Babysitter, Eh?

Disclamer : tak akan pernah menjadi milik saya DX, akan mutlak menjadi milik Narita Ryohgo-sama u3u

Pair : Mini!ShizuoXIzaya

Warning : misstypo, aneh, OOCness, bahasa anak-anak TK cadel, cedal apalah itu, bahasa anak-anaknya terlalu dibuat-buat krn g' tau atw lupa dlu wktu kecil ngomongny gmn DX dan lain-lain :3

A/N : holaaa… I'm come back XD*plak* oke langsung saja, kenapa saia kasih child and pedo*plak*, ada yang penasaran?*berbinar*#readers : biasa aja, #Rin :hidoii T3T

Oke, jadi begini ceritany#readers : DURASI!, #Rin : Ha'i ha'i u3u

Sebenerny ini cerita adalah hasil inspirasi yg nongol wkt saia baca fanfom sebelah XD

Dan juga saia ingin sekali kali bikin cerita dgn beda umur yg jauh XD

ok, silahkan menikmati XDD

Tertarik? Mohon Review :D

Tidak Tertarik? Klik tombol 'back'

Tertarik tapi nggak mau review? Silahkan Fav XD *maksa banget*

Tidak Tertarik tapi mau review? Ampun jangan Flame DX

Enjoy Reading :D


Knock Knock Knock

Suara ketukan pintu yang terkesan terburu-buru. Tapi karena apa? Karena serbuan zombie kah?*plak*. Ok, lanjut.

"Izaya-kun! Izaya-kun!" yap disinilah dia si pengetuk tak sabaran berada. Di depan apartemen sang informan muda. Dimana sang pemilik apartemen tengah tertidur dengan buaian mimpi indahnya.

Oh ayolah ini baru jam tiga pagi dan orang bodoh mana yang bertamu dijam-jam orang istirahat. Apalagi sang informan tampan ini baru dua jam lalu merebahkan tubuhnya yang lelah gara-gara aktivitas luar biasanya dengan si ex-bartender.

"Izaya-kun! Izaya-kun!" frekuensi suara dan frekuensi ketukan mulai menunjukkan kenaikkan saking pentingkah urusan si tamu? Sampai dia berani mengusik tidur sang Izaya Orihara?

"Ngh!" dengan berat hati pemuda berambut raven ini terbangun. Mengerjap beberapa kali dan tak lupa berdecak kesal. Niatan untuk memutilasi si tamu pun sempat tergambar dalam otaknya.

Melangkah lunglai menuju pintu, memputar kenop pintu. Menyambangi siapa si tamu yang tak sadar waktu.

Pintu terbuka dan… kerjap-kerjap.

Dia tau siapa pemuda berambut coklat yang kini tengah tersenyum innocent dihadapannya, Shinra Kishitani. Tapi siapa bocah pirang dengan kemeja putih kedodoran tak lupa kacamata biru yang-sangat dia kenal- bertengger divest hitam yang dia kenakkan.

"Apa yiat-yiat! Jangan teltawa kutu, ini keceyakaan tau!" bentak bocah pirang itu. Sedangkan Izaya masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Ara-ara, Izaya-kun aku akan memenjelaskannya padamu jadi bolehkan kami masuk?" Izaya hanya mengangguk dan mempersilahkan si tamu menjajakkan kaki dirumahnya.


"…Jadi karena ramuanku lah semua ini terjadi, padahal ramuan itu masih uji coba dan ternyata berhasil!" Shinra tersenyum berseri-seri setelah selesai dengan penjelasannya.

"Jadi? Dia…" Izaya menggantung kata-katanya, dia masih shock mendengar penjelasan dari Shinra.

"Kau benar, dia Shizuo-kun versi anak lima tahun." Jelas Shinra tanpa ragu.

Izaya membuka mulut hendak melontarkan kata-kata, namun Shinra mengiterupsinya."Aku berjanji akan membuat penangkalnya, jadi izinkan Shizuo-kun tinggal denganmu, Izaya-kun," Kini tampang Shinra sangatlah memelas."Aku tak mungkin meninggalkan dia di apartemennya."

"Kenapa err…Shizu-chan tidak tinggal dirumahmu saja, eh Shinra?" Izaya melirik bocah pirang yang kini tengah tidur dengan pulasnya di sebuah sofa single di ruang tamu Izaya.

"Ah itu…" Shinra menggaruk tengkuk lehernya.

Izaya berdiri."Baiklah Shinra aku akan mengizinkan Shizu-chan kecil tinggal denganku, tapi kau harus membuat penangkalnya dengan segera." Izaya tersenyum penuh intimidasi.

