Disclaimer : Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Romance

Rate : T

Warnings : AU, maybe contain little bit OOC

Just Another Cinderella Story

Chapter 1

Nadeshiko Ama

Suara high heels yang beradu dengan lantai tak pernah terdengar begitu menakutkan seperti saat ini bagi kelima editor majalah SOPHISTICATED, kelimanya hanya bisa saling melirik dan menelan ludah ketika sang Direktur, Senju Tsunade mengelilingi kursi mereka dan mengacungkan selambar kertas. Yah kertas yang bisa saja menjadi tiket keluar mereka dari majalah wanita bergengsi tersebut, terdengar mengerikan memang, karena kertas tersebut berisi hasil penjualan edisi bulan lalu.

"Bagaimana bisa hal ini sampai terjadi?"

Hening, tak ada yang menjawab.

"Apa saja kerja kalian sampai-sampai angka penjualan kita terus menurun. Sampah apa yang kalian terbitkan di majalahku?" Ia sudah berhenti mengelilingi ruangan dan duduk di singgasananya

"Lihat ini" sambil melemparkan secara pelan majalah edisi bulan lalu ke hadapan kami

"Jika aku adalah potensial customer majalah ini, aku akan berpikir dua kali sebelum membeli ini, aku tidak perlu membayar mahal untuk mendapatkan semua katalog ini. Majalah kita bukan katalog pusat perbelanjaan ataupun media promosi bagi designer."

"Tapi ini kan majalah wanita, Direktur." Ino mencoba memberi alasan

"Majalah kita mengupas life style metropolitan, bukan hanya melulu berisi fashion. Jika hanya ingin mengikuti trend mode terbaru mereka juga bisa menyaksikan peragaan busana di Paris atau Milan." Hening kembali hadir di tengah mereka

"Aku ingin majalah kita punya soul yang benar-benar mengambarkan life style para wanita karir dan esekutif muda. Edisi selanjutnya buatlah rubrik baru yang mengupas semua itu."

"Tapi Direktur jika kita menambah rubrik baru maka akan menambah jumlah halaman serta biaya produksi sedangkan harga jual kita tidak berubah, ini akan mempengaruhi profit kita." Sakura mengutarakan pendapatnya akan rencana sang Direktur.

"Itu benar jika kita tetap mempertahankan jumlah halaman seperti saat ini maka halaman bagi para sponsor akan berkurang, padahal itu sumber utama kita dalam bisnis ini, hasil penjualan tentu tidak dapat sepenuhnya menutup biaya produksi. Hal ini juga akan mempengaruhi hubungan kita dengan para sponsor." Temari mengungkapkan alasan senada yang mendukung Sakura.

"Edisi bulan depan merupakan percobaan, aku akan mencoba membicarakan dengan para sponsor mengenai situasi kita saat ini. Tentunya ini akan merugikan mereka juga jika hal ini terus berlanjut atau bahkan lebih buruk."

"Lalu artikel seperti apa yang harus kami tulis?" tanya Tenten

"Buatlah riset, aku tidak ingin artikel itu berisi pendapat subyektif kalian saja, harus berdasar fakta dan sudut pandang profesional kalian sebagai editor."

"Lalu bagaimana jika ini tidak berhasil?" Hinata bertanya dengan nada cemas dan memandang rekannya satu per satu

"Kalian harus pikirkan cara lain, aku membayar kalian untuk itu. Jika tidak, bersiaplah angkat kaki dari majalah ini." Ujar sang Direktur sambil meninggalkan meeting room, meninggalkan kelima editornya yang wajahnya perlahan memucat.

oOo

"Bagaimana ini, nasib kita di ujung tanduk."

"Bagai telur di ujung tanduk, Pig."

"Keadaan kita sudah memasuki siaga 1 kau masih bisa bercanda, Forehead."

"Hei, aku cuma membenahi tata bahasamu yang kacau itu, bukan bercanda."

