.
.
Haruna Lee proudly present
Love Heals
Chapter 1
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
This fic is purely belongs to Haruna Lee
Warning : OOC (hopefully no), typo(s), AU, drama
Kalau ada kesamaan alur, ide, tokoh, setting, dsb kami mohon maaf. Pada dasarnya semua karya memiliki hal yang menginspirasi berarti setiap karya itu mengcopy, meniru. Jadi, jangan marah kalau ada kesamaan. Karena keoriginalitasan itu tidak ada, menurut kami. Well,
Happy reading, minna~
.
.
Hiruk pikuk jalanan pada siang hari seperti sekarang ini memanglah makanan sehari-hari bagi penduduk kota Konoha. Berbagai macam kegiatan terjadi di jalanan kota, dari orang-orang yang sibuk menekan klakson karena padatnya lalu lintas, seorang anak yang menangis sambil di tarik ibunya yang sibuk dengan telepon genggam di tangan dan seorang wanita sosialita berpakaian glamour yang baru saja keluar dari sebuah toko branded dengan beberapa kantong belanjaan ditangannya. Dan diantara hiruk pikuk itulah tokoh utama kita sedang berjalan dengan santainya.
Ialah Sakura, sang tokoh utama kita. Bak seorang model gadis berusia 20 tahun itu melenggok di trotoar jalan kota konoha tercinta yang sibuk seolah berjalan di atas cat walk. Leather ankle boot-nya yang beradu dengan jalan menciptakan nada yang teratur seirama dengan lenggok tubuhnya. Rambutnya yang berwarna merah muda bergoyang di permainkan angin. Matahari tidak cukup menyilaukannya karena ia kini menggunakan kacamata. Ia mengenakan kaus berlengan pendek berwarna maroon bertuliskan 'DREAMER'. Ia tampak santai dengan jeans yang selalu menjadi andalan bagi Sakura. Tak lupa tas hitam yang senada dengan boots kesayangan Sakura yang berbahan kulit yang selalu menemani Sakura kemanapun.
Langkah Sakura memelan, mungkin ia hampir sampai di tempat tujuannya. Kini gadis itu memasuki gedung yang tampak ramai dikunjungi orang-orang berpakaian rapi dan formal. Penampilannya yang urakan tentu saja mengundang perhatian pengunjung lain. Hari ini sedang diadakan sebuah pameran seni dengan tema ekspresi diri. Hal ini sangat menarik perhatian Sakura sebagai seorang penulis.
Sakura berjalan santai tanpa memperdulikan orang-orang yang melihatnya dengan berbagai tatapan. Ia melihat-lihat berbagai lukisan sambil berlalu. Apalagi ketika melihat sebuah lukisan yang dikerumuni banyak orang, itu malah membuatnya tidak tertarik. Sampai ia menemukan sebuah lukisan di pojok ruangan yang tampak terlewatkan oleh banyak orang. Lukisan ini memang sekilas terlihat seperti sebuah lukisan abstrak tanpa makna.
"Menikmatinya?" sebuah suara baritone menginterupsi Sakura yang sedang memandangi lukisan berjudul 'INPA' tersebut.
"Aku hampir melewatkannya. Gambar, um… setengah..? Setengah sosok lelaki di pojok kiri bawah yang sedang menatap seorang wanita yang melangkah membelakanginya dengan langkah yang ringan di pojok kanan atas." Ucap Sakura tanpa menoleh dengan seseorang yang mengajaknya berbicara barusan, ia menaikkan kacamatanya ke atas rambutnya dan menatap lukisan tersebut lebih dekat.
"Menarik…" Lelaki itu terkekeh dan menggigit ibu jari kanannya dengan tangan kiri yang menopang tangan kanannya. Ia menyeringai. Tampak sangat seksi untuk lelaki berusia 22 tahun dalam balutan formal suit berwarna hitamnya. "Sedari tadi orang-orang hanya melihat lukisan ini sekilas lalu pergi. Kau orang pertama yang menemukannya."
