The Sign
Main cast : Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo
Cast : Seventeen, BTS, EXO and others
Genre : Romance Mystery
Warning : Cerita ini mengandung unsur YAOI, kekerasan dan sadisme. Jadi kalau kalian tidak sanggup jangan memaksakan diri untuk lanjut y!.
Summary : Angka. Pola. Surat. Tanda teror kematian. Kepolisian berusaha memecahkan misteri ketiganya. Tidak ada bukti yang bisa mempermudah kerja mereka. "mereka" akan hilang pada tanggal yang sama dan ditemukan pada tanggal yang sama. Namun itu belum cukup untuk membuka simpul benang misteri ketiganya
...
...
...
...Happy Reading's...
Chapter 1
Kantor polisi Busan 07.00 AM 24 Desember 2016
Achimen moningkol pilsudeon naega
Oneuruen beonjjeok beonjjieok nuni tteonjiunga (Very Nice-Seventeen)
"Aishh...!." desisan terdengar dari balik komputer diatas meja tempat handphone tersebut berbunyi. Namja berseragam kepolisian yang terlihat berantakan, wajah lelah, kantung mata yang mulai menghitam. Memprihatinkan. Satu kata yang cocok untuk mengambarkan keadaan namja tersebut. Namja dengan rambut berwarna biru itu terlihat mulai memejamkan matanya sejenak sebelum tangan tannya mulai meraih handphone yang terus berbunyi diatas mejanya.
"Yeobseoyo." Gigi taring terlihat menyembul ketika namja itu berbicara. Mata tajamnya tiba-tiba terbuka lebar, terkejut mendengar suara orang yang berbicara dengannya dari seberang telepon.
BRAAKKK
"A-AP-APA?" Suara teriakan dan benturan kursi mampu membuat satu-satunya orang yang berada diruangan tersebut mengalihkan atensinya pada sang pelaku dengan tatapan bertanya-tanya.
"Mingyu-ya? Wae?" tanya orang yang berada disebelah mejanya sambil melihat kearah namja yang dipanggil Mingyu tadi. Bukannya menjawab, Mingyu hanya mengangkat sebelah tangannya memberi tanda'tunggu sebentar'. Namja dengan warna rambut coklat pirang yang ada disebelah Mingyu menaikan sebelah alis, mata setajam elang itu tidak mengalihkan pandangannya dari Mingyu yang terlihat serius berbicara.
"Aku akan segera kesana." Ucap Mingyu cepat. " Wonwoo hyung kita pergi sekarang, ." Ucapnya kepada namja yang dari tadi hanya menatapnya bingung sambil meraih kunci mobil dan mulai berlari keluar. Wonwoo hanya diam tanpa berniat bergerak mengejar Mingyu.
"HYUNG PALLIWA!" teriakan Mingyu terdengar dari luar ruangan. Wonwoo mulai beranjak dari balik mejanya dengan gerakan buru-buru, tidak lupa membawa handphone dan pistol yang ada diatas mejanya. 'kenapa Mingyu buru-buru sekali? Apakah ada kasus baru?' iner Wonwoo bertanya-tanya.
Setelah memasang sirine polisi dimobil dan Wonwoo masuk dengan wajah bingungnya, Mingyu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Walaupun terburu-buru setidaknya dia tidak akan melanggar aturan.
"Mingyu-ya, ada apa?" tanya Wonwoo sambil menatap Mingyu dengan mata elangnya.
"Seokmin hyung dan Vernon menemukan kantong plastik dipinggir sungai Nakdong. Kantong plastik itu berisi Mayat yeoja dengan keadaan yang mengenaskan" Ujar Mingyu tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "aku tidak tahu bagaimana keadaan mayat itu yang sebenarnya, tapi Seokmin hyung bilang sangat mengenaskan. Bahkan Vernon dan Soonyoung hyung hampir muntah melihatnya." Jelas Mingyu. Wonwoo membulatkan mata elangnya mendengarkan penuturan Mingyu.
"Well, jika Vernon dan Soonyoung sampai seperti itu berarti memang mengenaskan." Ucap Wonwoo lalu menelan ludahnya kasar.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi. Mereka menyiapkan mentalnya masing-masing untuk nanti. Walaupun mereka detektif yang sudah memecahkan banyak kasus pembunahan tapi mereka masih belum terbiasa melihat kasus pembunuhan sadis. 20 menit dalam keheningan mereka sampai di TKP yang sudah diberi garis polisi. Banyak polisi maupun tim forensik terlihat. Mereka berdua dengan cepat keluar menuju ke pinggir sungai Nakdong.
