.
Police Underground
.
.
.
Disclaimer ® Masashi Kishimoto
Story Written by Lady Bloodie
Rate M for safe
Genre ® Romance, Crime, Supranatural, Action, Friendship, Hurt (?)
Pairing
[Naruto x Hinata] Gaara, slight SuiKarin
.
.
.
Summary
Miras sudah jadi minuman pokoknya, narkoba bahkan seperti nasi baginya, darah bagai selimutnya, dan menghadiri pesta seks sudah biasa baginya. Namun, virginitas dari ujung rambut, hingga ujung kaki selalu terjaga. Dan Hinata tak mengerti, seorang wanita dan menawarinya untuk bekerja sebagai polisi. Oh, mungkin wanita itu overdosis heroin.
.
.
.
Warning
Typo(s), OOC, Lemon/Lime *maybe, Action story, AU type, Multichapter, DLDR, Mind to RnR?
.
.
.
PROLOG
.
Porak poranda, adalah deskripsi yang tepat untuk sebuah ibu kota Negara Jepang. Suara sirine polisi bahkan terdengar hampir di seluruh penjuru kota. Para petugas ambulan sudah bersiap menolong penduduk yang terluka. Ini sering terjadi, ketika para mafia melakukan aksinya. Memporak porandakan diskotik, rumah makan, dan tak jarang pula lalu lintas kota menjadi incaran. Pemerintah sudah bertindak, dengan mengeksekusi mati mafia yang tertangkap. Namun, hal itu seperti tidak berguna. Seperti kata pepatah,
... tumbang satu, maka tumbuh seribu.
BANG
BANG
Tembakkan ke udara sudah diluncurkan, guna membuat para mafia itu gentar. Namun, kenyataannya sekelompok mafia itu melaju semakin cepat, dengan sebuah mobil dan beberapa sepeda motor yang seolah mengawal mobil tersebut.
"Berhenti! Atau aku akan mengeksekusimu di tempat!" ujar salah seorang polisi. Ia mengeluarkan setengah badannya lewat jendela mobil. Tak ragu-ragu, ia kembali menembakkan pelurunya. Tidak lagi ke udara, namun ke arah ban mobil yang dikendarai kelompok mafia Bulan Merah.
BANG
-oOo-
CHIIT
Suara tembakkan, dan disusul dengan gesekkan ban mobil, terdengar dari dalam mobil. Gerakkan mobil mulai tak terkendali, dan para penumpangnya mulai merasakan benturan. Terdengar suara tembakkan yang kedua, kali ini mengenai ban belakang bagian kiri. Dan saat itu pulalah, si supir memutuskan menabrakkan mobilnya pada sebuah gedung.
"Shi-Shishou! A-Anda baik-baik saja?" Seorang gadis berambut biru, dengan hiasan origami mawar di kepalanya itu, tampak mengumpulkan kesadarannya setelah terbentur dushboard cukup keras.
Sedangkan, seseorang yang dipanggilnya 'Shishou' itu tampak memegangi kepalanya. Darah mengalir dari pelipis kanannya. "Kisama ...!" geramnya marah, sembari merintih karena rasa pening yang dideritanya. Ia kemudian segera mengambil sebilah kusanagi miliknya, seraya berujar, "kalian berdua ... segeralah selamatkan diri kalian."
"Shi-Shishou tu-tunggu ... lalu bagaimana denganー"
"Serahkan semuanya padaku. Aku akan kembali dengan Gaara nanti." Setelah berkata begitu. Ia segera keluar dari sedannya, tanpa sempat dicegah oleh dua anggotanya. Sedangkan gadis berambut biru di sana, hanya mampu menatap khawatir kepergian Nonanya.
"Ayo kita pergi, Sasori." Ia kemudian segera beranjak dari dalam sana, dengan seorang pemuda berambut merah di kursi kemudi. Masing-masing dari mereka kemudian dibonceng dengan motor sport berwarna hitam metalik.