"Sudahlah kalian berdua jangan ribut, kita tidak punya banyak waktu. Kita masih harus mempersiapkan edisi bulan ini, pesta anniversary ke- 10 majalah SOPHISTICATED, juga rubrik baru itu." Tenten menengahi perdebatan dua sahabat itu.

"Sebaiknya kita bahas satu per satu dulu bagaimana?" Hinata memeriksa sesuatu di agendanya.

"Yah aku setuju, kita mulai progress report edisi bulan ini saja." Temari juga melakukan hal yang sama dengan Hinata. Satu per satu editor melaporkan progress report mereka.

"Aku rasa persiapan kita untuk edisi bulan ini sudah mencapai 70%, kita bahasa saja rubrik baru untuk edisi bulan depan. Aku masih belum punya gambaran apapun untuk rubrik itu." Ino berkata sambil memutar-mutar pena dengan jarinya.

"Apalagi aku, pikiranku masih terfokus pada pesta anniversary, apa kau tidak punya ide Sakura? kau kan bisa mengamati kekasihmu, Sasuke."

"Hei bagaimana jika kita mengamati kehidupan pria-pria esksekutif muda, kita lihat lebih dekat siapa tahu ada hal yang menarik yang dapat kita angkat. Bagaimana denganmu Hinata, kau bisa mengamati kakak sepupumu, Neji kan? "

"Tidak bisa Temari, Neji nii-san sedang tugas keluar kota selama 2 minggu."

"Wah itu terlalu lama, bisa-bisa kita didamprat Nona Tsunade kalau terlalu lama menunda riset ini. Bagaimana dengan adik-adikmu Temari mereka bisa dijadikan objek riset kan? "

"Jangan, kita harus melihat dalam sudut pandang wanita kepada pria." Tenten menolak usulan Sakura

"Kalau begitu kau saja Sakura, kau melakukan riset pada Sasuke."

"Menurutku Ino, kita harus melihat sisi alami yang tidak pernah dilihatkan seorang pria pada lawan jenisnya."

"Kau benar Hinata, astaga aku tidak pernah menyangka ini akan sulit sekali."

"Jadi kita harus meriset pria lajang yang tidak kita kenal dan harus 24 jam bersamanya? Dimana kita bisa menemukan pria itu." Temari bertanya sambil mengedarkan pandangannya pada keempat temannya.

"Hei, aku kenal siapa pria itu!" Ino mendadak memandang rekan-rekannya dengan wajah yang berbinar-binar.

oOo

"Astaga Ino, dapat darimana sih baju-baju ini?"

"Ada deh. Pokoknya kamu mesti pakai baju-baju ini. "

"Ogah, baju gak jelas juga. Udah di dry cleaning belum?"

"Ongkos dry cleaningnya aja lebih mahal dari bajunya, Temari." sahut Sakura sambil tertawa.

"Kamu yakin mau melakukan ini semua?" Tenten kali ini angkat bicara

"Ha~h. Tentu saja tidak, tapi mau gimana lagi?"

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu."

"Tenang saja Hinata, aku akan menghandle pekerjaan harian Temari dan memberikan progress reportnya jadi dia bisa mengontrolnya setiap saat." jawab Ino

"Wah aku tidak menyangka kamu mau repot-repot seperti ini demi aku." dengus Temari kesal

Ino hanya mengedikkan bahunya dan kembali memasukkan semua bajuku ke dalam tas dengan cengiran menyebalkan, rasanya Temari ingin melempar sepatu ke arahnya.

"Yap selesai, nah Temari sekarang kamu tinggal pergi ke alamat yang aku berikan tadi."