" Detektif Kim"/"Detektif Jeon" ucap mereka seraya memperlihatkan tanda pengenal kepada polisi yang menjaga. Setelah melewati garis polisi, mereka sedikit berlari ke pinggiran sungai Nakdong. Mereka melihat kantong plastik hitam yang sedang dikelilingi oleh tim Forensik, dan terlihat lalat beterbangan disekitar kantong plastik yang sudah terbuka itu. Mingyu dan Wonwoo mendekati Seokmin dan yang lainnya. Mereka berdiri tidak jauh dari salah satu tim forensik. Itu Jihoon. Jihoon dan Seokmin sedang berbicara, disebelahnya Soonyoung, Vernon nampak menahan mual, lalu ada Junhui yang nampak termenung melihat kearah kantong plastik hitam itu sesekali dia ikut menanggapi percakapan Jihoon dan Seokmin. Mingyu dan Wonwoo belum sempat melihat bagaimana bentuk jasad korban. Setelah mereka mulai dekat dengan tempat berdiri rekan-rekannya , mereka mulai mencium bau yang tidak sedap yang berasal dari kantong plastik hitam itu.
"Song Ji hyo. Dinyatakan hilang pada tanggal 16 desember. Terakhir kali terlihat dia pulang bersama dengan teman-temannya tanggal 16 desember. Mereka pulang bersama-sama lalu berpisah sekitar jam 10 malam. Pada tanggal 17 dia dinyatakan menghilang. Teman-teman sekantornya datang ke rumah korban untuk menanyakan perihal tidak masuk ke kantor hari itu namun keadaan rumah korban gelap. Mereka mencoba masuk dengan mendobrak pintu namun dia tidak ada dirumah, setelahnya mereka melaporkan ke pihak kepolisian, tujuh hari setelahnya dia ditemukan dengan keadaan tanpa nyawa." Seokmin membacakan kertas yang ada ditangannya. Wonwoo dan Mingyu menganggukan kepalanya mengerti. "Korban ditemukan pertama kali oleh seorang mahasiswi, dan saksi itu mengalami shock. Dia jogging melewati tempat ini bersama dengan anjingnya. Tiba-tiba anjingnya berlari kearah kantong plastik ini dan mulai menggonggong. Lalu dia mendekati anjing itu dan terkejut ketika melihat ada jari-jari yang keluar dari dalam kantong plastik. Kemungkinan anjingnya tidak sengaja menggigit kantong plastik itu, saksi yang terkejut langsung berteriak dan berlari kearah jalan. Kebetulan kami berempat sedang berpatroli disekitar sini, dan melihat saksi berteriak dan berlari dari bawah sini. Ketika ditanya dia menunjuk tempat ini sambil menangis." Jelas Seokmin lagi.
Setelah mendengar sedikit penjelasan dari Seokmin, Mingyu dan Wonwoo yang penasaran berniat mendekat untuk melihat keadaan mayat, mereka menggunakan sarung tangan dan masker lalu mendekati kantong plastik berisi mayat itu. Mereka dapat melihat sedikit bagaimana keadaan mayat korban. Didalam kantong plastik berukuran sedang itu, terlihat kepala yang sudah putus dari badannya, keadaan korban sungguh mengenaskan. Wonwoo yakin anggota badannya tidak melekat dengan sempurna lagi, dilihat seberapa besar kantong plastik itu. Kantong itu hanya akan muat jika badannya sudah dipotong. Didahinya terdapat ukiran angka 96 atau semacamnya.
"Hey.. Mingyu-Ya, kau lihat itu. Di dahi korban ada angka 96. Apa maksudnya?. Apa mungkin ini adalah korban yang ke 96?" tanya Wonwoo pada Mingyu yang juga ikut memperhatikan keadaan mayat.
"Ntahlah hyung, aku tak ingat ada pembunuhan seperti ini sebelumnya. Tidak mungkin kasus besar seperti ini tidak diketahui sampai korban yang ke-96." Jawab Mingyu seraya mengingat-ngingat kasus-kasus sebelumnya.
"Benar juga. Apakah ada keanehan atau tanda lainnya dari tubuh korban, Jihoon-ah?" tanya Wonwoo lagi kali ini kepada Jihoon yang sudah selesai mengamati dan memberi perintah untuk mulai mengevakuasi potongan tubuh korban.