Shinra begidik dan reflek segera berpamitan dengan Izaya dan segera meninggalkan apartemen Izaya.

"Hooaa~m." Izaya menguap, hendak ingin beranjak dari tempatnya sekarang dan menuju kamarnya."Ah hampir lupa, ada Shizu-chan disini." Izaya bermonolog dan mulai mendekati Shizuo kecil yang kini tengah tertidur dengan wajah polos dan tenang. Beda sekali dengan Shizuo yang ia temui beberapa jam yang lalu.

"Seperti mimpi saja, beberapa jam yang lalu kau bermain kejar-kejaran dengannya dan sekarang dia tertidur dipelukkanmu." Izaya bergumam pelan tak lupa seringai tipis bersanding dengan bibir plumnya.

"Pemuda dua puluh lima tahun berubah dalam sekejap menjadi anak kecil umur lima tahun, hahaha." Izaya terus berjalan menuju kamarnya sambil terus bermonolog ria. Nampaknya dia masih belum percaya apa yang telah menimpa rivalnya.

Direbahkannya pelan Shizuo kecil di single-bed miliknya."Lalu setelah ini apa Shizu-chan, apa aku harus menciummu agar ukuranmu menjadi normal kembali, dan kita hidup bahagia selamnya, hahaha gila." Diambilnya selimut tebal yang tergeletak sembarangan karena kekesalannya tadi.

Wajah polos, mulut kecil setengah terbuka, baju bartender kebangsaannya yang kini kedodoran, ingat tanpa celana hitam Shizuo-dia hanya menggunakkan boxernya saja-, dengkuran berirama, pipinya yang entah kenapa nampak merona. Badannya yang kecil nampak lebih chubby.

Izaya segera mengalihkan pandangannya dari Shizuo. Wajahnya panas, apa yang sebenarnya sedang dipikirkan? Dia bukan Pedofil-tepatnya baru mau*plak*-.

Untuk menghindari pemikiran-pemikiran abstraknya, informan itu memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Dengan Shizuo yang kini tertidur pulas disampingnya. Dan malam yang damai pun kembali melingkupi apartemen Izaya. Hingga…seseorang menarik-narik bajunya.

"Ngh." Lenguh Izaya. Matanya membuka perlahan, melihat siapa tersangka selanjutnya yang mengganggu tidur pemuda berbiner crimson itu. Dilihatnya Shizuo kecil menatapnya memelas.

"Ada apa Shizu-chan?" Izaya berusaha bangun dari tidurnya.

"Antal aku kekamal mandi." Yeah, logat cadel mengisi pendengaran Izaya. Membuatnya ingin tertawa.

"Baik-baik." Izaya bertolak dengan kasur empuknya."Ayo." sang raven menoleh kearah si pirang yang kini sedang mengangkat tangannya. Izaya berfikir, detik kemudian.

"Gendong aku, Plea!"

"Kh! Kenapa Shizu-chan jadi manja?" gumam Izaya pelan, sedangkan Shizuo hanya menatapnya datar masih mengangkat kedua tangannya minta digendong.

"Kutu, cepatyah! Aku pengen pipis!" Shizuo merengek. Uuhh imutnya.

"Baik-baik."


"Sudah belum Shizu-chan, ini sudah lebih dari lima belas menit kamu ngapain aja, sih?" Izaya mulai bosan menunggu rival mininya."Aku masuk ya." Tanpa babibu Izaya segera membuka pintu kamar mandi. Dan apa yang dia lihat? Shizuo dengan tampang kesal mencoba menggapai wastafel dengan susah payah.

"Perlu bantuan?" entah kenapa Izaya merasakan bibirnya terangkat dengan sendirinya saat menawarkan bantuannya kepada si pirang. Bukan seringai tapi sebuah senyuman tulus. Membuat pipi si pirang tambah memerah.

"Tidak pelu, aku bica cendili." Shizuo masih berusaha keras, hingga tubuhnya tampak melayang. Ternyata Izaya sedang menggendongnya dari belakang.

"Akan lama kalau menunggumu menggapai keran ini."


Cuit cuit cuit

Kicau burung mengiringi sang surya yang singgah kembali ke singgasananya. Namun, sesosok raven yang masih berselimut itu enggan membuka mata. Sementara pirang disampingnya menatap pemuda ramping itu cemberut.

