannya. Ayahnya? Pria itu tidak menaruh peduli sama sekali kepada buah hatinya.
"Jangan menangis Baekhyun. Aku tidak berada disana untuk menghapus ingusmu itu."
"Eonnieeeeee~" dia merengek. Sudah dikatakan kan Minseok adalah ibu peri-nya. Meskipun usianya hanya 3 tahun diatas Baekhyun namun dia kadang memposisikan dirinya sebagai ibu si manja.
"Lusa aku akan pulang. Dan aku pastikan aku sudah megantongi nama pengacara untukmu. Daemin masih panas, aku tidak mungkin membawanya pulang sekarang."
"Aku mengerti eonnie. Terimakasih sudah menjadi ibu periku dan katakan pada Daemin untuk lekas sembuh, aku akan membuatkan brownies kesukaannya ketika dia sampai nanti." Kedekatan antara Baekhyun dan Daemin memang sudah menjadi rahasia umum. Putra sulung Minseok dan Jongdae itu begitu menyukai Baekhyun bahkan kadang dia memanggil Baekhyun sebagai ibu kedua.
"Baiklah. Aku tutup telponnya. Jangan merengek dan jangan membuat ulah saat aku tidak disana. Dan katakan padanya, kami merindukannya dan ingin segera bertemu." Minseok berujar dengan sangat tenang, membuat Baekhyun menegang mendengarnya.
"Aku mengerti eonnie, dia juga merindukanmu." Wanita itu tersenyum kecil membayangkan sosok yang sedang mereka bicarakan sebelum menutup telponnya.
-
-
-
-
-
Suasana bandara John F. Kennedy pagi itu sangat ramai. Ini musim panas, jadi wajar banyak sekali pendatang ataupun orang Amerika yang bersiap untuk pergi berlibur. Sepintas, mereka terlihat sibuk dengan urusannya sendiri, meskipun begitu, rona bahagia tampak membingkai wajah mereka. Tak terkecuali senyum kecil yang sejak tadi diuntai oleh pria jangkung yang memakai jas berwarna abu-abu dengan dalaman kaos hitam polos yang dipadukan dengan celana bahan warna senada dengan jasnya. Pria itu, Park Chanyeol, nampak begitu bahagia untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah menyelesaikan studinya dibidang hukum di The Yale Law School satu tahun yang lalu. Sementara setahun belakangan ini, Chanyeol mencoba mencari pengalaman dalam menangani kasus-kasus disana. Sebagian besar adalah kasus perceraian dengan masalah yang rumit. Chanyeol mendengus pelan mengingat pekerjaannya selama ini, dia berkali-kali membantu perpisahan orang lain sementara dirinya sendiri, belum sekalipun mengecap indahnya pernikahan. Namun disinilah dia sekarang, dengan segala pelajaran dan pengalaman yang ia punya, dia berharap untuk bisa berkarir di negaranya sendiri. Selain itu, dia punya tujuan lain, yaitu untuk menemukan keping hatinya yang pernah hilang. Matanya menerawang jauh kedepan, menembus lalu lalang orang-orang yang bergegas menuju pintu keberangkatan. Ketika, mendengar pengumuman tentang pesawatnya yang akan segera diberangkatkan, Chanyeol bangkit dari duduknya, senyumnya masih belum luntur tatkala bibirnya menggumam pelan,
"Baekhyun, aku pulang."
-
-
-
-
-
-
Baekhyun berjalan tergesa menuju apartementnya. Luhan baru saja menelponnya dan suaranya terdengar sangat khawatir. Oleh karena itu Baekhyun memutuskan untuk pulang tanpa menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Persetan dengan deadline pagelarannya, yang terpenting baginya sekarang adalah balita berusia dua tahun yang sedang mengalami demam tinggi dan sepertinya sedang dikamarnya.
"Byeol! Sayang?" Baekhyun nyaris berteriak ketika dia berhasil membuka pintu apartementnya. Kaki mungilnya setengah berlari ketika dia tidak mendapatkan jawaban dari putri kecilnya. Nafasnya tersendat saat dia membuka pintu kamar B atau Byeol, dan nememukan putrinya sedang tertidur lelap dengan luhan terduduk disampingnya. Wanita berkebangsaan China itu menoleh dan bergegas berdiri dari tempatnya, mecoba memberikan Baekhyun ruang untuk mendekati buah hatinya.