"Seperti yang bisa kalian lihat hyung, selain tubuhnya yang terpotong-potong dan angka didahinya aku belum menemukan keanehan lainnya. Keadaannya yang sudah mulai busuk itu membuat kami harus cepat memindahkan mayat korban ke rumah sakit. Aku akan menghubungi kalian jika hasil autopsinya sudah keluar. Aku pergi dulu" Jelas jihoon seraya pergi dari tempat itu setelah mayat korban diangkut ke ambulance. Mingyu dan Wonwoo juga kembali ke arah rekan-rekannya.
"Bagaimana hyung? Apa ada bukti atau apapun tertinggal di TKP ?" Tanya Mingyu pada Seokmin. Seokmin melirik sebentar pada Mingyu, lalu menyerahkan kertas investigasi sementara pada Mingyu. Wonwoo mendekat kearah Mingyu ikut melihat kertas yang diserahkan Seokmin. Dahi keduanya terlihat mengkerut, membaca kata-kata yang tertulis menggunakan pena merah itu.
"Bagaimana bisa tidak ada satupun bukti yang tertinggal di TKP.?" Tanya Wonwoo pada rekan-rekannya.
"Benar. Sepintar atau sehebat seorang pembunuh setidaknya meninggalkan jejak. Ntah itu di lokasi ataupun di tubuh korban, benarkan?" ujar Vernon dengan wajah yang masih pucat.
"Bagaimana dengan tanggal dia dinyatakan hilang dan jarak hari ketika dia ditemukan?" tanya Mingyu "Bukankan itu bisa kita jadikan sebagai tanda juga?" tanya Mingyu lagi pada yang lain.
"Sebaiknya kita lanjutkan ini semua di kantor. Aku mulai mual lagi" Ucap Soonyoung yang mulai beranjak dari tempatnya berdiri sambil menutup mulutnya dengan tangan menahan mual. Melihat Soonyoung pergi kearah mobil patroli, Vernon dan Seokmin mulai mengikutinya karena takut ditinggal.
"Aku ikut kalian ya. Kalian pulang ke kantor kan?" tanya Junhui yang dari tadi bertingkah aneh sambil menatap tempat ditemukannya mayat korban tanpa berkedip. Wonwoo yang sempat melihat tingkah diam Junhui hanya mengangkat alisnya. Merasa aneh dengan tingkah Junhui hari ini. Tidak biasanya dia diam seperti itu. Wonwoo pikir dia hanya shock karena melihat mayat dengan keadaan seperti itu. Tapi setelah di lihat-lihat dia bukan shock atau semacamnya. Junhui hyung terlihat sedih, frustasi dan kehilangan dia juga melihat Junhui beberapa kali menghela napas berat ketika menatap kantong plastik itu. Wonwoo hanya mengangkat bahu tak acuh tanpa berniat bertanya dan mulai berjalan mendahului yang lain ke mobilnya.
"Hm. Ngomong-ngomong kenapa tidak ikut mereka saja,hyung?" tanya Mingyu seraya berjalan ke arah mobilnya. Mengikuti jejak Wonwoo yang sudah berjalan duluan.
"Wae ? Kalian tidak ingin pergi berkencankan?" Bukannya menjawab Junhui malah bertanya balik pada Mingyu dengan alis yang dinaikan turunkan dengan nada menggoda. Wonwoo segera membalikan badannya menatap Junhui tak suka, Junhui hanya cengengesan ditatap seperti itu oleh Wonwoo. Tidak ada lagi ekspresi frustasi diwajahnya, dia menjadi Junhui yang menyebalkan seperti biasanya. Kunci mobil yang di pegang Mingyu tiba-tiba terjatuh.
"Aisshhh... Kau bicara apa hyung? Memangnya aku dan Wonwoo hyung terlihat sedang menjalin hubungan spesial.?" Ucap Mingyu seraya membuka pintu kemudi, diikuti oleh Wonwoo dan Junhui.
"Kenapa kau terlihat tak suka. Lagipula semua orang beranggapan begitu. Kalian selalu berdua kemanapun. Bahkan kalian dijuluki pasangan jenius dari Tim Detektif. Kenapa kalian tidak mencoba untuk berkecan, siapa tahu kalian memang berjodoh. Kalian terlihat sangat serasi saat sedang mengerjakan kasus dan berjalan berdampingan." Jelas Junhui sambil menunduk mengambil handphonenya yang tidak sengaja terjatuh di lantai mobil. Mata elang Wonwoo tiba-tiba menoleh kebelakang, tangan putihnya melayang kearah badan Junhui yang sedang menunduk.