'Somebody please save me' batin Temari putus asa.

oOo

Yah disinilah dia sekarang, berjalan menuju sebuah rumah yang akan ditempatinya sebulan ke depan, dengan menjinjing sebuah tas yang berisi baju-baju yang tidak pernah ia bayangkan, sama seperti yang sekarang sedang dikenakannya sebuah kaos oblong yang tidak jelas warnanya entah merah pudar atau oranye dan rok sepanjang 5 cm di atas mata kaki, sandal jepit, dan dengan rambut di kuncir empat. Ia hanya bisa meringis membayangkan dandanan ajaibnya saat ini, sungguh tidak mencerminkan sebagai salah satu editor di majalah SOPHISTICATED, salah satu majalah wanita terkemuka, yang harus selalu tampil chic di setiap kesempatan. Temari memejamkan mata dan menghembuskan nafas panjang, dengan memantapkan hati diuulurkan tangannya untuk membunyikan bel. Tak lama seorang pria muda membuka pintu.

"Ya?"

"Em.. Saya dikirim Nona Ino Yamanaka untuk menjadi pembantu disini."

Pria muda di depannya mengangkat sebelah alisnya dan meneliti dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia hanya bisa menundukkan kepala dan berharap semoga dia tidak menyukai dirinya dan bisa keluar dari kekonyolan ini.

"Ya Ino sudah meneleponku kemarin. Oke, kamu bisa mulai kapan?"

"Apa?" Temari segera mengangkat kepala.

"Kamu bisa mulai kerja disini kapan?" jawabnya dengan nada malas.

"Se.. Sekarang juga saya siap Tuan."

"Ya baiklah, namaku Nara Shikamaru, kamu?"

"Saya Temari, Tuan Nara."

"Shikamaru saja, ayo masuk."

"Baik Tuan Shikamaru."

oOo

Temari mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah majikannya ini, satu kata yang tepat untuk rumah ini, BERANTAKAN! Heran bisa-bisanya dia tinggal di tempat seperti ini, kertas-kertas di meja ruang tamu, entah file-file penting atau hanya kertas bekas saja, sepatu tergeletak begitu saja di samping sofa sedangkan jaketnya teronggok di sofa. Beranjak ke ruang tengah, pemandangan yang tertangkap oleh matanya tak jauh berbeda dari ruang tamu, lebih parah mungkin. Papan shogi serta pionnya tercecer di meja ruang tengah, bungkus-bungkus snack serta gelas kotor juga belum dibereskan dari meja. TV masih dalam keadaan menyala, lantai juga masih belum disapu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan dapurnya pasti banyak sekali piring dan gelas kotor. Hufftt...Sepertinya hari pertamanya akan berat.

"Temari, kau bisa mulai membereskan rumah, dan kau tidak perlu memasak makan malam untukku karena aku akan pulang malam."

"Baik Tuan."

"Oh ya dan tolong cucikan bajuku, aku sudah menaruhnya di keranjang di ruang cuci."

"Baik." Ia kembali menganggukkan kepalanya

Sudah 30 menit berlalu sejak kepergian 'tuan'ku, tapi ia hanya bisa bengong memandang seluruh rumah dengan penuh penyesalan, gimana cara bersihin rumah coba. Seumur-umur hidup di dunia tidak pernah sekalipun beres-beres rumah, maaf aja bukan sombong atau gimana, secara itu kan tugas pembantu. Rumah orangtuanya di Suna bahkan punya beberapa pembantu untuk mengurus tiap bagian rumahnya dan untuk kondomiumnya di Konoha ada petugas yang selalu membersihkan tempat tinggalnya itu setiap hari ketika ia bekerja. Jadi ia tidak pernah bermasalah dengan kebersihan apartemen mewahnya. Dan saat ini ia hanya bisa memandang nanar ke arah sapu dan vacum cleaner yang harus ia gunakan untuk memulai pekerjaan mulianya. Tapi sebelum itu ia mencari ponsel yang disembunyikan di dasar tas yang ia bawa, dicarinya sebuah nama yang tertera di phonebooknya, menunggu panggilannya dijawab ia berjalan menuju sofa dan duduk sambil menyelonjorkan kakinya di karpet.

"Ada ap..." Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Temari sudah menyemburnya

"Hei, Ino apa maksudmu mengirimku ke rumah pemalas ini?"