"Sayang, ini mama." Baekhyun bersimpuh disamping ranjang berwarna pink itu. Tangan terulur untuk mengusap rambut B yang hitam legam seperti miliknya. Gadisnya, mewarisi 90% wajah sang Papa. Dari hidungnya, matanya, bahkan bibirnya. Satu-satunya yang Baekhyun warisi adalah sifat periangnya dan juga senyum manisnya.
"Dia tiba-tiba merengek ketika bangun tidur siang. Aku pikir hanya merasa lapar. Namun dia justru menangis dan terus mencarimu. Badannya juga mulai panas, makanya aku panik dan langsung menelponmu," Luhan mencoba membuka suara sebelum Baekhyun memintanya. Luhan adalah sahabat Baekhyun yang baru saja kembali dari China dua bulan yang lalu. Wanita cantik itu diminta Baekhyun untuk tinggal bersamanya— mengingat Luhan sudah tidak mempunyai siapapun saat ini dan dia menyetujuinya dengan catatan Baekhyun harus memberhentikan pengasuh Byeol karena Luhan yang akan membantuya mengurusi bayi cantik itu selama Baekhyun bekerja. Bukan karena Luhan seorang pengangguran, tapi selama di China dia bekerja sebagai seorang desainer interior untuk sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, jadi ketika ia memutuskan untuk kembali ke Korea setelah orang tuanya tiada dan perebutan warisan keluarga Xi itu selesai, maka Luhan memilih untuk menghandle pekerjaannya melalui email sehingga ia hanya akan menghabiskan waktunya dirumah.
"Mungkin dia hanya kelelahan, kemarin aku membawanya pergi sehari penuh." Tukas Baekhyun dengan raut wajah sedih, menyesali tindakannya kemarin yang membawa Byeol jalan-jalan berdua dan baru kembali pukul 8 malam.
"Biasanya, bayi yang demam begitu karena merindukan orang tuanya."
"Aku disini, Luhan. Orang tua mana yang dia rindukan?" Wanita mungil itu terkekeh pelan seraya mencium pipi gembil milik Byeol.
"Kau melupakan fakta bahwa gadismu memiliki orang tua lain yang biasa dipanggil Papa." Luhan tau segalanya. Tentang Chanyeol. Tentang perjodohan konyolnya. Dan tentang kehidupan Baekhyun.
Punggung itu menengang mendengar ucapan Luhan barusan, namun secepat kilat ia berusaha menutupi ketegangannya dengan menggeleng pelan,
"Tidak. Dia bahkan tidak tau dia memiliki seorang ayah." Byeol menggeliat dalam tidurnya merasakan tekanan yang teratur pada pipi sebelah kanannya.
"Katakan aku konyol, but— I'm sure he's coming back."
"Luhan ini hanya demam biasa. Semua balita mengalaminya bahkan kita yang sudah tua sekalipun. Tidak ada hubungannya dengan lelaki itu."
"Namanya Chanyeol, Baekhyun. Begitulah harusnya kau menyebut ayah dari putri kecilmu." Luhan berkata dengan gemas, tidak habis pikir dengan Baekhyun yang sepertinya masih menyimpan ketakutan akan sosok Chanyeol. Padahal dia sendiri menyadari, Chanyeol pasti tidak pernah tau tentang kehamilannya dan meragukan bahwa Chanyeol ingat dengan apa yang dulu pernah dilakukannya. Itu hanya one night stand saat dalam keadaan mabuk, lalu apa yang harus Baekhyun harapkan?
"Sekalipun dia kembali—"
"Dia pasti kembali." Sergah Luhan seraya duduk disamping Baekhyun yang masih setia bersimpuh dihadapan Byeol. Baekhyun melirik kesal sebelum akhirnya mengistirahatkan kepalanya dipinggir ranjang lucu putrinya.