BUUUKKKK
"ARGHHH! YAAKKKK".
Bunyi punggung dan teriakan Junhui mengalun setelah tangan Wonwoo berhasil memukulnya dengan kekuatan dahsyat. Mingyu terkikik melihatnya. Kekuatan Wonwoo hyung memang tidak tertandingi jika sedang kesal, pikirnya. Lalu Mingyu mulai menjalankan mobilnya kearah kantor kepolisian tempat dia bertugas.
"WAEEEE?" bentak Wonwoo pada Junhui setelah mobil dijalankan oleh Mingyu.
"Kenapa kau memukulku?" Tanya Junhui yang masih mengelus punggungnya yang berdenyut sakit."Lagian aku hanya mengatakan apa yang aku dengar dari orang-orang dikantor." Sial, tepukan pemuda manis ini tidak main-main sakitnya.
"Jangan berbicara seolah-olah kau tahu semua tentangku dan Mingyu. Aku dan berandal kecil ini tidak ada hubungan apa-apa, hyung!." UcapWonwoo lalu memutar badannya menghadap dashboard sambil menggerutu. Menghiraukan erangan kesal dari Junhui karena punggungnya yang masih berdenyut-denyut pedih.
"Aku bukan berandal kecil hyung!" Protes Mingyu tak terima.
"Kau memang berandal dan kau juga masih kecil." Ujar Wonwoo tanpa menoleh kearah Mingyu.
"Tapi aku lebih tinggi darimu hyung." Kicauan protes masih di lontarkan Mingyu. Hell, siapa yang suka dipanggil kecil oleh orang yang bahkan lebih pendek darimu.
"Tinggi badan tidak menunjukkan tingkat kedewasaan orang Mingyu. Kau hanya lebih tinggi 4cm. Apa kau lupa kalau aku ini lebih tua 2 tahun dibandingkan kau. Dan kau Junhui-ssi, kau hanya lebih tua 1 bulan dariku." Sungut Wonwoo kesal dengan mereka berdua.
"Terserah kau lah hyung" Pasrah Mingyu akan sangat berbahaya jika Wonwoo hyung mengamuk bisa-bisa kepalanya akan dipukul seperti dia memukul punggung Junhui. Mingyu bergidik ngeri memikirkan jika hal itu benar-benar terjadi. Dia lanjut mengemudi dengan kecepatan normal, sedangkan dibelakang mereka desisan Junhui masih terdengar.
Tak lama kemudian mereka sampai di kantor. Terlihat orang-orang berlalu lalang. Sibuk dengan kasus yang tak pernah ada habisnya. Mereka bertiga memasuki kantor, berjalan kearah ruangan khusus untuk Tim detektif. Setelah masuk mereka duduk di meja masing-masing. Didalam ruang Seokmin nampak masih berkutat dengan kertas penyelidikan mayat yang baru ditemukan. Sesekali dahinya berkerut lalu mendesah dengan kuat.
"Bagaimana Hyung?" Tanya Mingyu seraya menarik kursinya mendekat kearah Seokmin yang masih melihat-lihat kertas itu.
"Tidak ada bukti yang tertinggal. Bersih. TKP sangat bersih. Hanya ditemukan mayat yang dibunuh dengan sadis." Ucapnya frustasi. "Namun ditubuh korban ditemukan angka 96. Hanya itu yang bisa kita ketahui. Motif dari pembunuhan belum diketauhi. Aku sudah meminta Seungkwan dari divisi IT untuk mencari data lengkap korban. Vernon dan Soonyoung juga pergi mencari CCTV disekitar jalan tempat kemungkinan korban lewat. Aku juga sedang menunggu laporan hasil autopsi dari Jihoon. Kalian bertiga istirahatlah. Aku akan meminta bantuan kalian untuk mengecek CCTV." Jelas Seokmin. Seokmin adalah wakil Ketua Tim Detektif, sedangkan sang ketua Detektif sedang pergi tugas ke Bolivia. Dia diminta oleh Inspektur untuk membantu menyelesaikan kasus disana. Mingyu, Wonwoo dan Junhui mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.
"Aku akan ke kafe depan, kalian mau titip cemilan atau kopi?" Tawar Seokmin.
"Iced Americano 5 hyung. Sekalian untuk Vernon dan Soonyoung hyung" Ucap Mingyu lalu meraih kertas yang dibaca oleh Seokmin.