"Wah hebat sekali kau Temari, bisa membaca kepribadian orang pada pertemuan pertama."

"Jawab pertanyaanku Ino."

"Gomen Temari, hanya kau yang bisa melakukan pekerjaan ini, kami semua sudah kenal dengan Shikamaru, ia sahabatku sejak kecil, kami satu angkatan sejak SD begitu juga dengan Hinata, lalu ia juga sekantor dengan Sasuke kekasih Sakura, sedangkan Tenten adalah kakak kelas kami. Jadi hanya kamu yang belum bertemu dengan Shikamaru."

Temari menghela nafas panjang, " Apa tidak ada orang lain Ino?"

"Ada sahabatku satu lagi Chouji, tapi menurutku ia bahkan lebih parah dari Shikamaru, yang dipikirkan hanya makan saja, kau pasti tak tahan dengannya."

"Lalu apa yang harus aku tulis untuk artikel itu, bagaimana cara membuat wanita illfeel pada pertemuan pertama, begitu Ino?" ujarnya sarkatis

"Tentu saja tidak Temari, amatilah dulu kesehariannya, aku yakin kau pasti menemukan sesuatu yang menarik."

"Yah kita lihat nanti saja, aku bahkan tak tahu bagaimana cara memakai vacuum cleaner." Ujarnya putus asa.

"Ganbatte ne Temari, ini demi kelangsungan hidup kita di SOPHISTCATED."

Percakapannya dengan Ino tidak membuatnya lebih tenang malah membuatnya semakin frustasi, ia tahu nasibnya dan keempat rekannya bergantung pada keberhasilan penyamarannya kali ini. Aargghhh ia merasa seperti anggota CIA yang harus menyamar ke dalam sarang teroris dimana kalau ia gagal maka negaranya akan luluh lantak, rata dengan tanah karena rudal yang diluncurkan teroris. Astaga ia merasa seperti movie freak dengan pemikiran konyolnya itu, CIA? yang benar saja, yang ada saat ini ia adalah PRT a.k.a pembantu rumah tangga. Ia bergidik ngeri mengingat berita-berita penganiayaan majikan pada pembantunya yang sering menghias layar kaca ataupun surat kabar, semoga Nara Shikamaru bukan orang seperti itu. Jika benar maka ia hanya perlu menghantui Ino seumur hidupnya, kerena semua ini adalah ide briliannya.

Matanya kembali menyapu tiap sudut rumah, semangatnya kembali turun drastis. Apa ia perlu menyewa jasa pembersih rumah? Mungkin ia bisa menghubungi pengelola kebersihan kondominiumnya, tidak..tidak tetangga pasti curiga buat apa Shikamaru menggaji pembantu kalau masih menyewa cleaning service. Tck ia memang harus membersihkan rumah ini dengan tangannya sendiri. Semangat Temari ujarnya dalam hati semua ini tidak akan beres kalau kau hanya memikirkannya saja. Dengan berat hati Temari mulai membereskan satu per satu kekacauan di rumah majikannya itu.

oOo

Temari terbangun dengan rasa kaku yang menjalar di sekujur tubuhnya, ia menggeliat tak nyaman mencoba meregangkan tubuhnya, tapi percuma rasa kaku itu tidak hilang apalagi saat ini ia berbaring di kasur yang tidak seempuk kasur di apartemennya. Ia bangkit dari ranjangnya berpikir mungkin mandi air hangat bisa mengurangi pegal-pegal di tubuhnya yang ia dapat setelah membersihkan satu rumah, bagi pembantu sebenarnya mungkin hal ini tidak masalah tapi karena ia adalah pembantu dadakan maka pegal-pegal inilah yang ia dapat. Matanya melirik jam dinding di kamarnya, matanya melotot tak percaya, 'sial' rutuknya dalam hati, sekarang sudah jam 8 malam ia pasti ketiduran cukup lama. Ia urungkan niatnya untuk mandi dan berbelok menuju ruang cuci, ia ingat belum mencuci baju Shikamaru. Tck sial, perutnya keroncongan rupanya mie instan yang ia makan tadi sore tadi tidak cukup mengganjal perutnya. Yah karena ia tidak bisa memasak alhasil itulah satu-satunya masakan yang bisa ia buat. Itupun harus melalui proses membaca cara memasak yang tertera di kemasan mie lalu tak sengaja jarinya tersiram air rebusan mie yang masih amat sangat panas saat mencoba meniriskan mie. Sepertinya ia menyesal sekarang kenapa dulu tidak menuruti anjuran kaa-sannya untuk belajar memasak, karena ia berpikir bahwa ia punya cukup uang untuk menggaji pembantu jadi ia tak perlu repot-repot bekerja di dapur dan terbukti juga ucapan kaa-sannya bahwa ia akan canggung untuk bekerja di dapur untuk pertama kali.