"Sekalipun dia kembali, aku tidak yakin kami akan bertemu. Dia tidak pernah tau aku hamil karenanya. Jadi mana mungkin dia mencariku?"
"Kalau begitu buat dia tau tentang Byeol."
"Luhan–" sekali lagi ucapan Baekhyun dipotong oleh Luhan yang sekarang sudah menghadap kearahnya dengan telapak tangan menempel dibibir Baekhyun.
"Dengar, aku tau kau mampu membiayainya, Baek. Kau ibu yang hebat, aku tau kau akan melakukan segalanya untuk Byeol. Tapi, dia tetaplah seorang anak yang butuh seorang ayah. Aku mengerti kau juga menyimpan trauma tentang figur ayah karena mendiang ayahmu banyak melakukan kesalahan, tapi tidak semua figur ayah seperti itu." Luhan mengalihkan kedua tangannya untuk menggenggam tangan Baekhyun, mencoba menguatkan wanita rapuh dihadapannya yang mulai menunduk dalam. Tidak ada isakan, tapi Luhan yakin Baekhyun tengah menangis saat ini.
"A-aku.. Aku hanya tidak ingin putriku terluka Luhan." Airmatanya mengalir begitu saja tanpa bisa ditahan lagi. Suaranya berubah bergetar dan sarat akan tekanan. Wanita ini terlalu lama memendam segalanya.
"Aku mengerti. Tapi putrimu butuh sosok ayahnya. Setidaknya, ketika dia dewasa nanti dia tau jika dia sama seperti teman-temannya yang lain, memiliki orang tua yang utuh."
"Tapi Chanyeol tidak mencintaiku,"
"Aku tidak mengatakan dia mencintaimu, atau sebaliknya. Aku hanya menyarankan, beri tau Chanyeol tentang keberadaan darah dagingnya. Kalian tidak perlu menikah untuk mengurus Byeol bersama-sama. Tunggu–" mata Luhan memicing seketika, membuat Baekhyun mengernyit bingung dengan ekspresi sahabatnya.
"Kau mencitai Chanyeol?!" Wanita China itu memekik dan menggelengkan kepalanya tidak percaya. Sementara Baekhyun mulai mengubah ekspresinya menjadi datar. Terkadang memiliki teman yang berlebihan dalam bereaksi sungguh membuat Baekhyun jengkel.
"Tidak. Kami hanya teman satu club dulu. Tidak melibatkan perasaan apapun." Jawab si mungil dengan nada malas.
"Kau yakin?"
"Seratus persen yakin. Bohong kalau aku tidak tertarik padanya, dia tampan– tapi aku sama sekali tidak menaruh perasaan apapun padanya."
"Baiklah, lalu bagaimana dengan Joohyuk?" Topik pembicaraan mereka kini berganti menjadi suami Baekhyun yang akhirnya tinggal sendiri dirumah mewahnya setelah ayah Baekhyun meninggal. Meskipun lelaki itu sering kali mencoba menghubunginya, Baekhyun tidak pernah berniat untuk menjawabnya. Dia juga merahasiakan keberadaannya saat ini. Hanya Minseok dan Luhan yang tau. Dia tidak ingin Joohyuk tau tentang Byeol yang ia sembunyikan selama ini. Dia tidak ingin putrinya diakui sebagai darah daging Joohyuk, itu akan sangat menyakitinya. Sepengetahuan Joohyuk, bayi yang dulu dikandung Baekhyun sudah meninggal. Karena pada waktu Baekhyun melahirkan, Joohyuk tidak disana. Dia berada di pulau jeju dengan kekasihnya. Baekhyun mengalami waktu yang sulit selama hampir dua tahun karena dia harus tinggal terpisah dengan putrinya yang dia asingkan di apartement yang mereka tempati saat ini bersama seorang pengasuh. Sesekali ia akan datang berkunjung setiap pulang kerja dan akan kembali kerumah mewahnya saat Byeol sudah tertidur.
"Aku benar-benar akan menceraikannya. Sudah cukup bermain-main seperti ini. Minseok eonnie akan membantuku mencari pengacara yang benar."