"Okee!" ucap Seokmin lalu mulai berjalan keluar ruangan.
Setelah Seokmin keluar, ruangan itu menjadi sepi. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Wonwoo menjatuhkan kepalanya diatas meja, Mingyu membaca hasil penyelidikan dari TKP terlihat sangat serius, sedangkan Junhui termenung menatap atap ruangannya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Wonwoo tidak sengaja melihat Junhui yang termenung mengernyitkan dahinya lagi. "Ada apa dengan Junhui hyung? Dia bertingkah sangat aneh. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Junhui hyung biasanya tidak akan seperti ini. Apa mungkin kasus ini membuat dia jadi aneh. Cara dia menatap mayat korban juga tidak seperti biasanya. Junhui yang aku kenal akan cuek-cuek saja setelah melihat mayat korban.' Wonwoo menatap Junhui sambil melamun bergelut dengan pikirannya. Mingyu yang tidak sengaja melihat Wonwoo seperti itu, memiringkan kepalanya. Menatap Wonwoo yang melamun sedang memperhatikan Junhui lalu beralih menatap Junhui yang menatap langit-langit sambil melamun, lalu beralih menatap Wonwoo dan kembali lagi ke Wonwoo. Hal itu terus dilakukannya hingga beberapa menit. "Ada apa dengan mereka berdua?" Iner Mingyu bertanya-tanya sedikit tidak suka melihatnya.
BRAAKK
Bunyi pintu di buka atau ditendang dengan kasar mengagetkan dan membuyarkan lamunan ketiganya. Soonyoung - pelaku pertama yang menendang pintu- membawa kardus ditangannya dan langsung meletakan diatas mejanya. Dibelakangnya Vernon masuk menenteng sekotak pizza.
"Tak bisakah kau membuka pintu dengan tanganmu Kwon Soonyoung.?" Ujar Wonwoo mendelik tajam kearah Soonyoung.
"Maaf hyung. Aku terlalu capek mencari semua CCTV ini." Jawab Soonyoung seraya menghela napas lelah. Sedangkan Wonwoo hanya memutar bola matanya bosan melihat tingkah berlebihan Soonyoung. Wonwoo beranjak dari bangkunya menuju tempat Vernon yang sedang membuka kotak pizza.
"Yang benar saja. Kau hanya mencari CCTV. Tidak usah berlebihan seperti itu." Ujar Wonwoo dan mengambil pizza. Lalu dia membuka isi kardus, dan melihat banyak sekali flashdisk. Matanya melotot dan mendesis. "Sial. Hauskah kita memeriksa CCTV sebanyak ini?" tanya Wonwoo, dijawab anggukan dari Soonyoung. Wonwoo membuang napas kasar dan sedikit mendorong kardus didepannya.
"YAAK!. JANGAN DIDORONG. KAU BISA MERUSAKNYA!."
Uuhuuukkk uuhuukkk
Braakkk
Mingyu,Wonwoo, Vernon tersedak mendengar teriakan yang datang tiba-tiba diruangan itu. Sedangkan Junhui hampir jatuh dari tempat duduknya dan Soonyoung hampir menjatuhkan laptop ditangannya. Seokmin yang berteriak juga terkejut melihat reaksi berlebihan rekannya. Dia berjalan mendekati kotak pizza meletakan Iced Americano diatas meja, lalu ikut mengambil sepotong pizza dan mulai memakannya. Vernon, Wonwoo, dan Mingyu dengan cepat menyambar kopi tersebut dan mulai meminumnya, mencoba meredakan tenggorokan yang tersedak akibat teriakan Seokmin.
"YAK ! KENAPA KAU TERIAK-TERIAK.?! KAU MAU MEMBUNUH KAMI,HUH?!"
PRRUFFTTTT
Teriakan dan suara semburan air terdengar dari ruangan Tim Detektif. Kali ini pelakunya adalah Junhui yang tadi hampir terjungkal dari tempat duduknya karena teriakan dari Seokmin. Namun teriakannya membuat orang yang sedang meredakan tenggrokan menjadi kembali tersedak. Lama-lama tim detektif akan mati karena tersedak. Kan tidak lucu jika koran harian memberitakan kematian ketiganya dengan judul "TIGA DETEKTIF MENINGGAL AKIBAT TERSEDAK ICED AMERICANO DAN PIZZA". Suasana yang awalnya damai kini dipenuhi suara batuk dan teriakan dari orang-orang didalamnya.
