...

Childhood Harem

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Childhood Harem (c) Margery The Servant of Evil

Alternate Universe

May Contains - Harem, Lemon, Ecchi, Smut, OOC, Typo, Misstypo, etc.

Protagonist: Namikaze Naruto.

Childhood Friends (Females): Hyuga Hinata, Amaru, Sara, Kazahana Koyuki, Shizuka, and Shion.

Don't Like, Don't Read!

...

Seorang anak kecil laki-laki berumur 5 tahun sedang berjalan menuju ibunya. Anak laki-laki berambut pirang itu tengah menangis terisak. Sang ibu yang melihatnya pun hanya menatapnya bingung. Lalu, sang ibu pun berjongkok untuk mengsejajarkan tubuhnya dengan tubuh si anak.

"Naru-chan, kok menangis?" tanya sang ibu dengan suara lembut.

"Kaa-chan, mereka jahat...hiks..." isak anak laki-laki dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Lho, ada apa?" sang ibu mengelus kepala anaknya dengan lembut.

"Kushina, Naru-chan kenapa?" tiba-tiba sang ayah muncul dan mendekati mereka berdua.

"Entahlah," Kushina menggendikkan bahu tanda tidak tahu. "Siapa yang membuat anak Kaa-chan yang paling tampan ini menangis? Biar Kaa-chan hajar dia nanti," kata Kushina mengalihkan pandangan pada si kecil Naruto.

"Amaru-chan,...hiks...Sara-chan, Koyuki-chan, Shion-chan, Shizuka-chan, dan Hinata-chan! Lihat...hiks...ini! Mereka mengikat...hiks...rambut Naruto terlihat seperti perempuan!" adu Naruto dengan menunjukkan ikatan rambut dengan pita di rambut bagian belakangnya.

Kushina dan Minato beradu tatapan. Dua-duanya terkikik mendengar jawaban Naruto. Mereka pikir Naruto baru diapakan, ternyata inilah alasannya.

Melihat orangtuanya yang sibuk menahan tawa, Naruto Kecil kembali buka mulut. "Mereka juga mengatai Naruto 'cantik' seperti hari kemarin!" adu Naruto lagi. Masih dengan sesenggukan, meski air matanya sudah berhenti keluar.

"Astaga, Tou-chan kira apa," ujar Minato menepuk keningnya.

"Naru-chan 'kan memang 'cantik'. Harusnya senang dong kalau dikatai begitu," kata Kushina dengan lembut.

"Jadi Naruto seorang perempuan? Hwee..." air mata Naruto kembali keluar.

"Kushina," Minato menepuk pundak Kushina mencoba mengingatkan istri tersayangnya tersebut. "Naruto, kau senang berteman dengan mereka, 'kan?" tanya Minato juga berjongkok.

Naruto mengangguk.

"Naruto 'kan laki-laki sendiri diantara teman-teman. Jadi ketika besar nanti, Naruto harus bisa melindungi teman-teman Naruto karena mereka seorang perempuan. Naruto bisa?" tanya Minato. Walaupun perkataannya sama sekali tidak nyambung dengan bahasan pembicaraan, sepertinya perkataan Minato mampu membuat Naruto diam.

Naruto mengangguk. Lalu tersenyum dan memeluk kedua orangtuanya. Setelah itu, Naruto kembali berpamitan pada mereka untuk bermain.

"Yah, tapi Naruto beruntung, ya," kata Minato melihat kepergian anaknya tersebut.

"Maksudmu?" Kushina memiringkan kepalanya.

"Dia hidup ditemani banyak perempuan. Itu 'kan menyenangkan," ujar Minato sedikit iri.

"Apa?!" Kushina menaikkan volume suaranya. Dia mengerti maksud perkataan suaminya.

"Ah, tidak," ujar Minato buru-buru menggelengkan kepalanya sebelum istrinya berubah menjadi monster yang akan mengamukinya.

...

[11 years later...]

Seorang pemuda berambut kuning itu hanya menghela nafas berat melihat tingkah gadis-gadis di depannya itu. Mereka selalu saja meributkan suatu hal yang menurutnya sepele.

"Sudahlah, menurutku stroberi lebih enak dari vanilla!" bentak gadis berambut merah muda pucat dengan tahi lalat di bawah matanya. Namanya adalah Amaru.

"Amaru-chan, aku lebih memilih vanilla daripada coklat," balas Shizuka dengan suara lantang meski dia tidak memakai nada bentakan.

"Hei, coklat paling enak daripada vanilla dan stroberi!" teriak Koyuki meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Hei, semuanya. Tolong hentikan," kata Hinata menenangkan mereka berdua.