Graawll~

Sudah lebih dari sepuluh menit perutnya meraung-raung minta diisi. Jika saja ukurannya normal sudah daritadi dia akan pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Tapi sekarang? Menggapai gagang pintu saja kesusahan bagaimana dia bisa keluar?

Izaya! Menyebalkan pemuda itu masih saja terlelap. Tak dengarkah ia dengan perut kecil Shizuo yg minta diisi?

"Izaya! Hoi kutu! Bangun! Aku mau makan! Aku yapal!" Shizuo berteriak-teriak dengan suara khas anak kecilnya."Aku mau salapan, plea!"

Puk puk puk

Shizuo sekarang sedang memukul-mukul pelan pipi Izaya. Namun, Izaya tak bergeming. Masih tetap terlelap. Terbuai dengan bunga tidur.

Grawwll

Sudah cukup! Shizuo lapar, Izaya harus segera bangun!

Mengambil posisi berdiri. Menyiapkan kuda-kuda yang kuat dan…

HAP…Lompat!

Bruuukk

"I-ittai!" ringis Izaya kesakitan. Memang badan Shizuo mengecil tapi tetap saja, jika bocah umur lima tahun dengan postur chubby, menjatuhi tubuhmu yang dalam keadaan tak siap dan tanpa pertahanan. Membuat sesak karena berat.

Sementara si pelaku hanya menyeringai diatas punggung si korban.

"Izaya, aku yapal! Buatkan aku salapan!" perintah Shizuo dengan tampang watados dan belum menyingkir dan punngung Izaya.

"Ha~h." Izaya menghela nafas."Kalau kau lapar biarkan aku berdiri Shizu-chan, kau berat tahu." Rajuk Izaya memelas. Dilihatnya Shizuo kecil mulai beranjak dari punggungnya. Izaya mulai bangkit dari tidurnya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.


"Ah~ sepertinya kita harus makan diluar Shizu-chan, persediaan makanan dikulkasku habis." Ujar Izaya sambil menutup kulkasnya dan menatap sendu sang Heiwajima pirang didepannya.

"Kau saja yang beyi sendili, aku menjaga lumahmu caja." Shizuo membuang muka.

"Loh kenapa?" Tanya Izaya penasaran.

"Kau tidak yiat! Bajuku kebecaran tau!" kini Heiwajima kecil cemberut dengan muka memerah. Membuat Izaya ingin memakannya. Dan tak lupa pipi chubbynya minta dicubit.

"Pppfft…gomen gomen, baiklah aku beli makanan dulu, Shizu-chan jangan kemana-mana ya, jangan membukakan pintu untuk orang asing, mengerti?" sepertinya sekarang Izaya mulai menikmati peran barunya sebagai pengasuh.

"Mengelti, cepat pelgi aku sangat lapal!"


"Tadaima~"

"Okaeli"

"Shizu-chan lihat apa yang aku." Izaya berjalan cepat menghampiri Shizuo yang sedang menikmati acara TVnya. Sedangkan Shizuo hanya menengok tanpa berkomentar.

Izaya mengeluarkan sesuatu dari kantung plastic yang ia bawa. Dikeluarkannya beberapa helai kain. "Tadaaa~ lihat apa yang aku belikan untukmu~." Dengan wajah berbinar Izaya memberikan setelan baju lucu untuk Shizuo.

Muka Shizuo kontan memerah malu. Seumur-umur dia tidak pernah memakai baju memalukan seperti itu. kaos lengan pendek berwarna kuning pudar, dengan gambar kelinci pink berada tepat ditengah baju dan juga celana biru muda pendek diatas lutut. Selera Izaya payah, pikir Shizuo.

"Ayo, pakailah Shizu-chan, daripada kau memakai baju kebesaran seperti itu." Izaya tersenyum kearah Shizuo. Namun, Shizuo hanya terdiam tak menanggapi Izaya."Kalau begitu aku pakaikan saja yaa~" goda Izaya.

"Tidak pelu!" Shizuo kemudian berlari menuju kamar mandi. Beberapa menit berlalu. Akhirnya Shizuo keluar juga dari kamar mandi.

"Izaya, mana makananku." Tagih Shizuo dengan pipi chubby yang merona.

Izaya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya reflek mengalihkan pandangan awalnya yang kini beralih ke Shizuo. Wajah Izaya juga ikut memerah melihat penampakan didepannya. Shizuo Nampak manis dengan setelan sederhana beriannya. Ukurannya pun juga pas. Benar-benar imut. Pipi yang merona. Berbeda sekali dengan Shizuo yang berukuran original (?).