"Padahal ini lukisan tuan Uchiha Sasuke yang konon katanya sangat tampan itu, kan?" Kini giliran Sakura yang terkekeh dan melirik lelaki disebelahnya dengan senyum bengkok dan alisnya yang terangkat satu. "Ini membuktikan kalau wajah tampan tidak cukup untuk membuat mereka menghargai karyamu." Lelaki itu mendengus geli lalu memalingkan mukanya ketika ponsel Sakura berbunyi.
"Jadi, kau ingin memilikinya?" Tanya lelaki asing itu setelahnya. Sakura masih sibuk mengotak-atik ponselnya dan memberi tanda pada lelaki itu untuk menunggu. Dan lelaki itu tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mempermainkan rambut raven bermodel unik miliknya.
"Oh, tentu saja aku ingin." Jawab Sakura pada akhirnya sambil memasukkan ponselnya ke saku jeans-nya dan tersenyum pada lelaki tersebut. Bagai sebuah hal yang menular, lelaki tersebut ikut tersenyum. Baru saja lelaki tersebut ingin mengatakan sesuatu, ponsel Sakura kembali bergetar. Gadis itu menggerutu pelan sebelum mengangkat telponnya. Ia bergumam pelan lalu tampak mendengarkan lawan bicaranya di telpon. Ia tampak menahan emosi dan menyisir rambutnya kebelakang dan menggenggam kaca mata yang tadi bertengger manis di kepalanya. Lelaki itu masih terus memperhatikan gadis 'nyentrik' ini. Gadis itu tampak menggigit kacamatanya sambil berpikir. Lalu ia mengenakan kacamatanya dan memberikan hormat 2 jari sebagai tanda pamitnya pada lelaki tadi dan berlalu dari gedung pameran tersebut.
"Menarik sekali, Haruno Sakura Sang Novelis Romantis."
.
.
.
.
.
"Aku pulang." Ucap Sakura datar saat memasuki rumah sederhana tersebut. Ia melangkahkan kakinya dengan ringan menuju ruang keluarga sambil mengikat tinggi rambut sepunggungnya. "Astaga, hari ini panas sekali! Bu, aku mau—"
"Hai, sayang. Kau mau jus strawberry? Sebentar, ibu ambilkan." Ibu tersenyum dan memeluk Sakura yang masih tertegun dan mencium pipinya sebelum berlalu.
"Halo, Sakura." Sapa seorang pria yang sangat tidak diharapkan untuk dilihat oleh Sakura kini ada di sofa ruang keluarganya sedang duduk santai dan kini tersenyum kepadanya. Ingin rasanya Sakura langsung pergi begitu saja akan tetapi, ia tahu sopan santun. Maka ia tersenyum kecil dan sedikit membungkuk membalas sapaan pria yang entah kenapa selalu tersenyum padanya itu. Sakura berbalik dan menyusul Ibu nya ke dapur.
"Aku bertanya-tanya, mengapa Orochimaru-sensei ada dimana-mana?" ucap Sakura yang baru saja duduk di meja makan sambil memperhatikan Ibunya yang sedang menuangkan jus strawberry kesukaannya.
"Dia hanya mampir." Diluar dugaan Ibu berambut pirang yang diikat dua tersebut meletakkan blender dengan kencang dan suaranya meninggi. Sakura menaikkan alisnya bingung memperhatikan sikap Ibunya. Ibu kembali menuangkan jus tersebut sampai gelasnya penuh dan memberikannya pada Sakura sambil berlalu. Sakura sedikit mencibir sebelum menyeruput jus kesukaannya.
"Che, kau seharusnya bersikap biasa saja, Tsunade." Sakura mendecih dan menghabiskan jus tersebut dalam sekali tegukan.
.
.
.
.
.
Makan malam kali ini diisi dengan percakapan antara Tsunade dan Orochimaru yang tiada habisnya. Sakura tampak malas dan tidak berselera, ia hanya terdiam sedari tadi.
"Kenapa kau diam saja, Sakura?" Sial. Sakura mual mendengar cara lelaki ular tersebut menyebut namanya. Sebuah senyuman terpaksa Sakura sunggingkan sambil mengangkat sendoknya seolah mengatakan, 'aku menikmati makananku'.