"Astaga, kali seperti anak kecil saja!" ujar Shion ketus.

"Apa?! 'Kalian', katamu?! Berarti aku juga kekanakan, dong?!" Sara menatap tajam Shion.

Tak lama kemudian terjadi pertengkaran hebat antara Shion dan Sara.

Naruto-yang satu-satunya lelaki disitu hanya menutup telinga mendengar kelima teman masa kecilnya itu bertengkar untuk kesekian kalinya. Sedangkan Hinata, yang paling jarang buat ulah dan buka suara hanya kewalahan menghentikan mereka.

"Semuanya, mohon hentikan," pintanya dengan suara lembut.

Namun mereka tetap saja adu mulut tanpa ada yang mengalah. Bahkan keributan mereka tidak kunjung mereda.

Naruto mengernyitkan dahinya. Lama-lama kasihan juga melihat Hinata yang terus berteriak tanpa ada yang mendengarkannya bicara. Langsung saja pemuda itu mengulurkan tangannya untuk menarik lengan gadis berambut indigo tersebut.

"Sudah, Hinata-chan duduk saja denganku disini," kata pemuda itu sambil mengelus kepalanya lembut. Dia melebarkan pahanya untuk memberikan celah duduk pada gadis itu.

Hinata hanya menganga tidak percaya. Pipinya memerah secara mendadak. Dan lagi tiap belaian telapak tangan Naruto yang besar pada rambutnya membuat darah gadis itu berdesir.

Semua gadis disana berhenti bertengkar. Mereka bengong melihat Naruto dan Hinata yang terlihat sangat romantis di depan mereka. Hinata yang hanya menunduk malu sedangkan tangan kanan Naruto yang mengelus rambutnya dan tangan kirinya yang melingkar di perutnya, sungguh terlihat romantis seperti sepasang kekasih.

"Naruto!" teriak mereka berlima serempak.

Naruto hanya menyeringai puas. Akhirnya kelima teman masa kecil sekaligus sahabatnya itu menghentikan 'perang mulut' mereka. "Apa? Sudah berhenti?" tanyanya dengan suara malas.

Tiba-tiba mereka berlima berlari kearah Naruto. Naruto dan Hinata melebarkan pupil mereka seiring jarak mereka semakin dekat.

Shizuka langsung menggaet lengan kanan Naruto, Koyuki menggaet lengan kirinya, Sara memegangi pundak kanan dan kiri Naruto, Shion menduduki kaki kanan Naruto, sedangkan Amaru menduduki kaki kirinya.

"Hah?!" pekik Naruto dengan wajah memerah saat semua teman masa kecilnya itu menempel padanya.

"Jangan pilih kasih, Naruto," kata Sara tepat di telinga Naruto. Tubuh Naruto gemetar ketika merasakan hembusan nafas Sara di daun telinganya.

"Masih ada aku disini, Naru," kata Shizuka menggenggam lengan kanan Naruto lebih erat.

"Kau melupakanku?" tanya Koyuki menatapnya tajam. Dia memeluk lengan Naruto yang satunya lebih erat.

Naruto yang merasakan kedua sikutnya menyentuh dada mereka, membuat detak jantungnya berdetak cepat. "Hei!" teriak Naruto.

"Jangan main dengan Hinata saja!" ujar Amaru mencubit paha Naruto yang ditutupi celana oranye.

"Aw, Amaru-chan!" pekik Naruto kesakitan.

"Aku cemburu, Baka!" kata Shion mengelus bulu halus pada kaki Naruto sehingga membuat tubuh pemiliknya bergetar.

Hinata tertawa kecil. Setidaknya dia cukup senang karena Naruto memperlakukannya seperti ini.

Hinata melebarkan pupil amethyst-nya saat suatu benda tengah 'menusuk-nusuk' belahan bokongnya. Dia tahu apa itu.

"Naruto-kun, kau sedang...'bangun'?" tanya Hinata. Walaupun dia tampaknya tidak bermaksud menyingkir dari situ.

Semua disana saling bertatapan mendengar perkataan Hinata. Mereka menjilat bibir atas bersamaan.

"Naruto-kun, kau terangsang, ya?" tanya Hinata diam-diam memundurkan tempat duduknya. Membuat 'benda' itu semakin berdekatan dan menempel dengan bokongnya.

"Hinata-chan..." Naruto memejamkan matanya. Nafasnya memburu.

"Kau suka ini, Naruto?" tanya Sara menjilat daun telinga Naruto.

"Ngh, Sara-chan," desah Naruto pelan. "Kalian, lepaskan aku," pinta Naruto dengan suara kecil.