-oOo-
Helaian indigo-nya yang diikat ekor kuda, tampak berkibar dalam setiap langkahnya. Tanpa rasa takut, ia melangkah dengan santai ke arah mobil-mobil polisi yang mengepungnya, juga mulut-mulut pistol yang teracung ke arahnya. Ia kemudia menarik sebilah kusanagi miliknya, dan bersamaan itu pula ia bergumam lirih,
"... byakugan." Seketika itu pula pandangannya menajam, dengan urat-urat yang tampak timbul di kedua pelipisnya. 'Aku tidak perlu melihat warna apapun lagi. Aku hanya perlu menganalisa setiap gerakan, tiap detak jantung, tiap hembusan napas ... dan tiap sel yang ada,' batinnya.
Ia kemudian melakukan kuda-kuda untuk berlariーmeletakkan kaki kenannya dua langkah lebih depan di banding kaki kirinya, sedikit membungkuk dengan tangan kanannya menekuk, membuat sisi tajam kusanagi tersebut berlawanan arah dari musuh-musuhnya.
"K-Kita lakukan eksekusi di tempat!" ujar seorang pria berambut putih yang melawan gravitasi, memberi perintah.
"Ta-Tapi Komandan-"
"Sekarang! Tembak!" Ia memotong ucapan salah satu anggotanya. Dan kembali ia memberi perintah. Ia tidak peduli jika kepala kepolisian meminta agar membawa hidup-hidup pimpinannya. Siapa yang tidak tahu rumor, tentang keahlian berpedang dan kemampuan tak biasa milik Hyuuga Hinataーpimpinan mafia Bulan Merah. Ia masih mempunyai istri dan anak yang menunggu kepulangannya.
Dan ia tak ingin mati di sini.
Seketika itu pula, mereka menembak secara serentak tanpa henti. Sekalipun mereka memfokuskan diri untuk tepat sasaran. Namun, tak satupun dari peluru tersebut yang berhasil melukai seorang musuh mereka. Padahal gadis itu hanya berlari, dan menangkis dengan sebilah kusanagi.
Sedangkan gadis bernama lengkap Hyuuga Hinata itu. Dia berlari dengan kecepatan penuh, sesekali menggerakkan pedang kusanagi-nya untuk menangkis peluru yang tak sempat ia hindari. Hingga jaraknya tinggal tiga meter lagi dari sang Komandan Polisi. Sebuah seringai tercetak jelas di wajah cantiknya, diiringi dengan lompatan tinggi yang membuatnya mendarat tepat di belakang tubuh sang komandan.
Kembali ia menggerakkan kusanagi miliknya, menempelkan sisi runcingnya pada leher sang komandan, membuat para pasukan kepolisian itu tak berani menembak, walau sudah sedekat itu. "Kupastikan kepala orang ini akan terpisah dari tubuhnya. Jika ada yang berani menembak ...,"
"..."
"... sekarang, turunkan senjata kalian dan berjalan menjauh!"
Semuanya seakan kaku, mereka tak menuruti perintah gadis itu. Namun tangan mereka yang memegang pistol, tampak bergetar mengacungkan mulut pistol ke arah gadis bermata tanpa pupil itu. "J-Jangan ada y-yang menembak!" Suara itu berasal dari sang Komandan. "T-turunkan senjata kalian! Ce-Cepat lemparkan!" Akhirnya mereka melemparkan senjata, sesuai perintah sang Komandan.
"Ko-Komandanー"
"Se-Sekarang berjalan menjauh."
"Ta-Tapiー"
"Cepat ...!" teriak sang komandan.
Tak ada satupun dari mereka yang berani membantah. Mereka semua perlahan memundurkan langkahnya, menjauh dari komandan mereka serta target buronan. Tangan mereka terangkat ke atas tanpa senjata, tanda bahwa mereka menyerah. Melihat hal itu, membuat seringai tak hilang dari bibir sang Hyuuga Hinata.
Seperti sebelum-sebelumnya, semua takluk dengan begitu mudahnya ..., pikir Hinata bosan.
Tak lama kemudian, sebuah motor sport berwarna merah, berhenti tepat di depan Hinata maupun sang komandan. Tanpa perlu si pengendara membuka pelindung kepalanya, Hinata bisa memastikan bahwa itu adalah Sabaku Gaaraーsalah satu anggota kepercayaannya.