"Bagaimana pamerannya, Nak? Ku kira tadi kau tidak akan pulang." Ucap Tsunade sambil memperhatikan anak semata wayangnya tersebut.
"Well, tadinya begitu. Tapi bagaimana mungkin aku tega mendengar permintaan Ibu yang sangat lemah memintaku pulang dan menemani makan malam. Suara Ibu terdengar seperti akan menangis." Sakura menatap malas kearah Tsunade yang kini tertawa lepas.
"Lalu apa ada yang menarik di pameran? Seperti… Uchiha Sasuke?" Tsunade tersenyum jahil pada Sakura. Ia mendecih.
"Ada. Yah, berhubungan juga dengan Uchiha Sasuke." Tsunade tampak berbinar sedangkan Sakura masih berucap datar. Ia bersyukur lelaki ular cukup tahu diri dengan tetap diam. "Lukisan, Ibu. Sebuah lukisan. Lukisan karya Uchiha Sasuke." Tsunade memutar bola matanya bosan.
.
.
.
.
.
Sakura bersandar pada dinding lift. Ia hanya sendirian di dalam lift. Ia memperhatikan penampilannya dari pantulan dinding lift. Sakura sedikit memainkan rambut messy bun-nya. Sakura memang tidak tinggal bersama dengan Ibunya. Semenjak ia memiliki cukup uang untuk hidup sendiri, ia memutuskan untuk tinggal berpisah dari Ibunya. Apalagi profesinya sebagai penulis membutuhkan tempat yang nyaman untuk menulis.
Ah, memikirkan apartment-nya yang nyaman membuat Sakura merasa lelah. Apalagi tadi ia harus berhadapan dengan lelaki ular yang entah mengapa selalu berada di sekitar Ibunya. Saat seperti ini hanya membuatnya merindukan ayahnya. Ayahnya yang kini sudah tiada. Ayah meninggal 2 tahun lalu setelah berjuang melawan kanker selama 3 bulan. Waktu yang sangat singkat, bukan? Begitulah hidup yang selalu menyimpan berbagai misteri. Hidup bisa mengejutkanmu kapan saja.
Sakura menepuk-nepuk perutnya yang terasa penuh. Mungkin yang ia butuhkan saat ini adalah tidur. Membayangkan dirinya dapat segera berbaring di kasurnya yang empuk membuat Sakura hampir saja tertidur di lift. Ponselnya bergetar, sebuah pesan.
From : Unknown
Apakah kau sudah menerima paketnya?
-U.S-
"Paket?" Sakura memperhatikan lagi pesan tersebut. Lalu pintu lift terbuka, ia mengantungi kembali ponselnya dan mengangkat bahu, mungkin salah nomor, pikirnya. Baru beberapa langkah, ponselnya kembali berbunyi. Lagi-lagi sebuah pesan.
From : Unknown
Aa, katanya mereka menyimpan paketnya di depan pintumu.
-U.S-
Sakura sontak saja mengalihkan pandangannya ke depan pintu apartment dan menemukan benda asing di sana. Ia mengerutkan keningnya dan berpikir ia sudah lama tidak berbelanja online. Tidak mau ambil pusing, Sakura membawa masuk paket tersebut ke kamar apartment bernomor 502 miliknya.
Ia membuka bungkus paket tersebut dengan tidak sabaran. Dan terpampanglah lukisan yang tadi ia kagumi. Sakura tersenyum bengkok sambil kembali memperhatikan lukisan itu. Ia meraba permukaan lukisan tersebut yang kasar. Sakura tertegun membaca kalimat di bagian bawah bingkai lukisan yang bertuliskan,
Special present for Haruno Sakura. 'INPA' by Uchiha Sasuke.
Sakura terseyum membaca tulisan bergaya tegak bersambung tersebut. "Tak kusangka ia kekanakan sekali. Baiklah… Aku akan memajangnya." Sakura pergi ke ruang kerjanya. Ruangan yang penuh buku di bagian kanan dan kiri dindingnya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya ia memajang lukisan tersebut di belakang meja kerjanya. "Sekarang ini benar-benar terlihat seperti ruang kerja." Gumamnya sambil menatap sekeliling ruangan. Ia lalu menguap lebar. "Astaga, aku tidak akan kuat untuk mandi terlebih dahulu."