Mereka semua saling bertatapan ketika mendengar desahan Naruto yang tidak biasa. Mereka menyeringai jahat satu sama lain. Lalu mereka menganggukkan kepala.

"Naruto!" teriak mereka mengencangkan 'ikatan' mereka.

"Tidak, lepaskan aku!" jerit Naruto ketakutan.

Yah bagi mereka, mempermainkan Namikaze tampan satu ini benar-benar menyenangkan dan menghilangkan stres juga.

Sekali lagi, membuat anak tunggal MinaKushi menangis dan merengek adalah tontonan paling menarik bagi mereka.

'Mereka tetap saja tidak berubah seperti dulu! Selalu saja menjahiliku,' batin Naruto kesal. 'Ah,' pandangan matanya tiba-tiba melirik kearah buah dada Shizuka dan Koyuki yang menghimpit lengan kekarnya.

Seperti biasa, semua lelaki normal pasti menikmati 'himpitan' dari sesuatu yang empuk macam-umm...yah tentu saja dia termasuk didalamnya.

Setidaknya ada 'sedikit' keberuntungan yang berpihak kepadanya.

Semburat merah yang semula tipis kini mulai menebal dan warna merahnya terlihat lebih gelap. 'Inikah aroma seorang gadis muda? Harum sekali,' batin Naruto saat menghirup udara sambil memejamkan mata.

Dia tidak sadar bahwa beribu-ribu pikiran mesum muncul di benaknya.

Sungguh, selama ini dia tidak pernah merasakan hal seperti ini.

Dulu dia hanya berpikir. Apakah ada yang aneh bahwa banyak perempuan sedang bergelayut manja pada 'seorang' pria?

'Bagaimana, ya? Kalau sekarang sih, rasanya ada manis-manisnya bagaimana gitu~' pikirnya tiba-tiba. 'Astaga, aku salah fokus,' pikir Naruto kemudian.

Sudah beberapa menit lamanya sejak ruangan itu menjadi hening. Daritadi tidak ada yang berniat mengajak atau memulai pembicaraan.

Pipi Naruto memanas saat keenam perempuan itu mendekat. Jantungnya berdegup sangat kencang daripada biasanya.

Tiba-tiba tangan Sara terulur, meraih dagu Naruto dan mengangkatnya keatas, membuat pemuda itu dalam posisi mendongak.

"Rambutmu bertambah panjang ya. Kau sekarang jauh lebih tampan dari semasa kita masih mengisap dot bayi," ujar gadis berambut merah terang itu.

Naruto melebarkan matanya. Apa yang barusan teman masa kecilnya ini katakan?

"Lengan dan telapak tanganmu lebih besar ya sekarang?" tanya Shizuka menempelkan telapak tangan Naruto pada tangannya yang berukuran lebih kecil daripadanya.

"Apakah 'itu'-mu juga bertambah besar, hm?" pertanyaan Koyuki sukses membuat Naruto kehabisan kata-kata. Itu pertanyaan yang tidak (sepantasnya) perlu dijawab.

"Naruto, tubuhmu banyak berubah," ujar Amaru dengan suara maskulinnya nya yang seperti biasa.

Mau bagaimana lagi. Amaru menjadi seorang ryouiserui dan membuat banyak sekali cover lagu dari beberapa penyanyi di seantero Jepang sejak 9 bulan yang lalu.

"Aku tidak tahu mengapa, tapi aku ingin menelanjangimu disini," ganti Shion yang berbicara.

Naruto mejatuhkan rahangnya ketika Shion membuat pernyataan yang terlalu jujur baginya. Apalagi wajah Shion yang tampak polos seolah tidak mengerti apa yang barusan dia katakan.

"Anu, maaf," kata Hinata dengan suara pelan. Dia pun berdiri dari tempat dia duduk. Pipinya memerah seperti tomat.

'Sial, apa Hinata merasakan 'itu'?' pikir Naruto panik. Tidak mau mendengar perkataan mereka yang mulai menjadi-jadi, Naruto pun memutar otak. Lalu muncul ide dibenaknya.

Setidaknya dia tidak perlu mendorong Hinata untuk segera kabur dari situ. Jadi itu kesempatan.

Naruto menolehkan kepalanya kearah jendela yang terbuka di belakang Sara.

"Hah?! Apa itu?!" teriak Naruto histeris dengan menunjuk jendela di belakang Sara. Wajahnya tampak takut dan keringat dingin bercucuran di dahinya.

"Apa, sih?" semuanya yang disitu menolehkan kepala ke arah jendela Naruto. Otomatis mereka pun menjauhkan bagian tubuh mereka dari Naruto.