Perlahan Hinata mulai berjalan mendekat, masih dengan membawa sandera. Dan ketika lengannya bisa menggapai motor tersebut. Ia mendorong keras sanderanya dan segera melompat naik, seraya melemparkan lima buah bom asap. Hinata rasa, cukup untuk membuat para polisi itu kehilangan jejak merekaーlagi. Motor itupun segera melaju dengan kecepatan penuh, tanpa memperhatikan rambu-rambu, maupun keselamatan pengendara lain. Tepat di persimpangan, motor tersebut menghilang begitu saja. Membawa sang Hyuuga Hinata.
Sedangkan para anggota kepolisian, mereka tampak terbatuk-batuk sejenak. Baru ketika kepulan asap menghilang, mereka segera menghampiri komandan mereka yang terluka gores di lehernya. "K-Komandan Kakashi ... a-anda baik-baik saja?!" tanya salah seorang anggota, seraya membantu pria bernama Kakashi itu berdiri.
Hatake Kakashi, menggeram rendah dengan dua tangannya yang terkepal. Untuk yang kesekian kalinya, ia harus menerima kegagalan dalam mengeksekusi mafia Bulan Merahーatau yang sering disebut Akatsuki. 'Sialan, benar-benar sialan!' batinnya mengumpat, entah ia tujukan kepada siapa.
Ia kemudian, berbalik dan menatap ke arah anak buahnya. "Eksekusi dihentikan ...," ujarnya seraya berjalan ke arah salah satu mobil polisi. "Kita mundur." Ia kemudian membuka pintu di samping kursi kemudi. Diikuti oleh anggota lainnya, yang mulai menaiki mobil polisi mereka. Hanya dalam hitungan detik, delapan mobil polisi itu segera memutar balik haluan, dan melesat pergi dari sana.
Tak ada pilihan lain selain mundur. Mereka sudah kehilangan jejak dan juga kehabisan peluru, menjadi sebuah alasan utama. Kakashi sendiri tak mau mengambil sebuah resiko, jika nantinya mereka harus menghadapi Hyuuga Hinata lagi. Gadis bermata tanpa pupil, yang memiliki kecepatan tak biasa dan keahlian pedang tingkat tinggi, yang bahkan mampu menangkis semua serangan peluruー tentu Kakashi masih menyayangi nyawanya. Dan karena sang Hyuuga Hinata, Akatsuki dipandang paling berbahaya, dibandingkan kelompok mafia lainnya. Baik oleh para mafia lain, maupun pihak kepolisian dan negara.
.
Police Underground
.
"Hinata-shishou!" Seorang wanita berambut biru pendek itu segera berlari menghampiri motor sport berwarna merah yang baru saja berhenti. Ia menatap khawatir gadis berambut indigo yang berumur 5 tahun lebih muda darinya. "A-Apakah anda terluka?"
Sebuah gelengan menjawab pertanyaan kekhawatirannya. Ia hendak berucap lagi, namun Nona-nya itu terlebih dulu mengeluarkan suara. "Beritahu anggota lain, yang masih di dalam. Kita akan kembali melakukan migrasi," ujar Hinata seraya melepaskan tangan Konan dari pundaknya.
"..."
"Segara bersiap-siap ...," ucapnya, seraya berjalan masuk ke dalam bangunan kosong yang menjadi markas mereka. "Kita pergi satu jam lagi," lanjutnya lagi, sebelum sosoknya menghilang di balik pintu kayu yang tanpak berlubang-lubang karena rayap.
Sesaat setelah sosok Hinata menghilang dari balik pintu. Ia berujar pelan, "Wakarimashita ... Hinata-shishou." Wanita bernama Konan itu tak bisa berkata apapun, selain persetujuan atas perintah sang Pimpinan Akatsuki.
Ia sudah sangat terbiasa dengan iniーmigrasi setelah pertempuran besar dengan para aparat kepolisian. Alasannya? Kekhawatiran, jika pihak kepolisian berhasil mengetahui markas mereka. Tak seperti mafia lain yang memiliki markas tetap dan mewah, karena menjadi anjing peliharaan para pejabat. Akatsuki adalah salah satu dari sedikit kelompok mafia yang berdiri sendiri, tanpa kemewahan, dan tanpa tuan yang sesungguhnya.
Yeah, inilah kenyataannya. Negara bukan tak mampu mengeksekusi semua mafia yang ada. Tapi, mereka sengaja tak melakukan hal itu, dikarenakan beberapa kelompok mafia adalah anjing peliharaan mereka. Demi melenyapkan sesama rekannya, para aktor politik menyewa beberapa kelompok mafia yanh bekerja di bawah perintah mereka. Dan banyak dari para aktor politik, membenci kelompok mafia yang tidak menerima pekerjaan sebagai, anjing peliharaan merekaーterutama Akatsuki. Itulah sebabnya, Akatsuki paling menjadi buronan di Jepang.
Bukan sekali dua kali Hyuuga Hinata menolak permintaan pekerjaan dari para pejabat. Bahkan, Hyuuga Hinata pernah memenggal kepala salah satu Perdana Menteri, sebagai peringatan keras kepada para aktor politik lainnya.
Bahwa, Akatsuki tidak akan menerima tawaran menjadi anjing peliharaan dari pihak manapun.
"Kalian semua, dengar? Segera kemasi barang-barang dan persenjataan." Konan kemudian berjalan masuk ke dalam markas. "Kita akan berangkat satu jam lagi, seperti kata Shishou!"
.
Police Underground
.
Di sebuah ruangan bernuansa eropa kuno, dengan sebuah tungku pembakaran yang memercikkan bara api. Keheningan menyertai kedua orang yang duduk saling berhadapan, dengan segelas cangkir berisi teh herbal di hadapan masing-masing dari mereka. Keadaan ruangan yang remang-remang, memberikan sebuah kesan romantis bagi keduanya. Namun tidak, jika keduanya adalah sepasang pria dewasa.
"Jadi ... kau kembali kehilangan mereka?" Suara salah seorang dari mereka memecahkan keheningan. Kemudian disesapnya teh miliknya.
Sedangkan sang lawan bicara, hanya bisa tertunduk dengan wajah pucat. Ini sudah yang kesekian kalinya, kegegalan menyertai Hatake Kakashi. "S-Sumimasen ... s-saya tak menyangka jika, Akatsuki akan memiliki kartu truff yang lebih kuat dari Yahiko Pain," ujarnya. Keringat dingin tak henti-hentinya mengalir di sekujur tubuhnya.
"Souka ...," balas pria tersebut, seraya meletakkan cangkir teh yang tandas isinya. "Hyuuga Hinata ... seperti apa dia?" Pria itu tiba-tiba bertanya.
Kakashi tak mampu menahan kelegaannya. Ia berpikir jika peluru akan menembus kepalanya, rupanya atasannya ini masih memberinya kesempatan. "D-Dia seorang gadis bermata tanpa pupil ... d-dia ahli pedang, dan m-memiliki kekuatan yang tak biasa," jelas Kakashi, dengan sedikit tergagap.
"..."
"D-Dia memili rambut indigo yang p-panjang, d-dan dia-"
"Cukup Kakashi," potong pria di depannya. Kemudian pria beranjak dari tempatnya, seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jasnya. Ia berjalan ke arah pintu ruangan tersebut, seolah tak mempedulikan sosok lain di belakangnya. "Aku sangat berterima kasih, atas kerjamu selama ini ... Hatake Kakashi." Ia memberhentikan langkahnya, sembari berucap.
"T-Tentu saja ... Daikoku-sama."
Pria bernama Daikoku itu berbalik, dan kini sepasang manik onyx-nya memandang Kakashi. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jas kanannya. "Tapi, kau sudah tak kubutuhkan lagi ...,"
"T-Tuan-"
BANG
Sebuah suara tembakkan itu memotong ucapan Kakashi, beserta nyawanya. Kepala pria berambut perak itu jatuh terkelungkup di atas meja teh, beserta setengah tubuhnya. Darah mengalir daru lubang di dahinya, bahkan menodai bagian putih matanya.