"YAAKKK HYU..!"
Kringg kringgg kringgg
Suara teriakan Wonwoo tiba-tiba berhenti ketika mendengar dering telpon diatas meja Mingyu. Mingyu dengan cepat meraih handphonenya. Sambil mencoba meredakan batuk akibat tersedak.
"Yeobseoyo Seungcheol hyung." Ucapnya setelah melihat nama orang yang menghubunginya. Mingyu masih terlihat batuk walaupun tidak separah tadi.
"ohh... Mingyu-ya. Kau dimana.?" Tanya Seungcheol sedikit heran dengan suara batuk Mingyu. "Apa kau sedang sakit?" Tanya Seungcheol lagi.
"Aku ada dikantor. Dan aku tidak sedang sakit." Jawab Mingyu santai setelah berhasil meredakan batuknya. "Ada apa hyung?" tanya Mingyu.
"Syukurlah kalau begitu. Ahh..Aku mendengar ada kasus baru. Bagaimana dengan penyelidikannya.?" Tanya Seungcheol lagi.
"Buntu hyung. Dia bermain bersih. Tidak ada petujuk. Hanya ada angka dikepala korban. Tapi kami belum bisa memastikan angka apa itu." Jelas Mingyu pada atasannya.
"Bagaimana dengan CCTV.?" Tanya Seungcheol.
"Yahh... Ada banyak file CCTV yang diambil sekitar tempat kerja, rumah dan jalan yang biasa dilewati oleh korban. Kami baru akan memeriksanya hyung. Tim forensik belum mengabarkan hasil autopsinya, kemungkinan malam nanti hyung. Mengingat keadaan korban sangat mengenaskan" Ucap Mingyu sambil mengambil sepotong pizza -lagi-.
"Hm...Aku sudah melihat bagaimana keadaan korban. Jeonghan mengirimkan foto mayat korban padaku. Dia juga mengatakan kalau hasil autopsi akan keluar sedikit lebih lama dari biasanya. Karna banyak hal yang harus dilihat pada tubuh korban. Kalian cepatlah mencari bukti dan mengecek CCTV itu. Aku akan pulang 2 hari lagi." Ucap Seoungcheol kepada Mingyu yang masih sibuk mengunyah pizza yang ada dimulutnya. Mingyu mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti yang pastinya tidak akan dilihat oleh Seungcheol
"Ne hyung." Jawab Mingyu dengan tertahan karena pizza yang ada dimulutnya.
"Hm... Aku tutup." Sambungan telpon dari Seungcheol terputus. Mingyu melanjutkan makan pizzanya dengan potongan besar.
"Seungcheol hyung kapan pulang?" tanya Vernon pada Mingyu yang masih mengunyah pizza dengan mulut penuh. Dia hanya mengangkat 2 jarinya untuk menjawab pertanyaan Vernon.
"Baiklah. Kita harus memeriksa CCTV sekarang. Seungcheol akan marah jika dia tahu kita makan-makan disaat ada kasus besar seperti ini." Ucap Seokmin berjalan menuju kardus diatas meja dan membagikan isi kardus tersebut keatas masing-masing meja. Mereka semua mendesah lelah melihat tumpukan flashdisk diatas meja. Semakin banyak flashdisk berarti jam tidur mereka akan semakin sedikit. Memeriksa CCTV itu sangat membosankan, mereka harus menatap layar laptop selama berjam-jam, harus jeli melihat gerakan yang mencurigakan. Dan memeriksa flashdisk sebanyak itu tidaklah mudah. Melihat wajah tak bersemangat rekan-rekannya Seokmin hanya menggelengkan kepala makum. Hell, dia juga tidak mau memeriksa CCTV sebanyak ini.
"Bersemangatlah! Ini bukan dari akhir hidup kalian." Ucapnya sambil meletakan flashdisk yang sedikit lebih banyak diatas meja Mingyu.
"Hei hyung. Kenapa tumpukan flashdiskku lebih banyak dari yang lain?." Protes Mingyu melihat tumpukan flashdisknya lebih banyak. Menatap tajam Seokmin yang dibalas senyuman olehnya.
"Kau yang paling bongsor dan banyak makan pizza tadi Mingyu-ya. Lagian memeriksa CCTV itu bukan akhir dari hidupmu." Ucapnya, mengulang kata-kata yang diabaikan oleh mereka karena protesan Mingyu.