"Ah Shizu-chan kalau makan jangan terburu-buru, jadi belepotan, 'kan?" tangan Izaya berjulur untuk membersihkan sudut bibir Shizuo yang terdapat beberapa remah makanan yang sedang Shizuo makan.

Sadar dengan perbuatannya Izaya sontak menarik tangannya. Apa yang dia lakukan? Di depannya itu adalah rival sejatinya, ya meski dalam wujud beda. Tapi, tetap saja rival tetap rival.

Namun, Shizuo kecil ini sangatlah berbeda dengan Shizuo yang asli. Dia lebih manis, imut, lucu dan terkesan polos. Entah dibuang kemana sifat temperamental, arogan, dan menyebalkannya itu. Kemana kata-kata,'Akanku bunuh kau kutu sialan!' atau 'Mati saja kau kutu!'. Shizuo kecil berbeda jauh sekali, jadi tak apakan kalau bersikap berbeda dengan bocah yang kini berada dihadapannya sekarang?

"Shizu-chan, mau pergi ke taman bermain?" tawar Izaya. Sementara Shizuo hanya terbengong.

"Kau cakit Izaya?" Izaya menggeleng.

"Nanti akan aku belikan sebotol susu vanilla kesukaanmu." Tawar Izaya, Shizuo takkan dapat menolak tawarannya sekarang.

"Tidak mau!" tolak Shizuo.

Izaya menghela nafas."Dua botol."

"Cetuju!"


"Waah, lame cekayih!" Shizuo berbinar.

"Kau mau naik apa Shizu-chan?" Izaya sedikit menunduk, menyamakan tingginya dengan Shizuo. Sementara Shizuo tengah sibuk memilih wahana apa yang ingin dia naiki.

"Izaya, aku mau naik biangyaya!" serunya bersemangat.

-skip time-

"Izaya, loyelcostel!" seru Shizuo lagi.

"Kau berani, Shizu-chan?" Shizuo mengangguk semangat."Baiklah~" Izaya hanya menurut saja, toh kelihatannya Shizuo sangat senang.

-skip time-

"Sudah ya Shizu-chan, aku lelah." Izaya menyandarkan punggungnya dibangku terdekat.

"Izaya kau payah." Cibir Shizuo sambil berkacak pinggang.

"Padahal kau tadi sempat tidak mau kan, Shizu-chan." Skakmat anak itu sekarang merona. Senang sekali Izaya melihat Shizuo kecil berwajah merah seperti ini. Dia lantas mengambil handphone dan mengabadikan moment langka itu.

Jeepreet

Shizuo mendongak. Mukanya bertambah merah."Jangan memotletku, kutu!" protes Shizuo."Cepat hapus!" Shizuo meloncat-loncat hendak menggapai ponsel Izaya. Namun nihil Izaya tampak tingggi sekali untuknya sekarang.

"Hahaha, ambilah kalau bisa Shizu-chan." Izaya menyeringai, digodanya bocah didepannya itu.

"Cuulaaang, kau telalu tinggi!" rengek Shizuo. Tak pantang menyerah. Shizuo mengambil kuda-kuda dan bersiap dengan lompatan tinggi.

Hap

BRUUKK

Shizuo jatuh tersengkur dibawah kaki Izaya. Kulitnya bergesekan dengan pasir dibawahnya. Pasir-pasir dan kerikil membuat kulit tipis dilututnya sedikit terbuka dan mengeluarkan cairan merah. Buru-buru Izaya mengangkat tubuh Shizuo.

"Shizu-chan, daijoubu ka?" tersirat nada khawatir dikalimat Izaya. Mata Shizuo mulai berair. Izaya panik. "Ssstt, jangan menangis, aku akan membelikanmu tiga susu vanilla jadi jangan menangis ya~" rayu Izaya, jari-jari lentiknya mengusap jalur air mata dipipi Shizuo. Benar-benar moment langka. Shizuo mengangguk.


"Hari yang menyenangkan bersama Heiwajima, ternyata Shizu-chan kecil sama sekali tidak menyebalkan, ya." Gumam Izaya dengan Shizuo dipunggungnya."Aku, jadi sayang kalau dia kembali seperti semula lagi hahaha."

Ddrrrt drrtt

Izaya mengambil ponselnya dengan perlahan disaku celananya. Tak ada niat untuk mengusik tidur si debt collector yang kini tengah tertidur pulas dipunggung Izaya. Izaya berhenti melihat siapa si penelfon dan kembali berjalan.

Pik

Dengan segera iya menekan tombol hijau diponselnya.