"Apa yang kamu takutkan, eh?" tanya Amaru yang duluan menolehkan wajahnya ke belakang. "Ah, dia kabur," kata Amaru kemudian.

"Naruto kabur?!" tanya Sara dengan suara tinggi.

"Tidak kumaafkan! Dia telah menipuku!" seru Shion kesal.

"Hinata-chan kok tidak menahannya pergi, sih?" tanya Koyuki melihat Hinata.

"G-gomen, wajah Naruto-kun tampak sangat menderita...j-jadi..."

"Sudah, Koyuki-'san'. Hinata-chan tidak akan bisa menangkapnya. Kau tidak ingat bahwa Hinata-chan buruk di bidang olahraga termasuk lari? Dia akan kalah telak dengan Naruto yang selalu menjuarai lomba lari bersama Inuzuka Kiba dari sekolah kita," jelas Sara membela Hinata.

"Tapi kita beda sekolah, Baka," ujar Koyuki ketus.

"Aku sudah tahu, Baka!" emosi Sara mulai tersulut.

"Tapi kenapa kau bilang 'kita', Kuso-Sara!" balas Koyuki.

'Ah, bertengkar lagi,' batin yang lain sweatdrop.

"Jaa ne!" terdengar teriakan dari luar.

Semuanya yang ada di dalam ruangan itu melihat keluar melalui jendela itu. Tampak Naruto yang memasang wajah usil dan bahagia sedang melambaikan tangannya pada mereka.

"Ahahahaha!" Naruto tertawa lebar, lalu menuju rumahnya yang terletak di depan rumah Sara. "Syukurlah!" teriaknya senang saat membuka gerbang rumahnya, lalu menutupnya kembali.

|BLAM|

Terdengar suara pintu rumahnya yang dibanting oleh Naruto. Kemudian terdengar suara pintu yang dikunci.

Mereka yang ada di ruangan itu hanya bengong. Lalu perlahan muncul perempatan di dahi mereka.

"Sialan kau!" umpat beberapa diantara mereka.

"Amaru, Sara, dan Koyuki, kalian terlalu keras untuk mengumpat," kata Shizuka mengurut dahinya. Shion menghela nafas panjang, sedangkan Hinata memainkan jari-jarinya seperti biasa.

...

"Aah..." Naruto menghela nafas lega. Tubuhnya merosot ke bawah dan bersandar pada pintu rumahnya. Dia lega karena bisa kabur dari 6 gadis yang 'diam-diam' buas itu.

Ah tapi, kalau dibilang kanibal rasanya tidak benar dan terlalu berlebihan.

"Mereka itu kenapa, sih? Aku kan' juga laki-laki!" kata Naruto ketus. Pipinya masih memerah karena sederet adegan yang melibatkannya tadi.

Naruto tersentak karena otaknya yang 'tiba-tiba' memunculkan 'ilusi' yang benar-benar tidak diingankan.

Tanpa sadar, Naruto membayangkan keenam orang itu yang sedang memeluknya seperti tadi, namun dengan kondisi yang berbeda. Mereka mengenakan bikini yang jujur saja, menggoda dirinya.

"Dada Koyuki, Sara, dan Amaru masih terbilang ukuran rata-rata bagiku. Apalagi Amaru yang seperti papan tripleks itu. Beda dengan Shizuka, Hinata, dan Shion yang besar macam bola itu," gumam Naruto mendeskripsikan pikirannya yang cabul itu. "Ah, tapi dada ukuran rata-rata dan dada papan masih saja menggoda diriku," tambahnya. Sepertinya pikiran cabul itu telah mengusai sebagian otaknya.

'Hah, tubuh mereka tidak bisa kecil untuk selamanya,' batin Naruto mendongakkan kepalanya. Mengingat dirinya pernah mandi bersama keenam teman masa kecilnya saat masih kecil.

Nah, bagaimana kalau sekarang mereka mandi bersama-sama lagi seperti dulu?

"Jujur saja. Aku ingin mandi bersama dengan mereka lagi," batin Naruto.

Menggosok punggung mereka, memberi shampoo pada rambut mereka, dan...

...meremas dada mereka.

Oh, sialan Naruto! Segeralah berhenti berpikiran kotor seperti itu!'

Yah, Namikaze Naruto tidak bisa selamanya berpikir jernih seperti anak kecil.

...

"Ahh...hentikan..."

"Ayo mendesahlah lebih kencang, Sensei."

"Akh...kau itu muridku, tahu...!"

Beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu memasang ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang memasang wajah santai seolah terbiasa, memasang wajah cemas, memasang wajah malu, bahkan ada yang memasang ekspresi seolah antusias.

Yah, kalau kau ingin tahu, mereka tidak menonton secara 'live', mereka hanya nonton video porno yang dibintangi artis porno terkenal.

"Wah, suaranya kok slap-slep-slap-slep gitu, sih?" komentar Koyuki yang berwajah antusias.

"Kok 'wee-wee'-nya cowok itu keluar masuk gitu? Terus kenapa kok 'lubang'-nya cewek itu basah? Kok cowok itu teriak-teriak? Kok bisa? Hey, Hinata-chan jawab, dong pertanyaanku!" tanya Koyuki bertubi-tubi sambil mengguncangkan tubuh Hinata yang duduk disebelahnya.

"E-eh..." Hinata yang wajahnya memerah hanya bingung harus menjawab apa.

"Nah, keren 'kan? Itu salah satu koleksi video-ku yang paling aku suka. Female dominance!" kata Amaru bangga.

"Aku lebih suka male dominance. Seks normal seperti kebanyakan," kata Shizuka dengan wajah datar.

"Kau seorang sadist, Amaru-chan?" tanya Sara bingung.

"Tak tahu!" jawab Amaru menggendikkan bahunya. Alhasil Shizuka menjitak kepalanya. Entah karena apa.

"Wah, Human in Mating Season," gumam Shion dengan wajah merah.

"Mating itu buat binatang, Shion! 'Nganu'-nya manusia itu tidak tergantung waktu dan musim. Kalau mereka sedang nafsu, tak bisa menahan ya akhirnya 'gitu'," jelas Amaru asal dengan wajah sok. Lagi-lagi Shizuka menjitak kepalanya.

Beruntung tidak ada orang lain di rumah itu. Karena mereka menonton video porno dengan volume keras di LCD melalui laptop Amaru.

"Darimana kau mendapatkan ini, Amaru?" tanya Hinata.

"Cuma di situs porno saja. Gratis kok," jawab Amaru tegas.

"Astaga, ternyata kau suka sekali beginian," kata Sara menutup wajahnya.

.

Lalu, 5 menit kemudian...

.

"Aah...k-kimochi, nee...!"

"Aakkhh...!"

"Ah, Sensei-nya keluar di dalam," kata Koyuki sambil menelan ludah dengan susah payah.

"Aahh!" Hinata, Sara, dan Shion menutup mata mereka karena malu.

Lalu Shizuka menutup laptop Amaru dengan kasar.

"Shizuka! Kau bisa membuat rusak laptopku!" teriak Amaru ketus.

"Urusai!" jawab Shizuka.

Lalu tiba-tiba mereka berenam terdiam saat merasakan 'itu' di balik celana dalam mereka. 'Celaka. Bagaimana ini?!' batin mereka ketakutan sekaligus malu. Efek menonton video vulgar itu mungkin?

...

"Ukh," desah Naruto dengan suara kecil. Dia baru saja mengeluarkan 'semuanya' dengan bantuan tangannya sendiri. Di depannya terdapat laptop yang menayangkan video porno yang baru saja dilihatnya.

Naruto terengah-engah. 'Kenapa tiba-tiba aku ingin melihat video porno, sih?' kata Naruto sambil menarik secarik tisu yang terletak di sebelahnya. Kalau dilihat, terdapat 5 gumpalan tisu yang berserakan disebelahnya.

"Sialan, aku menginginkan sentuhan seorang wanita," kata Naruto gelisah sambil menggigit bawah bibirnya.

...

A/N:

Semvak bener, dah gue ini. Pas puasa malah buat ginian. Yah, buat ngisi waktu aja biar nggak inget laper sama haus. Iya, nggak? Nah biar aman, gue post sesudah buka puasa atau sekalian selesai puasa atau selesai sholat ied and lebaran. Nah, kalau gue post sebelum puasa selesai, berarti itu tandanya gue 'ngebet' banget pengen posting biara Doc Manager gue nggak terlalu penuh.

Yang jelas, waktu gue cari gambar di G**gle, gue nemu gambar ini. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang gue gunakan buat cover cerita ini. Artist-nya namanya Min Tosu. Gue suka banget gaya gambarnya.

Sebenarnya ada chara Miina, tapi di Naruto Wiki, Miina umurnya masih 5 tahun. Lha, entar Naruto dikiranya lolicon ama pedo, dong? Makanya gue ganti Shizuka aja. Toh, Shizuka ama Naruto pernah terancam dinikahin.

Aye, maaf kalau ceritanya jelek banget. Baru pertama kali gue buat yang model genre Harem kayak gini. Jadi, mohon krisarnya (review) ya, Readers...

v

v