Sakura berjalan malas ke kamarnya dengan mata setengah terpejam. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur queen size miliknya. Ia menaruh tasnya di samping tempat tidur. Dan saat ia kan meletakkan ponselnya ia teringat akan pesan tadi.
To : Unknown
Aku tidak menyangka orang sekelas Uchiha Sasuke mengenal seorang penulis rendahan sepertiku. Terimakasih sudah memberikan lukisan indah tersebut bahkan mengirimkannya ke apartmentku. Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu, Tuan?
-Haruno Sakura-
Sakura lalu meletakkan ponselnya di atas nakas dan menatap langit-langit kamarnya sambil mendesah lega. Ia menarik selimutnya dan bergulang-guling menyamankan posisinya sebelum terbang menuju alam mimpi. Suasana hening, yang terdengar hanyalah nafas teratur dari Sakura yang kini sudah jatuh terlelap. Tak lama, ponselnya kembali berbunyi. Sebuah pesan baru.
From : Unknown
Dinner. I'll pick U at 7 tomorrow.
-U.S-
.
.
.
.
.
Matahari sudah tinggi. Jalanan sudah kembali dipenuhi oleh beragam kendaraan. Orang-orang juga sudah memenuhi jalan-jalan utama kota. Dan di kamar apartment bernomor 512 terlihat seorang gadis yang tampak sudah bangun dan terduduk di ranjangnya dengan mata masih terpejam.
"Argh! Thanks God it's Monday!" Sakura tampak menyemangati dirinya sendiri sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Lalu gadis itu menuju ke kamar mandi yang berada di luar kamarnya masih sambil melanjutkan kegiatan peregangannya. Sakura tersenyum kecil sebelum masuk ke kamar mandi karena melihat lukisan yang tertampang di ruang kerja yang pintunya terbuka, mungkin semalam ia lupa menutupnya.
15 menit kemudian Sakura sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja putih kebesaran sepanjang pahanya dan celana denim super pendek yang tampaknya ia potong asal-asalan. Ia membuka kulkasnya dan menghabiskan satu botol air dalam sekali teguk. Lalu ia mengambil sepotong apel dan satu cup yoghurt tentu saja berperisa strawberry. Sakura bersenandung sambil memakan apel menuju ruang kerjanya. Waktunya menulis.
.
.
.
.
.
Sasuke baru saja keluar dengan handuk melilit pinggangnya. Asap tampak mengepul mengelilingi tubuhnya. Air tampak masih menetes dari rambutnya dan mengalir pada tubuh berototnya. Sasuke terlihat bagai malaikat. Baiklah, kita lewati bagian ini sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sasuke mengenakan kaus berlengan pendek berwarna hitam yang dilapisi kemeja dan dipadu padankan dengan skinny jeans berwarna senada. Ia memakai jam tangan hitam kesayangannya sambil melirik jam yang menunjukkan pukul 5 sore. Sasuke mengambil ponselnya dan mengecek beberapa pesan masuk lalu ia mengernyit bingung.
"Kenapa ia tak membalas?"
.
.
.
.
.
Sakura sedang menonton TV sambil menikmati camilannya saat bel apartment nya berbunyi. Kebiasaan buruknya adalah ia tidak pernah melihat ke intercom siapa tamu yang datang. Ia terbiasa langsung membuka pintunya karena biasanya hanya orang-orang yang ia kenal yang mengetahui apartment-nya.
"Selamat malam." Sapa sosok jangkung dihadapannya. Lelaki itu tersenyum melihat penampilan Sakura. Biar kuingatkan Sakura memakai kemeja putih kebesaran dan sebuah shortpants dan jangan lupakan messy bun-nya.
"Malam." Sakura balas tersenyum. Lalu ia mengernyit bingung karena tidak mengenali sang tamu.
"Haruno Sakura? Aku Uchiha Sasuke." Sapa Sasuke sambil menjulurkan tangannya. Sakura menutup mulutnya karena terkejut.