"Tapi ini adalah akhir dari waktu tidur kami hyung." Soonyoung ikut protes.
"Tidak usah mengeluh! Atau aku akan menambah jumlah flashdisk diatas meja kalian." Seokmin mulai mengancam.
"Baiklah baiklah wakil ketua." Wonwoo menyindir Seokmin dan memulai meraih flashdisk diatas mejanya dan memasukkan benda tersebut ke laptopnya. Seokmin yang mengancam akan sangat menyebalkan.
"Haaaahhh... Menyebalkan." Protesan masih keluar dari mulut Mingyu, Soonyoung bahkan Vernon juga ikut Protes. Tapi, mereka tetap meraih flashdisk dan mulai bekerja dibalik layar laptop masing-masing.
Mereka semua menatap laptop memperhatikan setiap pergerakan yang ada didalam video tersebut. Larut dalam pekerjaan masing-masing tidak ada protes dan erangan kesal keluar dari mulut mereka lagi. Matahari hampir tenggelam dimakan kegelapan. Langit malam dengan benda-benda indah mulai terlihat. Mereka telah memeriksa banyak flashdisk yang berisi salinan CCTV itu selama beberapa jam. Sesekali mereka meraih kopi hangat yang sempat dibuat oleh Wonwoo. Disaat mereka sedang fokus pada layar laptop, bunyi ketukan dari luar ruangan mengalihkan fokus mereka untuk melihat siapa yang datang ke ruangan mereka.
"Annyeonghaseyo." Orang itu masuk sambil membungkukkan badannya sedikit. Badan berisinya masuk kedalam ruangan sambil tersenyum ramah pada mereka semua. Mereka membalas senyuman cemerlang dari orang itu kecuali satu orang. Dia hanya terdiam kaku ditempat duduknya, matanya membulat terkejut kearah orang itu.
"ohh.. Seungkwan-ah. Ada apa?" Soonyoung bertanya pada Seungkwan yang masih berdiri diambang pintu.
"Aku mengantar data yang diminta Seokmin hyung." Ucapnya sambil berjalan menuju meja Seokmin. Matanya tanpa sengaja melirik kearah meja Vernon, dia dapat melihat Vernon menatap pergerakannya dengan tatapan yang sangat intens. 'ada apa dengannya.?' Iner Seungkwan bingung melihat tingkah Vernon. Oh ayolah... dia bukan hantu yang harus ditatap seperti itu bukan.
"Ini data yang hyung pesan tadi." Kata Seungkwan sambil menyerahkan berkas itu ke tangan Seokmin.
"ahh,... gomawo Boo-ah." Ucap Seokmin mengambil berkas itu, lalu melihat-lihat sekilas isinya, apakah ini sesuai dengan pesanannya apa bukan. Setelah memastikan itu adalah data yang dimintanya, di mengangguk-anggukan kepala dan meletakan berkas itu diatas mejanya lalu menatap Seungkwan yang mendelik kearahnya.
"Jangan menggunakan panggilan seperti hyung." Protesnya sambil cemberut lucu. Seokmin dan yang lainnya hanya terkikik melihat ekspresi Seungkwan kecuali satu orang yang masih menatap dengan tatapan memuja.
"Aku keluar dulu hyung." Ucapnya dan membalikan badan menuju pintu, sebelum membuka pintu dia tiba-tiba berbalik menatap Vernon yang dari tadi hanya menatapnya. Vernon terkejut saat mata mereka bertatapan. "Hansol-ah, jangan menatap seperti kau akan menerkamku. Aku jadi sedikit takut padamu." Katanya sambil tersenyum canggung dan membuka pintu lalu keluar dengan gerakan cepat. Vernon kembali terkejut mendengar ucapan Seungkwan lalu menundukan wajahnya menahan malu. Sedangkan yang ada didalam ruangan itu tertawa melihat tingkah Vernon. Suara tawa Mingyu dan Soonyoung yang paling kencang dibanding yang lainnya.
"Kau masih belum mengatakan perasaanmu padanya?" tanya Mingyu dengan tawanya dan nada mengejek.
"Mana mungkin dia berani mengatakan itu,baru berdiri didepan Seungkwan saja sudah tidak bisa bergerak." Ejek Soonyoung lalu tertawa lagi. Mingyu dan Seokmin menganggukkan kepalanya setuju sedangkan Junhui tertawa sambil menepuk-nepukan tangannya, Wonwoo tertawa sambil memegang perutnya yang keram melihat tingkah mereka, apalagi melihat wajah Vernon yang memerah karena kesal dan malu.