"Moshi moshi, nee ada apa Shinra?"

'Aku sudah menemukan penangkalnya, Shizuo-kun bisa kembali seperti semula lagi, suruh dia minum secepatnya lalu suruh dia tidur, dan voila esok harinya dia akan kembali seperti semula, untuk menarik perhatian Shizuo-kun aku telah mencampurkan ramuanku dengan susu vanilla kesukaannya…' Shinra terdiam sejenak setelah penjelasan panjang lebarnya.'Nee, Izaya-kun kau tidak ada dirumah?'

"Ah ma'af Shinra aku sedang pergi dengan Shizu-chan." Jawab Izaya datar.

'Kalau begitu aku tinggalkan ramuanku disamping pintu apartemenmu ya, jaa ne.'

"Jaa~" akhirnya Shinra mengakhiri sambungan telefonnya. Dia sangat cerewet untuk ukuran laki-laki.

Hmmm, sekarang Izaya bimbang. Antara membiarkan Shizuo menjadi mini untuk beberapa saat lagi atau segera memberinya penangkal agar dia kembali seperti semula? Keputusan yang sulit, satu sisi dia ingin hari-hari yang damai tapi sisi lain dia juga ingin merasakan tantangan rutinitas mereka.

Sampai dia didepan apartemennya. Terdapat sebotol cairan mirip susu vanilla disamping pintu apartemennya. Langsung saja ia mengambilnya dan masuk kedalam. Merebahkan Shizuo diranjangnya.

"Aku rasa sehari lagi tak apa." Izaya menyeringai dan meletakkan botol itu diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.


"Aku haus." Bocah pirang itu terbangun, mengucek-ucek matanya sebentar dan melihat sekeliling. Hendak ia membangunkan pemuda disampingnya, matanya memincing mendapati botol yang sangat familiar untuknya."Cucu panila!" serunya gembira. Tangan kecilnya menggapai botol yang tepat berada disampingnya. Membuka tutupnya dan menegak habis isinya. Hausnya sirna dan Shizuo berniat melanjutkan tidurnya.


Cuuit cuuit cuitt

Suara kicau burung membangunkan pemuda berbiner crimson itu. Tidurnya sangat damai karena tak ada yang mengganggunya. Matanya terbuka perlahan, iris merah masih nampak malu-malu dari balik kelopak matanya.

"Ohayou Shizu_" kalimatnya terhenti saat mendapati bukan bocah pirang yang tidur disampingnya melainkan pemuda pirang dengan pakaian kekecilan yang kini tengah mendengkur halus. Mata Izaya segera mengalihkan pandangannya kearah meja kecil disamping tempat tidurnya, kosong botolnya kosong.

Berarti, pemuda disampingnya ini Shizuo yang asli. Reflek Izaya mendorong badan kekar Shizuo tanpa perasaan.

BRRUUK

Tubuh kekar itu berbenturan dengan lantai."Hei kutu apa masalahmu!" bentak si korban.

"Ini kamarku jadi hakku untuk melakukan apa-apa kau tau!" teriak Izaya.

Shizuo bangkit."Biarkan aku tidur sebentar lagi kutu." Rajuk Shizuo kembali naik ke ranjang Izaya.

"Hei-hei! Aku tak mengizinkanmu tidur diranjangku protozoan!" Izaya kembali berteriak. Sementara Shizuo sudah merebahkan tubuhnya. Dilihatnya pemuda raven disampingnya, mata almondnya tak berkedip. Tangan kekarnya terulur untuk meraih badan Izaya, membawanya pada pelukan hangatnya.

"Shi-shizu-chan, lepaskan aku!" berontak Izaya.

"Diamlah, kutu kemarin kau yang mencuri-curi kesempatan untuk menyentuhku bukan?" Shizuo menyeringai.

Izaya berteriak dalam hati. 'Ja-jadi Shizu-chan mengingat semuanya?' batin Izaya, pipinya memerah padam."Ma-mana mungkin!" sanggah Izaya.

"Jangan berbohong." Shizuo mengeratkan pelukannya."Terima kasih." Gumamnya pelan.

THE END

Yuuuhhuu~ cerita oneshot yg menurut saia sangat panjang XD

Penuh ke-ooc-an ma'afkan saia krn yg dapat menciptkan OC para chara Durarara hanyalah Narita-sama T,T

Ending gaje, no sense of humor T,T

Cukup dgn semua kekurangan dicerita ini, sekarang saia serahkan kpd readers sekalian untuk mereview cerita saia :D

V

V

V