"Ya, ya, ya. Silahkan masuk." Sakura menjabat tangan Sasuke lalu mempersilahkannya masuk. Sakura berbalik dan berjalan lebih dulu.
"Hm, Haruno-san. Di mana aku harus menyimpannya? Aku membawa beberapa bahan makanan." Sasuke menggoyangkan tangannya yang menggenggam kantung plastic berisi makanan.
"Ah, biar aku yang simpan. Silahkan duduk, Uchiha-san." Sakura segera merapikan beberapa bungkus makanan di depan meja. "Aduh, maaf ya rumahku berantakan." Sakura tersenyum sambil berlalu dan kembali berbalik karena hampir lupa. "Dan, Sakura saja, Uchiha-san."
"Sakura?" Sakura yang baru saja akan beranjak menoleh karena dipanggil Sasuke. "Sasuke saja."
"Baiklah, Sasuke. Anggaplah rumah sendiri." Lalu Sakura berjalan menuju dapur mininya. Sasuke tersenyum memperhatikan gadis itu yang tampak kikuk. Setelah Sakura berlalu Sasuke memperhatikan apartment Sakura yang kecil namun sangat cozy. Rasanya sangat nyaman berada disini. Cocok dengan pekerjaan Sakura. Mengingat sikapnya tadi Sakura sepertinya tidak mengetahui perihal rencana kedatangan Sasuke. Mungkin gadis itu tidak membaca pesannya. "Sasuke?"
"Ya?"
"Kau melamun ya?" Sakura tersenyum kecil melihat Sasuke yang tampak terkejut akan kehadirannya yang kini duduk di samping lelaki tersebut. Sasuke tertawa kecil.
"Ya, aku sedang mengagumi apartment-mu. Memang tidak terlalu besar dan sederhana. Tapi, benar-benar nyaman." Sasuke menjelaskan pemikirannya barusan sambil kembali memperhatikan sekeliling ruangan.
"Apa pelukis selalu sentimental seperti itu?" Sakura tersenyum jahil pada Sasuke.
"Menurutmu?" Sasuke balas tersenyum jahil kepada Sakura yang kini tertawa kecil. "Apa kau tinggal sendiri?"
"Menurutmu?" Sakura tertawa karena bisa membalikkan perkataan Sasuke.
"Entahlah tapi, sepertinya saat ini tidak ada siapa-siapa." Sakura tersenyum mengiyakan. "Kau tidak membaca pesanku? Kau tampak terkejut akan kehadiranku."
"Pesan?" Sakura malah balik bertanya. "Ah, semalam aku langsung tidur setelah mengirim pesan padamu dan seharian ini aku menulis." Sasuke bergumam 'Aa…' sambil mengangguk-angguk kepalanya mengerti. "Jadi, sebagai ucapan terimakasih, kau ingin kumasakkan sesuatu?"
"Apakah kau bisa memasak?" Sasuke kadang merutuki mulutnya yang suka bekerja lebih cepat dari otaknya. Tapi, Sakura malah tertawa keras menanggapinya.
"Tentu saja aku bisa, aku hidup sendiri, Sasuke." Ucap Sakura sambil tersenyum.
"Ah, benar." Sasuke menggaruk belakang kepalanya kikuk.
"Baiklah, kau ingin menunggu atau melihat-lihat? Tampaknya kau begitu penasaran dengan apartment-ku." Ujar Sakura sambil bangkit dari duduknya.
"Di mana kau memajang lukisanku? Apa kau membuangnya?" Lagi. Sasuke merutuki dirinya. Sakura tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
"Lukisanmu ku pajang di ruang kerjaku di sana. Silahkan." Sasuke lalu mengangguk dan berjalan menuju ruang kerja Sakura sementara Sakura sendiri menuju dapur untuk menyiapkan makanan.
Sasuke memasuki ruang kerja Sakura yang benar-benar terlihat seperti ruang kerja. Maksudnya, lihatlah rak buku dibagian kanan dan kiri dinding ruangan. Benar-benar penuh. Sasuke berjalan menelusuri kedua rak tersebut sambil membaca beberapa judul buku. Lalu pandangan Sasuke tertuju pada lukisannya yang dipajang di tengah-tengah dinding di belakang meja kerja Sakura. Lalu Sasuke melihat meja kerja Sakura yang begitu rapi dan ada yang menarik perhatiannya. Sebuah bingkai foto.