"Ya ya ya... Teruslah mengejek dan tertawa. Dan kalau aku tak salah ingat kita berada di perahu yang sama. Hanya bisa memendam dan tidak bisa mengatakan perasaan masing-masing. Terutama kalian berempat." Ucapnya sambil menunjuk kearah Mingyu, Soonyoung, Seokmin dan Junhui. Mereka yang ditunjuk berhenti tertawa dan mendelik. Wonwoo terdiam, bingung melihat mereka berempat yang tiba-tiba berhenti tertawa..
"Ha-haha-hahaha... A-ap-pa maksudmu.?" Mingyu tertawa canggung sambil melirik ke arah Wonwoo dengan wajah tegang. Melihat Mingyu yang sedikit terdesak Vernon mulai mengeluarkan smirk jahilnya.
"Wae? Kau mau aku jelaskan lebih rinci maksud ucapanku, huh?" Tanya Vernon menantang Mingyu sambil melirik kearah Wonwoo yang nampak bingung.
"Ekhhem...Su-sudahlah. Lebih baik kita lanjutkan memeriksa CCTV nya." Ucap Mingyu mengalihkan topik. Seringaian Vernon semakin lebar. Sedangkan yang lain melihat tingkah Mingyu terkikik geli. Wonwoo bertambah bingung dengan tingkah mereka. Apalagi melihat tingkah Mingyu yang aneh, dan tatapan dia padanya.
'Apa maksud ucapan mereka? Kenapa Mingyu nampak gugup? Apa mungkin ini tentang perasaannya. Jadi bocah ini menyukai seseorang?Yeojakah? Atau Namja? Tapi kenapa dia menatapku seperti itu?' Iner Wonwoo bertanya-tanya. 'Apa mungkin...?' tiba-tiba Wonwoo membulatkan mata tajamnya setelah kata-kata itu terlintas di pikirannya. 'tidak mungkin...tidak mungkin..' Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya. Mingyu yang melihat Wonwoo bertingkah seperti itu menghela napas cepat, ntah kenapa dia mendadak malu sendiri dengan pikirannya.
MINGYU POV
Ucapan Vernon mampu membuatku dan yang lain menghentikan suara tawa. Aku menatap kearah Wonwoo hyung yang mulai bingung dengan maksud Vernon. Sialan. Aku takut Vernon mulai mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku berdeham sedikit dan mengalihkan topik pembicaraan. Aku melihat Vernon tersenyum mengejek kearahku lalu dia kembali fokus memeriksa CCTV, namun senyum mengejek itu belum luntur juga. Aku hanya menghela napas lega karena mereka kembali fokus pada layar laptop. Aku mencoba melirik kearah Wonwoo hyung. Aku dapat melihat Wonwoo hyung termenung menatap layar laptopnya. Apa yang sedang dia pikirkan?. Mata tajamnya tiba-tiba membulat. Sungguh lucu. Hal itu berlangsung beberapa detik lalu tiba-tiba dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sangat imut. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu. Apa yang sedang dipikirkannya sampai-sampai dia bertingkah seperti itu?
TING
Dering tanda pesan masuk terdengar dari handphoneku, aku dengan cepat mengalihkan pandanganku. Meraih handphone itu dan membuka pesan. Dari Jihoon hyung. Dengan cepat aku membaca setiap kata setiap pesan yang dikirim Jihoon hyung. Tiba-tiba aku berdiri melihat isi pesan itu Aku hiraukan bunyi kursiku yang membentur dinding atau teriakan terkejut dari mulut besar Soonyoung. Aku menatap kearah rekan setimku yang masih terkejut dengan tindakanku tadi.
"Hasilnya sudah keluar."
= = =TBC= = = =
Hallo readers...
Ken balik lagi nih... Kali ini genrenya misteri dan romance... Ini cerita kedua yang ken publish hari ini, hhhee...
Mungkin kalian pernah baca cerita yang mirip-mirip kayak gini, tapi seriusan ini cerita ken buat sendiri tanpa plagiat dari authors lain, kalo memang ada mungkin itu nggak sengaja ya... ken nggak tw ini bakal kayak gimana akhirnya... jadi menurut kalian cerita ini mau dilanjutkan apa nggak?
Maaf kalo masih banyak Typo sama alurnya yang berantakan...
Ken tunggu kritik dan saran dari kalian...
= = =Terima kasih= = =
