[FanFic] being with you

黒子のバスケ © Fujimaki Tadatoshi

being with you © Ai Natha [Alenta93]

inspirated by

Sailor Fuku ni Onegai! – Meca Tanaka

Watashi no Okusuri – Takamiya Satoru

.

Length : 618 words [prologue]

Pairing : AkashixKuroko | Ogiwara/Kuroko

Genre[s] : AU | Fantasy | Romance

Warnings : shonen ai, possibly OOC

Summary :

"Tentu kau sangatlah menyukainya, bukan, Kuroko? Dari kehidupan sebelumnya, hingga sekarang." / Guardian lahir dan hidup untuk melindungi 'target' yang berada dalam garis takdir untuk dilindunginya. / "Bukankah aku sudah mengatakannya dan kau sudah bersumpah?" / Akashi melanggar sumpahnya, dan ia harus menerima hukuman.

.

Comments :

Mengajukan diri buat bikinin ka'yuna FanFic soalnya ka'yuna udah banyak sharing manganya kurobasu XD so this FanFic dedicated for kak Yuna Seijuurou .. :D

Dan bener-bener challenge pas ka'yuna mintanya yang fantasy! Hhaha *miris*plakk* ini pertama kalinya aku bikin fantasy .. moga nggak jelek-jelek banget orz

Terus mungkin ada yang sama dengan komik-komik yang kusebut di atas, karna aku emang ambil dari sana .. aku butuh banyak inspirasi n referensi *halah* buat bikin fanfic ini soalnyaaa .. XD

maaf jadinya baru sekarang ka'yuna~ *bows* moga ka'yuna suka :D

Err~ maybe its not that fantasy at all .. euhmm, maa just read it .. hhehe Happy reading, minna :D

.

.

Prologue

.

.

"Kau tidak bisa tidur, Kuroko?"

Pemuda bersurai blue aqua itu menyibak selimut yang sebelumnya menutupi tubuh mungilnya. "Masih perlu bertanya, Ogiwara-kun?" dengus pemuda tujuh belas tahun itu dengan wajah datarnya.

Pemuda lain bersurai jingga itu terkekeh. Ya, tanpa perlu bertanya pun ia tahu, sekalipun Kuroko menyimpan tubuh mungilnya di balik selimut tebalnya. Manik orange gelapnya mampu melihat semuanya. Ya, semuanya.

"Bagaimana aku bisa tidur setelah Ogiwara-kun mengatakan bahwa dia akan kembali?"

Tersenyum, Ogiwara mengiyakan pernyataan 'tuan'nya ini. Tentu saja. Mana mungkin seseorang dapat tertidur pulas sementara hal yang dinanti-nantikannya akan segera datang? Sekalipun Ogiwara tak mengatakannya kapan―bukan, Kuroko lah yang meminta Ogiwara untuk tidak mengatakan kapan orang yang dinantinya akan datang. Kuroko tahu Ogiwara mampu melihatnya, namun ia merasa tak perlu mengetahuinya. Biarlah ia mempersiapkan diri hingga saat itu tiba. Saat ia bertemu lagi dengan orang itu.

Tak lama, manik jingga pemuda tinggi itu meredup kala lisannya berucap, "Tapi dia kembali setelah memenuhi sebuah syarat, Kuroko. Kau tak lupa hal itu kan?" Jauh dalam diri Ogiwara, ia tidak ingin Kuroko kecewa. Ia tidak ingin Kuroko kecewa karena telah menunggu sekian lama.

Kuroko menggeleng pelan sebelum mengalihkan manik saffirnya yang semula berpusat pada langit-langit kamarnya. "Tentu syaratnya tidak semudah itu bukan, Ogiwara-kun? Aku akan menerima seperti apapun dia yang sekarang karena aku sudah lama menunggunya. Baik di kehidupanku yang sebelumnya maupun di kehidupanku saat ini."

Manik saffir itu terlihat serius. Ogiwara menghela nafas lega. "Sebaiknya kau tidur, Kuroko. Besok kau ada latihan pagi, bukan?" Usai melihat Kuroko menganggukkan kepalanya, Ogiwara kembali menaikkan selimut tebal itu hingga menyentuh dagu 'tuan'nya sebelum mengusap helaian blue aqua itu lembut.

"Ne, Ogiwara-kun." Jeda. Kuroko memandang lurus manik orange kecoklatan itu. "Apa yang akan kau lakukan saat aku tidur?"

Pertanyaan yang sama.

Ogiwara mengulaskan senyumnya. "Aku akan duduk di balkon―seperti biasanya." Jawabnya.

"Kau tidak tidur?"

Ogiwara menggeleng.

"Tidakkah kau mengantuk, Ogiwara-kun?"

"Tidak, Kuroko." Ogiwara masih menyunggingkan senyumnya.

"Kau tidak kedinginan? Di luar salju turun sangat lebat."

Melihat manik saffir yang terlihat khawatir itu, Ogiwara mengulurkan tangannya menyentuh pipi pucat Kuroko. "Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir, Kuroko Tetsuya."

"Kenapa?" Kuroko masih membiarkan jemari dingin Ogiwara mengusap pipinya.

"Aku terlahir tidak untuk merasakan hawa dingin ataupun panas. Tidak untuk merasa lapar dan haus. Tidak untuk merasakan sakit akibat terluka dan sebagainya. Aku tidak perlu tidur karena aku hanya bertugas untuk menemanimu dan menjagamu―sepanjang hari, tak peduli salju turun ataupun bunga sakura berguguran."

"Lalu apa yang kau rasakan?"

Ogiwara menarik dirinya berdiri. "Aku terlahir hanya dengan memiliki otak dan hati, Kuroko." Ia mengarahkan sebelah tangannya menyentuh pelipisnya. "Otak mengontrol kerja tubuhku yang berpusat dari pikiranku. Membuatku bisa memutuskan untuk merespon hal yang kurasakan." Ogiwara kemudian menurunkan tangannya, menunjuk dadanya. Tidak ada detak konstan disana. Tidak ada sesuatu yang membuat dada itu naik dan turun dengan tempo tertentu. Ogiwara bernafas, namun udara itu masuk kedalam tubuhnya tanpa memproses sesuatu. Disana―di dadanya―ia hanya dapat merasakan sesuatu. "Dan hati yang dapat merasakan berbagai hal seperti yang kau rasakan. Perasaan sedih, senang, kesal, marah, rindu. Namun aku terlahir dengan mengemban sebuah tugas, yaitu untuk menemani dan melindungi orang yang ditakdirkan untuk kulindungi." Ogiwara tersenyum. "Dan kau lah orangnya."

"Itu berarti kau hidup untuk melindungiku?"

Kembali pertanyaan yang sama.

"Tentu saja!"

Dan sebuah jawaban yang sama terlontar dari bibir Ogiwara Shigehiro, seperti janji yang ia ucapkan setiap malam. "Istirahatlah, Kuroko. Oyasumi. (Selamat tidur)" Ujar Ogiwara seraya menjentikkan jarinya.

Jimat Venus nomor 7.

Kuroko sempat berujar, "Arigatou, (Terima kasih,) Ogiwara-kun. Oyasumi nasai." sebelum membungkus manik saffirnya, seolah ia tengah terseret untuk masuk dalam buaian mimpi yang 'guardian'nya buat sesaat setelah menjentikkan jarinya. Seperti sebelumnya, Ogiwara akan membuainya dengan mimpi indah saat Kuroko tidak bisa terlelap.

"Tentu kau sangatlah menyukainya, bukan, Kuroko? Dari kehidupan sebelumnya, hingga sekarang."

.

.