Ia meraih keranjang cucian membawanya menuju mesin cuci di pojok ruangan. Hatinya kembali mencelos saat mengetahui keadaan mesin cucinya

"Astaga sejak kapan mesin cuci pakai LCD?"

Temari yang dalam hidupnya tidak pernah menggunakan mesin cuci bahkan untuk tipe yang paling sederhana pun tentu kebingungan.

"Oke Temari tenang, tarik nafas dalam-dalam, kau pasti bisa mengopersikannya, kau wanita cerdas, tidak ada yang tak bisa kau lakukan." Temari mencoba melakukan monolog untuk menenangkan dirinya.

Baju-baju kotor Shikamaru dimasukkannya di mesi cuci, ditakarnya deterjen sesuai petunjuk yang tertera di kemasan, oops ia hampir lupa belum mengisi air, ia pun menyalakan kran air dan tak sengaja tangannya menyenggol deterjen yang ia letakkan di pinggir mesin cuci

"Astaga!" jeritnya panik saat ia melihat hampir semua deterjen tumpah di tumpukan baju di mesin cuci, dengan segera ia mengambil kemasan deterjan yang tinggal seperempat itu.

"Tidak apa-apa, semakin banyak deterjen bukannya semakin bersih, iya kan?" ujarnya mencoba menenangkan diri.

Jari-jarinya menyentuh layar LCD menekan serentetan perintah untuk mulai mencuci.

"Well sejauh ini semuanya berjalan lancar." Ketika didengarnya mesin cuci mulai bekerja menggilas pakaian kotor di dalamnya, yah ia berhasil melakukannya, tidak ada buku petunjuk memang tapi ia berhasil menerka-nerka perintah mana yang harus ia tekan di layar LCD. Dan sekarang ia hanya butuh menunggu sampai mesin berhenti beroperasi, maka dengan tenang ia beranjak ke kamar mandi untuk melanjutkan rencana mandinya yang sempat tertunda.

Langkahnya seketika terhenti ketika melewati ruang cuci setelah ia mengambil handuk di kamarnya, betapa terkejutnya ia ketika mendapati ruangan cuci dipenuhi busa yang meluber dari mesin cuci serta air yang terus mengalir dari mesin cuci, sepertinya Temari lupa belum mematikan kran air. Berhati-hati ia melangkah agar tidak terpeleset busa dan air, setelah berada di dekat mesin cuci ia langsung mematikan air. Dan sekarang ia mencoba berkutat dengan LCD untuk mematikan mesin, tapi kepanikan yang melanda dirinya ternyata malah sukses membuat mesin berputar lebih cepat, rupanya ia salah menyentuh tombol perintah di LCD. Segera ia membuka penutup mesin cuci untuk memindahkan busa agar tidak terus meluber, tapi yang terjadi malah busa menyembur ke segala arah bahkan ke matanya, Temari yang merasakan pedih di matanya reflek mundur dan sialnya ia malah jatuh terpeleset, dan ia pun segera merutuki kebodohannya.

"Temari, ada apa ini?"

"Tu.. tuan Shikamaru." