Gintoki x Tsukuyo
Story by Rinegai
Pagi menjelang siang, dimana semua orang memulai aktivitasnya sehari-hari dengan semangat demi mendapatkan uang untuk hidup. Tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi pria bujang berambut keriting ubanan, yang kita tahu saat ini tinggal di kontrakan Otose-san tepat di lantai atas bertuliskan, "Yorozuya Gin-chan"
Proyek pekerja serabutan, melakukan apapun yang penting dibayar bersama dua rekannya.
Seperti yang kalian tahu ia masih belum juga beranjak bangun untuk sekedar mandi ataupun sarapan, padahal jam menunjukan angka 9.. Waktu yang siang untuk bekerja.
"Gin-san bangun lah, setidaknya cuci muka lalu sarapan. Aku sudah menyiapkannya."
"Akkhh, pusing kepalaku pusing Patsuan" rengek Gintoki yang masih meringkuk bak udang diatas futon kesayangannya.
Anak muda yang diketahui bernama Patsuan itupun mendekati Gintoki, "Shinpanchi Gin-san Shinpachi! Lagi pula aku kan sudah bilang jangan mabuk-mabukan lagi itu buang-buang duit!" celotehnya panjang sekali.
"Uruse na! Kau seperti Ibu-ibu Patsuan, pagi-pagi sudah mengomel!"
"H-hoi! Siapa yang kau panggil Ibu-ibu Gin-san?! Dan lagi pula ini sudah siang, cepat bangun dan sarapan sana bersama kagura!" Protesnya sambil berteriak.
"Hai-hai"
Saat ini mereka duduk untuk menikmati waktu sarapannya, terkecuali Shinpachi.
"Gin-chan kebo aru."
"Nani? Nani? Bocah ingusan dengan bau iler sepertimu tidak pantas berkata seperti itu kepadaku!" protes Gintoki pada Kagura, yang sama-sama kebo. (menurut gue:v)
"Wanita butuh tidur supaya kulitnya bagus aru! Tidak seperti Gin-chan pengangguran!" Balas Kagura tidak mau kalah.
Shinpachi yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala, ini lah aktivitas sehari-hari mereka. Bertengkar satu sama lain meributkan hal yang spele tanpa ada yang mengalah sedikit pun.
"Oi..oi Kagura itu tidak ada hubungannya!" Gintoki berusaha mengelak.
"Sudah.. Lanjutkan makan kalian, nah Gin-san kapan kau mebayar gaji kami?"
Bagai petir menyambar, pertanyaan Shinpachi membuat Gintoki kicep seketika.
"Oi..oi Patsuan, aku tidak pernah bilang akan membayarmun kan?" dengan senyum di paksakan.
"Yahh.. Aku sudah tahu jawabanmu seperti apa."
Tiba-tiba
Duk duk duk!
"Siapa yang mengganggu makan pagiku. Shinpachi bukalah." Suruh Gintoki.
"Hhaahh kenapa harus aku Gin-san!" tolak Shinpachi.
Duk duk duk!
"Sakata"
Dukkk dukk dukk!
"Sakata-san"
"Sakata-san, Aho no Sakata-san"
DUUAKK
DEPP DEEPP DEEPP
BRAK BRAKK!
"Sakata-san, Otose-san menagihmu uang sewa. Oi Aho no Sakata!"
"Shi-Shinpachi-"
"Gin-chan cepat bawa uang sewa aru!" bentak Kagura.
"Gin-san jangan bilang kau akan memakai uang itu untuk pachinko? TIDAAK AKANNN! Omel Shinpachi.
"AAAAHH KUSOO YAROO GIN-CHANN"
Kagura tidak tahan lagi untuk menendang Gintoki.
JDUAAKK BRAAKKK!
Gintoki terhempas jauh keluar akibat tendangan Kagura dari dalam.
"Jangan pikir kau bisa kabur Gin-san/chan"
"Yamete kunai! Ha-haiik aku akan bayar!"
Gintoki dikelilingi aura menyeramkan dari dua rekannya tersebut, mereka pun segera menyuruh Gintoki untuk mengambil uang sewanya.
"Arigatou Sakata nyan!"
"MENJIJIKANN KAU TAHUU?" pekik Gintoki Horror.
"Cepat sana kebawah, aku tidak ingin si kuso baba itu keatas lantaran kau belom balik-balik!" usir Gintoki kepada Chaterine.
Brakkk!
Gintoki membanting pintu dengan kesal, lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.
Pagi yang menjelang siang ini sungguh merupakan hal sial bagi Gintoki, sarapan diganggu habis-habisan.
"Gin-san, lain kali kalau sudah ada uangnya langsung bayar saja." pinta Shinpachi
"Haa.. Yaya.. Patsuan." jawab Gintoki malas
"Gin-chan badmood aru ka?"
"Kagura-chan mau kucolok hidungmu? Sudah habiskan makananmu."
Sarapan mereka dilanjutkan dengan hikmat dan tenang tanpa gangguan.
"Ne Gin-chan sukonbuku habis aru, belikan aku sukonbu aru ne." pinta Kagura
"Nani? Kenapa kau selalu memintaku untuk membelikan sukonbu untukmu?" protes Gintoki.
"Setidaknya itu lebih murah dan berguna dari pada membeli JUMP aru!" jawab Kagura sambil menunjuk JUMP yang dipegang Gintoki.
"Cih, bocah ingusan! Tentu saja ini lebih berguna dari pada rumput laut rasa ketiak- AKKKHHH"
"Kau bilang apa aru ka?" Kagura langsung menyekik Leher Gintoki.
"L-Lllephasskhan hhh-hhoi! A-aakhu beelhiikhh-ann" jawab Gintoki susah payah.
"Arigatou Gin-chan!" Kagura pun melepaskan cekikkannya dari leher Gintoki dengan senyum senang.
Akhirnya Gintoki pun keluar membeli Sukonbu untuk Kagura, ia berjalan gontai menuruni tangga. Ia menyipitkan matanya yang sipit saat melihat sinar matahari yang begitu menyilaukan siang hari ini. Menambah kesan cool dibalik penampilan urakan yang ia miliki.
Ia pun berjalan perlahan menuju Oedo Market dengan langkahnya malas dengan wajah angkuhnya.
Andai saja kau menyadari Gintoki, kau itu tampan. /plak
Tubuh tegap, atletis, hidung mancungmu, kulit putih, rahang tegasmu, mata bermanik marun bak ikan mati, serta rambut ikal putih yang menjadi daya tarikmu. Tak lupa cara berpakaianmu yang unik.
Beberapa wanita saja ada yang memerhatikanmu ketika dijalan dengan tatapan sulit diartikan, sayang kau itu terlalu cuek dan ya.. Selalu bertingkah konyol, pemalas, dan juga urakan warga Kabukichou tau itu semua.
Itu lah mengapa kau masih MEMBUJANG dan wanita-wanita jadi enggan mendekati.
Setelah memakan waktu beberapa menit, Gintoki pun sampai di Oedo Market dan segera membeli Sukonbu.
"Gintoki?"
Merasa namanya dipanggil, ia pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Disini kau rupanya, baru saja aku ingin kerumahmu."
"Oh, Tsukuyo. Tumben sekali, ada apa? Apakah kau rindu dengan Gin-san"? Goda Gintoki kepada wanita yang ternyata adalah Tsukuyo tersebut.
Perempatan muncul didahi Tsukuyo, "Hentikan itu Gintoki, aku datang kerumahmu untuk mengundang Yorozuya dan Otose-san ke acara ulang tahun Hinowa-san." jelas Tsukuyo.
Wanita ini entah mengapa selalu membuat Gintoki merasakan perasaan yang meletup-letup, ia jadi tidak tahan.
"Hee? Pesta? Pesta? Aku akan datang, gratisan kan?"
"Ya seperti yang ku bilang ajak Yorozuya dan Otose-san. Nanti malam jangan lupa."
"Haii haii."
"Aku sudah selesai, aku duluan Gintoki."
Tsukuyo selesai membayar dan pergi meninggalkan Gintoki, Gintoki terus menatap kepergian Tsukuyo tanpa ia sadari antrian dikasir memanjang karenanya.
"Maaf tuan, giliran anda selesai mohon untuk gantian."
Suara kasir menyadarkan Gintoki dari lamunannya tadi. Ia pun keluar dan pulang menuju rumah.
Malam pun tiba, seperti yang sampaikan Tsukuyo siang tadi. Gintoki mengajak Shinpachi, kagura, dan Otose ke Yoshiwara ke acara ulang tahun Hinowa-san.
Jangan tanya kenapa Chaterine tidak di ajak, ia harus jaga kedai Otose bersama dengan Tama.
Setelah beberapa menit, tibalah mereka di Yoshiwara, mereka pikir akan ada banyak orang namun tidak pada kelihatannya. Hinowa hanya mengundang sedikit orang, sepertinya ia mengadakannya sesederhana mungkin.
"Ara? Gintoki-san akhirnya datang juga.. Tamu spesialku.." sambut Hinowa.
"Otanjoubi Omedeto.."
Tsukuyo yang mendengar ribut-ribut dari dalam langsung peka siapa yang datang.
Mereka disambut meriah oleh Tsukuyo dan Seita anak Hinowa. Bercanda gurau, bercerita satu sama lain ini lebih seperti reuni dari pada sebuah ulang tahun. Tanpa sadar waktu semakin larut, dan tak satu pun dari mereka merasa kantuk. Karena suasana ini sungguh menghangatkan.
Udara diluar lumayan dingin, namun tak membuat Gintoki takut untuk pergi keluar. Gintoki menggeser pintu dan keluar untuk mencari sedikit udara.
Matanya menangkap sesosok wanita dengan rambut kuning kehijauan ia kenali menyandar di samping pintu sambil melalukan kebiasaanya yaitu merokok.
"Masih merokok he?" suara Gintoki menyadarkan Tsukuyo.
"Oh, Gintoki."
"Tidak di dalam? Ini kan acara mu juga." kata Gintoki, lalu berjalan dan duduk di pinggiran.
"Ahh.. Aku ingin merokok sebentar."
"Masih saja merokok, seperti laki-laki saja." kata Gintoki dengan nada yang sedikit mengejek.
Namun yang diejek hanya mendengus lalu ikut mendudukkan dirinya di sebelah Gintoki.
"Aku dilatih memang menjadi laki-laki, makanya aku membuang sifat kewanitaanku sejak dulu." jelas Tsukuyo percaya diri.
Namun itu malah membuat Gintoki semakin tertarik melakukan hal-hal yang menggoda kepada Tsukuyo, entah perasaan apa yang memasuki Gintoki saat ini, ia terlihat sangat senang saat dengan Tsukuyo.
Gintoki mendengus geli saat Tsukuyo mengatakan hal tersebut kepadanya dengan percaya diri, "Manusia yang dilahirkan menjadi wanita, ya tetap saja wanita sampai akhir. Tidak perduli seberapa keras yang kau lakukan untuk merubahnya, pasti tetap ada perasaan dan sifat kewanitaan yang tertinggal di jauh dalam lubuk hati itu." jelas Gintoki panjang lebar.
Tsukuyo yang mendengarnya pun termenung, namun ia segera menepisnya dan berusaha keras mengelak opini yang dijelaskan Gintoki padanya tadi.
"Sayang sekali, aku bukan seperti yang kau bilang Gintoki. Aku teguh pada pendirianku."
"Oi..oi kau yakin dengan yang kau bilang? Bagaimana kalau aku melakukan hal-hal senonoh padamu? Wanita kan pasti merasa dilecehkan."
"A-aku tidak takut, k-kalau kau mau coba saja! Aku sudah membuang rasa kewanitaanku." jawab Tsukuyo, namun entah mengapa suaranya terdengar gagap dan takut di telinga Gintoki.
Gintoki pun rasa kini bumi sudah terbalik, apa yang kalian pikirkan coba! Wanita ini dengan rela menyerahkan dirinya untuk dilecehkan.
Oh Gin-san makanya cepat menikah biar sah /plak
"Kau yakin apa yang kau katakan?" kata Gintoki menantang disertai seringaian yang berbeda tanpa diketahui oleh siapa pun, terlihat seksi, nakal namun tampan.
Saat Ini percaya atau tidak perasaan campur aduk mendominasi Tsukuyo, antara malu dan marah tapi juga fangirling lantaran melihat Gintoki yang berekspresi seperti itu.
Bagaimana bisa sih Tsukuyo yang terkenal strong dengan mudah dikalahkan begitu saja?
Kini Gintoki menatap lekat dan tajam ke manik ungu milik Tsukuyo, mencari-cari letak kelemahan si wanita disampingnya itu, ungu bertemu merah. Merasa tak nyaman di tatap seperti itu buru-buru Tsukuyo berdiri dan meninggalkan Gintoki diluar.
Namun pergerakannya di hentikan oleh Gintoki. Ia menahan Tsukuyo untuk tetap duduk bersamanya diluar.
Tsukuyo yang salah tingkah pun akhirnya buka suara, "Apa maumu Gintoki?" Suaranya terdengar di tekan dengan sengaja.
Yang ditanya pun menjawab dan mendekatkan wajah ke telinga Tsukuyo, "Membuatmu menjadi wanita lagi dan memperlakukanmu seperti wanita." jawab Gintoki, suaranya terdengar rendah dan seksi di telinga Tsukuyo membuat ia merinding seketika, jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya.
"Ap-paa kau-"
Gintoki kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Tsukuyo perlahan, ia mengarahkan kepalanya ke arah Leher Tsukuyo. Hidung mancung Gintoki menyentuh perlahan ke jenjang permukaan leher mulus Tsukuyo.
Ia menghirup aroma tubuh Tsukuyo, dan perlahan menulusuri leher Tsukuyo menggunakan hidung mancungnya, Tsukuyo hampir lupa caranya bernapas karena syok kenapa seorang Gintoki bisa melakukan hal seperti ini.
Ingat. Gintoki pun juga lelaki Tsukuyo, punya hasrat punya nafsu /plak.
Tsukuyo tidak bisa menahan debaran jantungnya, Gintoki menyudutkannya ke tembok dan mulai mengecup kecil leher Tsukuyo.
"Kenapa Tsukuyo? Kau kaget aku melakukan ini hm?"
Sial, suaranya sangat seksi! Batin Tsukuyo menjerit. Kenapa ia tidak bisa melawan Gintoki sedikit pun.
Salahkan pesona si Shiroyasha ini nona.
Gintoki mulai lagi menelusuri wajah Tsukuyo, hingga ke satu titik Gintoki berhenti.
Bibir.
Mata ikan mati Gintoki, mendadak menajam dan tak sedikit pun bergerak dari objek tersebut.
Tsukuyo merasa jantungnya akan meledak, Gintoki langsung meraup bibir merah Tsukuyo yang sedikit terbuka. Tangan besar Gintoki menangkup kedua pipi tsukuyo, ia memiringkan kepalanya perlahan tanda ia menikmati ciuman tersebut, tanpa sengaja lidah mereka bersentuhan. Seperti ada aliran listrik yang menyentak, Tsukuyo meremas yukata putih Gintoki dan mencengkram keras tangan Gintoki.
Napas mereka tersengal, Gintoki pun melepaskan tautan bibir mereka dan menatap lekat mata Tsukuyo. Tanpa jeda lama-lama Gintoki mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lembut dari sebelumnya.
Perasaannya yang belum pernah Tsukuyo rasakan dalam hidupnya, sensasi debaran jantungnya seakan tidak akan pernah berhenti.
Napas mereka yang saling menerpa, hal itu terus di lakukan dan akhirnya Tsukuyo membalas ciuman yang diberikan Gintoki. Tangan Gintoki perlahan menurun dan merengkuh pinggang ramping Tsukuyo.
Tanpa sadar mereka lakukan itu, banyak sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Gintoki menyudahi ciuman mereka, dan menundukan kepalanya tepat di bahu Tsukuyo.
"Aku menyukaimu."
Tsukuyo merasa jantungnya benar-benar berhenti sekarang, bagaimana tidak? Seorang Gintoki yang urakan dan pemalas menyatakan perasaannya layaknya di manga-manga Shoujo!
Ia tidak tahu bagaimana bentuk wajahnya saat ini. Perasaan senang, malu, dan marah menjadi satu.
Apakah Tsukuyo mempunyai perasaan yang sama?
Gintoki kembali menegakan kepalanya, dan tersenyum lembut kearahnya. Ia menepuk pelan kepala Tsukuyo, "Tidak usah ambil pusing, lupakan saja." ucap Gintoki lembut.
Tsukuyo mematung mendengar ucapan Gintoki, jadi seriuskah dia atau tidak?
"J-jangan seenaknya kau memperlakukan wanita seperti itu!" ucap Tsukuyo antara marah dan malu mengingat kejadian yang baru saja Gintoki lakukan padanya.
Mereka terdiam cukup lama. Hingga akhirnya..
"Bukankah aku sudah bilang, bahwa akan membuatmu merasakan yang namanya menjadi wanita eh?" jelas Gintoki dengan tatapan ikan matinya seperti biasa.
Gintoki tersenyum, perlahan menjauh dan kembali masuk ke dalam, ia tidak sadar bahwa perbuatan yang ia lakukan tadi menimbulkan kekecewaan yang besar terhadap Tsukuyo. Bagaimana pun juga, ia wanita bukan? Punya rasa juga punya hati, dan Gintoki berhasil mengembalikan rasa kewanitaannya.
Hinowa dan yang lainnya menyaksikan kejadian tersebut merasa tercengang. Dan satu hal yang mereka pikirkan dan digaris bawahi.
Sisi lain Sakata Gintoki itu benar-benar berbahaya.