Bingkai foto tersebut terbuat dari kerang-kerang laut yang dibuat sedemikian rupa menjadi sebuah bingkai foto yang sangat cantik. Di dalamnya terdapat foto seorang lelaki tampan berambut biru pucat yang sedang tersenyum sambil memeluk Sakura yang tertawa dari belakang. Dibawahnya terdapat tulisan tangan yang sepertinya merupakan tulisan tangan Sakura.
My first love..
Sasuke meletakkan kembali foto tersebut setelah ia memperhatikannya cukup lama. Lalu ia pergi keluar ruangan. Dan melihat Sakura yang tampaknya baru saja akan menyusulnya ketika ia menutup pintu ruangan.
"Bagaimana? Ruangan kerjaku tampak seperti ruangan kerja yang sesungguhnya kan?" ucap Sakura riang sambil melangkah mendekati Sasuke. Sasuke hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Kau melihat-lihat koleksi bukuku? Apa ada yang menarik perhatianmu?"
"Entahlah.. Aku tidak terlalu menyukai buku…"
"Kalau begitu kau harus mulai menyukainya." Ucap Sakura sambil mengerling usil lalu menyeret Sasuke ke ruang tengah. Sasuke yang melihat tersebut tentu saja ikut tersenyum.
Di atas meja terdapat dua piring steak ala restoran mewah yang terlihat sangat nikmat. Sasuke sampai kesulitan menelan salivanya.
"Karena tidak ada meja makan jadi kita makan disini, tidak apa-apa kan?" Kata Sakura sambil memperhatikan Sasuke yang terus menatap makanan buatannya. "Baiklah, silahkan dimakan, Sasuke. Semoga kau menyu—"
"Selamat makan!" Sasuke langsung memotong steak-nya dan segera melahapnya. Matanya tampak berbinar saat mengunyah makanannya. Lalu ia mendesah kencang untuk mengekspresikan bagaimana rasa masakan Sakura. Sakura yang melihatnya tertawa.
"Ya ampun, makannya pelan-pelan saja, Sasu-chan." Sakura tersenyum lucu sambil mengelus kepala Sasuke layaknya anak kecil.
"Uhuk-uhuk!" Sasuke tiba-tiba saja tersedak membuat Sakura segera berlari untuk mengambil minum sambil tertawa keras. Andai Sakura melihat, Sasuke saat ini sedang malu karenanya. Bahkan wajahnya memerah sampai ke telinga.
.
.
.
.
.
"Jadi, Sasuke, bagaimana masakanku?" Kini Sakura dan Sasuke duduk bersebelahan diatas sofa sambil memandang langit-langit ruangan setelah selesai acara makan.
"Apa kau mempersiapkan semuanya?" Sakura menoleh ke arah Sasuke.
"Mempersiapkan apa?" Sasuke pun menoleh ke arah Sakura.
"Bagaimana kau tahu makanan kesukaanku adalah tomat?" Sontak Sakura tertawa sambil menepuk pundak Sasuke. Sasuke mengernyit bingung tidak mengerti.
"Astaga, aku tidak tahu kalau Uchiha Sasuke yang sangat terkenal ternyata sepolos ini." Sakura mengusap air mata diujung matanya. Sementara Sasuke hanya diam, tidak mengerti kenapa Sakura mudah sekali tertawa pada hal-hal kecil yang menurutnya tidak lucu. "Kau membawa banyak sekali tomat, Sasuke. Jadi, kau pasti sangat menyukainya. Maka dari itu aku membuat saus steaknya dengan tomat." Sakura tersenyum jahil pada Sasuke.
"Aa… Tapi aku juga tak menyangka." Ucap Sasuke sambil bersidekap menghadap Sakura. Sakura mengangkat alisnya seolah bertanya 'apa?'. Sasuke tersenyum geli sebelum menjawab, "Bahwa cara seorang Haruno Sakura menggoda lelaki itu sangat ampuh." Lalu mengacungkan ibu jari di depan wajah Sakura. "Buktinya, here I am."