Daikoku menyeringai, sembari memasukkan pistolnya. "... jadi, bersemayamlah di Neraka," ucapnya, melanjutkan perkataan yang sebelumnya. Setelahnya, ia langkahkan kakinya yang terbalut sepatu pantofoel hitam itu, menyusuri koridor kediamannya.
'Hyuuga Hinata ... ka?'
.
Police Underground
.
Di dalam kerumunan manusia yang memenuhi stasiun, tampak sepasang orang yang paling mencolok di sana. Di luar memang hujan sedang mengguyur. Tapi, apakah memakai jubah hitam di tempat teduh, adalah sesuatu yang wajar. Di tambah, jubah itu memiliki tudung yang menyembunyikan setengah dari wajah mereka. Tak salah, jika berulang kali petugas keamanan melontarkan kalimat curiga.
Seperti saat ini, untuk yang kesekian kalinya.
"Tu-Tunggu kalian berdua!" teriak salah seorang petugas keamanan, seraya mengejar langkah dua orang berjubah hitam di sana. "T-Tunjukkan identitas kalian!" teriaknya lagi, membuat beberapa orang di sana memperhatikannya.
Sedangkan dua orang di sana, tetap pada langkah mereka. Tak berlari, maupun mempercepat langkah. Namun, pundak mereka tertangkap oleh yangan petugas, bersamaan dengan tudung mereka yang terbuka. Seketika itu pula, langkah mereka terhenti.
Merah dan putih kebiruanーhanya orang konyol yang berani mengecat rambut mereka dengan warna mencolok itu. Tapi, sepertinya berbeda dengan dua orang ini. Rambut mereka tampak alami, terlihat warna merahnya yang menutupi hingga pangkal rambun. "M-Merah?" gumam petugas itu, seraya mundur beberapa langkah.
"Ara ara, tudungku terlepas," ucap wanita berambut merah itu seraya menengok ke arah sang petugas keamanan, dengan senyum yang menyertainya. Manik ruby itu tampak memandang sayu, namun memberi makna lain. "Tahukah kau, membuka tudung orang tanpa izin adalah dosa besar." Kali ini ia melontarkan sebuah pertanyaan, seraya membenarkan kembali tudungnya.
"..."
"Bagaimana jika orang tersebut memiliki wajah yang buruk? Kau akan dianggap melakukan kejahatan pelecehan," ucap wanita itu lagi.
"S-Sumimasen deshita!"
"Hai, jangan mengulanginya lagi ... Ningen-san," katanya lagi. Dan sesaat kemudian ia berlalu pergi, dengan seorang pemuda berjubah sewarna dengan miliknya. Mereka kemudian menghilang di balik pintu kereta yang tertutup.
Sedangkan, sang petugas keamanan masih memandang kepergian sepasang orang aneh itu. Ia tidak mengerti, mengapa sesuatu dalam dirinya bergetar takut kala menatap sepasang manik ruby yang dibalut kacamata itu. Jantungnya berdegup tak nyaman, dan ia benar-benar merasa sesak memenuhi rongga dadanya. Terlebih, baru sekarang ia melihat rambut berwarna merah menyala itu. Tampak alami, dan membuatnya berdecak kagum.
Satu pertanyaan terlontar dari benaknyaーWanita tadi ... manusia kan?
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
A/N
Awesome, setelah 5 kali edit rombak edit rombak! Akhirnya, dapet fixnya. Dan ini benar-benar butuh pemikiran keras buat imajinasiin adegan actionnya.
Kenapa Actionnya singkat banget? Karena bukan levelnya Hinata :'3 ntar bakal ada, pertarungan yang lebih panjang lagi.
Yang rambut merah tadi tahu kan siapa? Yap dia Karin! Kali ini aku gak pake karakter Sakura. Kenapa? Karena, Sakura punya bagian yang penting di sini, walau bukan tokoh utama di sini.
Ini masih awal. Jadi kalo ada pertanyaan, silahkan lontarkan di review :'v.
Akhir kata
Thanks
Rald