"Lelaki itu sungguh gila. Sudah punya kekasih tapi tidak mau menceraikanmu. Apa sebenarnya yang dia inginkan." Luhan bersungut-sungut ditempatnya, dari dulu, dia tidak pernah menyukai Joohyuk. Baginya, pria itu memiliki aura yang jahat. Baekhyun sendiri tau Luhan sedikit banyak sudah terkontaminasi drama Korea tapi dia enggan untuk membantah pikiran Luhan tentang Joohyuk saat itu.
"Sudahlah, Luhan. Aku yakin kali ini Minseok eonnie akan membawakan pengacara yang tepat untukku."
"Darimana kau tau?"
"Feeling saja." Jawab Baekhyun cuek kemudian bangkit dari duduknya. Ia mengambil tasnya dan berkata, "Aku ingin mandi dulu lalu bersiap untuk memasak. Apa yang kau inginkan untuk makan malam nanti, Lu?"
"Kupikir pasta cocok untuk makan malam kita? Aku akan menyiapkan bahannya selagi kau mandi."
"Baiklah." Baekhyun menunduk sebentar sebelum mengecup kening dan pipi bulat Byeol serta membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh putrinya.
-
-
-
-
-
-
Jongdae memencet bel apartement itu dengan tidak sabar. Sudah lima menit dia berdiri disana tapi tetap saja sang pemilik belum membukakan pintu dan memperlihatkan batang hidungnya. Adalah bel ke 27 yang Jongdae tekan hingga akhirnya pintu itu bergerak dan menampakkan sosok lelaki tampan dengan kain handuk melilit pinggangnya. Pria berwajah kotak itu nyaris menjatuhkan rahangnya sementara pria dihadapannya— Chanyeol justru tersenyum manis kepadanya.
"Ayo masuk!" Yang lebih tinggi menarik Jongdae dengan sedikit kencang membuat tubuh mereka nyaris bertubrukan. Jongdae mulai panik dan langsung menarik dirinya menjauh dari Chanyeol.
"Man, aku sudah menikah dan punya seorang anak. Dan istriku perempuan." Lelaki itu sengaja menekan kata perempuan sementara Chanyeol hanya mengernyit tidak mengerti.
"Aku tidak peduli," tukas Chanyeol singkat sebelum akhirnya pergi kekamar dan memakai baju santainya sebelum akhirnya kembali keruang tamu dan masih menemukan Jongdae dalam mode terkejut.
"Jongdae, kau baik?" Chanyeol berjalan mendekat seraya mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan teman masa kecilnya.
"STOP. Berhenti disana. Aku baik. Dan jangan sentuh aku. Demi Tuhan Chanyeol aku masih normal." Dengan langkah terburu dia mendudukkan badannya dikursi, wajahnya tampak waspada memandangi Chanyeol yang semakin dibuat bingung. Namun lelaki dengan tinggi 180cm itu memutuskan untuk duduk diseberang Jongdae dan secara teknis, mereka duduk berhadapan.
"Aku tidak mengerti dengan sikapmu, kau seperti takut padaku," Chanyeol berujar dengan ekspresi bingungnya, keningnya mengeryit sementara bibirnya sedikit berkerut dengan lucu. Kontras dengan tubuh atletis dan image cool-nya selama ini.
"Aku sudah mendengar gosip itu, Chanyeol. Aku akan mendukungmu sebagai sahabat tapi jangan jadikan aku mangsamu, oke?" Jongdae mencoba membuat kesepakatan sementara Chanyeol meledak dalam tawa. Sekarang dia mengerti kenapa Jongdae bersikap aneh kepadanya. Ternyata gosip tentangnya sudah menyebar luas sampai Korea.
Sambil masih berusaha meredakan tawanya Chanyeol berkata,
"Astaga, aku tidak tau darimana kau mendapatkan berita itu tapi bisa ku pastikan aku masih menyukai payudara wanita."
"Jadi?" Jongdae kini terlihat bingung, wajahnya nyaris melongo seperti anak kecil. Siapapun diluar sana pasti tidak percaya jika dia adalah seorang ayah dari bocah laki-laki berusia 3 tahun.