"Hey, tunggu. Memangnya kapan aku menggodamu?" ucap Sakura tak terima.
"Terimakasih sudah mengatakan aku sangat tampan, Sakura." Sasuke menyeringai seksi membuat wajah Sakura memerah malu mengingat kejadian di tempat pameran saat itu. Ia benar-benar tidak tahu bahwa yang mengajaknya berbicara adalah Uchiha Sasuke. Tiba-tiba saja Sasuke tertawa. Ia tertawa lepas. Ini pertama kalinya Sakura melihat Sasuke tertawa. Sasuke mencubit gemas hidung mancung Sakura yang terpaku menatapnya.
"Hey!" Sakura mengusap hidungnya sebal sambil memanyunkan bibirnya. Membuat Sasuke kembali tertawa. "Saat itu aku benar-benar tidak tahu kau itu Uchiha Sasuke."
"Aku tahu. Kau benar-benar lucu ketika sedang marah dan malu." Sakura mendengus sambil memutar matanya. "Jadi, bagaimana seorang Uchiha Sasuke bisa mengetahui tempat tinggalku? Apa dia menguntit?" Sasuke tertawa. Lagi. Lihatlah, siapa yang tadi keheranan karena Sakura menertawakan hal-hal kecil?
"Aku masih punya pekerjaan, Sakura. Aku menyuruh seseorang mencari tahu alamatmu." Jawab Sasuke sambil mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum miring pada Sakura. Sasuke, Sasuke, tidakkah kau sadar, kau jadi mengeluarkan banyak ekspresi ketika bersama Sakura?
"Woah, koneksimu memang mengerikan." Sakura menatap Sasuke kagum bahkan sampai bertepuk tangan.
"Tentu saja, lagipula tidak sulit mencari seseorang berambut merah muda." Ucap Sakura sambil menepuk-nepuk bun Sakura.
"Lalu, apa pelukis selalu memberikan lukisannya seperti itu? Maksudku, kau melukis sebagai pekerjaan, kan?" Sasuke memusatkan perhatiannya pada Sakura dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sakura. "Lalu kenapa kau memilih memberikannya padaku daripada menjualnya padaku?" Sasuke tersenyum.
"Mungkin karena kau… Spesial?" Sasuke duduk menyamping sambil bersandar pada sofa. Ia menaruh tangannya di belakang punggung Sakura. "Bayangkan seperti ini." Ucap Sasuke sambil menepuk-nepuk pundak Sakura. "Kau menulis tentu dengan sepenuh hatimu, kan? Maksudku, kau benar-benar menuangkan segenap perasaanmu melalui tulisanmu, kan?" Sakura hanya mengangguk-angguk menjawabnya, ia belum mengerti kemana arah pembicaraan tersebut. "Begitu juga denganku. Seperti yang ku bilang hari itu, kau lah satu-satunya yang menemukan gambar tersembunyi itu. Cara pandangmu berbeda dari orang-orang sehingga kau bisa menemukan gambar tersembunyi tersebut. Seolah lukisan berharga. Aku ingin lukisanku dihargai karena lukisan itu sendiri. Bukan karena aku yang melukis lukisan tersebut. Sedangkan kalau aku menjualnya, orang-orang akan berbondong-bondong ingin membelinya karena aku yang melukis itu. Penggemarku kan banyak, Sakura." Sakura tergelak lalu mendengus sebal.
"Harusnya penggemarmu tahu, idola mereka benar-benar seorang narcissist sejati." Sasuke hanya mengangkat bahunya.
"Memang begitu kenyataannya, kan?" Sakura hanya mengangguk-ngangguk sambil mengulum senyumannya.
"But, I can't deny it." Sasuke kembali memperhatikan Sakura yang tampak sedang menerawang jauh. "The world should know that you are such a great and real artist." Tambah Sakura sambil menggigit bibirnya dan menyeringai. Sasuke terpaku melihat Sakura yang sedang menyeringai. Ia benar-benar cantik. Mata emerald-nya yang tampak berbinar, hidungnya yang mungil namun mancung dan bibir tipisnya yang tampak begitu seksi. Astaga.
"Goddamn, Sakura. The world should have known. Haruno Sakura benar-benar gadis menarik." Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sakura menoleh pada Sasuke dan berkata,
"Eiyy, kau sedang merayuku? Sepertinya kau benar-benar ahli. Tapi, aku alergi pada playboy." Sasuke tertawa.
"Aku bukan playboy, aku hanya ahli memperlakukan wanita dengan baik." Sakura mendengus dan menyandarkan kepalanya ke sofa. Ia tersenyum dan menutup matanya. "Hey, aku serius. Tidak biasanya aku tertarik dengan mudahnya pada seseorang. Tapi, kau benar-benar menarik perhatianku." Sakura menggelengkan kepalanya sambil memberi isyarat pada Sasuke untuk berhenti karena ia tidak ingin mendengarnya. Sasuke mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
Sasuke ikut bersandar pada sofa dan menatap langit-langit ruangan. Mereka terdiam sejenak sambil menerawang jauh seolah sedang menyelami dan hanyut dalam pemikirannya masing-masing. Hey, sebenarnya ada apa di langit-langit ruangan tersebut? Kenapa kalian senang sekali menatapnya?
"Sasuke, INPA itu PAIN kan?" Sasuke tersenyum mendengar pertanyaan Sakura yang tiba-tiba terlontarkan.
"Hn." Sakura mengartikan itu sebagai ya. "Sakura, pernahkah kau ditinggalkan seseorang?"
"Ya. Cinta pertamaku." Jawab Sakura sambil tersenyum sangat manis sampai matanya menyipit.
"Bagaimana perasaanmu setelah ditinggalkan?"
"Rasanya? Seperti diriku tinggal setengah." Gumam Sakura menjawab pertanyaan Sasuke.
Sakura membulatkan matanya karena kini memahami makna dibalik lukisan Sasuke. Sakura menatap Sasuke yang kini seperti sedang melamunkan sesuatu. Mengamati wajah rupawan tersebut. Rahangnya yang tegas, pipinya yang tirus dan kesedihan dibalik mata sekelam malam itu. Siapakah orang yang meninggalkan Sasuke dan membawa setengah dirinya?
Sasuke mengingat kembali foto Sakura bersama seorang lelaki di meja kerjanya. Cinta pertamanya. Entah mengapa hal ini begitu mengganggu seorang Uchiha Sasuke. Sehebat itukah lelaki itu bahkan sampai Sakura belum bisa melupakannya? Bahkan sampai sulit rasanya untuk Sakura mempercayai perkataan Sasuke?
Dan malam itu mereka berdua hanya bisa berdebat dengan pikirannya sendiri.
To be continued…
Author Note : Hello! Kurang lebih setahun kita menghilang, adakah yang merindukan? (Engga ada yaaa-.-") Bukannya lanjutin It's Love kita malah ngeluarin ff multichip baru ya? Hehehe Maafkan ya semoga cerita ini bisa menghibur semua pembaca^^ Sebenernya kita agak kurang PD mau publish cerita ini tapi mood nya lagi bagus dan waktu lagi senggang, jadi kenapa tidak kan? Daripada acc Haruna Lee jadi terbengkalai. Apalagi kemarin official pic SasuSakuSara baru rilis. Jadi jiwa Sasusaku kita bangkit lagi hahaha udah, ah kok malah jadi curhat. Maaf ya XD
Well, gimana ceritanya? Kepanjangan ga? Ini sekitar 3k+ sih memang. Kalau kepanjangan kita akan kurangi di chapter berikutnya. Atau mau segini aja? Tuliskan pendapatmu di Kotak Review yaaaa^^ #modus haha
Untung update kita gabisa janji cepet yaa, karena menulis itu dengan hati kaya kata Papi Sasu tadi, jadi bukan masalah sibuk atau senggang, kalo sibuk tapi mood bagus pasti di sempet-sempetin, lah ini masalahnya kalo senggang tapi mood ga bagus gimana? T_T Jadi, do'akan saja semoga bisa update cepat. Kita janji ASAP kok^^
So, would you mind to RnR? ASAP! XD