"Tentu saja itu hanya gosip. Benar aku pernah menangani kasus penyuka sesama jenis, tapi bukan berarti aku juga seperti itu." Dari ekor matanya, Chanyeol bisa melihat Jongdae menghela nafas lega yang sontak membuatnya mendengus keras.
"Kau bilang butuh bantuanku?" Tanya Chanyeol seraya bangkit untuk mengambil minum untuk tamunya. Sebagai seorang penyuka kopi, Chanyeol memiliki alat pembuat kopi yang lengkap di apartementnya, jadi tidak heran jika ia bisa menghidangkan minuman itu dengan cepat.
"Bukan aku, tapi bos dari istriku membutuhkan dampingan pengacara. Ku dengar kau sudah berpengalaman untuk hal yang satu ini." Jongdae menyambut kopi yang Chanyeol berikan sementara lelaki tinggi itu sudah kembali duduk dihadapannya.
"Perceraian? Apa kali ini masalahnya?" Chanyeol menyesap gelasnya sebelum akhirnya menatap Jongdae dengan serius.
"Hanya perjodohan konyol. Si wanita sudah berusaha menceraikannya tapi pihak pria selalu menyuap pengacara istrinya saat mediasi, sehingga perceraian itu selalu gagal." Jelasnya, kedua tangannya dia rapatkan untuk menyangga dagunya.
"Kenapa begitu? Apakah si pria mencintai istrinya sedangkan istrinya tidak?" Rupanya keahlian Chanyeol dalam membaca masalah bukan hanya isapan jempol belaka, lelaki itu sangat tanggap dan mampu menebak alur masalah dengan baik.
"Tepat sekali. Tapi ada hal bodoh lainnya yang perlu kau tau, suaminya memiliki kekasih yang sudah dikencaninya sebelum mereka dijodohkan."
"Memangnya istrinya semenarik itu sampai suaminya tidak mau melepaskannya?" Chanyeol menyandarkan punggungnya sementara tangannya dia lipat didepan dada. Sekilas gayanya terlihat angkuh, namun beginilah Park Chanyeol, pria yang sangat dominan.
"Well, aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali dan ya harus ku akui dia sangat cantik." Jongdae mengendikkan bahunya dan dihadiahi oleh tatapan mengintimidasi dari Chanyeol, salah satu alis pria itu naik sebelum bertanya,
"Kau tidak berencana mendekati wanita itu kan jika mereka sudah bercerai?"
"Demi Tuhan aku sangat mencintai istriku. Aku membantunya karna Minseok yang meminta padaku."
"Baiklah." Lelaki bermata bulat itu menghela nafas dalam dan berkata lagi, "Aku akan membantunya dan tidak akan menghianatinya seperti pengacaranya yang dulu. Dia berhak bahagia."
Jongdae mengangguk setuju sebelum akhirnya ikut menyandarkan tubuhnya lelah. Ia tau, Chanyeol dapat diandalkan, dia akan menjadi jaminannya. Meskipun Jongdae tidak terlalu paham apa saja yang dialami oleh bos istrinya itu, setidaknya Jongdae cukup paham tentang perjodohannya dan dia merasa benar untuk membantunya menyelesaikan masalah ini.
"Ngomong-ngomong siapa nama calon client-ku ini?" Chanyeol bertanya sembari membuka tabnya. Mulai menyusun rencana dan jadwalnya untuk kasus pertama setelah ia tiba diKorea. Matanya sempat melirik Jongdae sebentar sebelum akhirnya kembali fokus ke tab-nya lagi, namun pupil matanya seketika membesar lagi ketika dia mendengar Jongdae mengucapkan satu nama yang akan menjadi clientnya,
"Byun Baekhyun."
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC.
So, halo. FF ini genderswitch ya, dan saya gapernah memaksa siapapun untuk suka dan untuk baca, jadi jika kalian keberatan dengan jenis ff-nya yang GS silahkan close tabnya, hehe. Ini masih chapter 1, saya berencana membuat ini chaptered tapi tidak terlalu panjang (nggak sampai 10 chapter). Ff ini juga menandakan saya kembali ke dunia per-ff-an. Semoga kalian suka ya, dan berkenan untuk review. Terimakasih sebelumnya!
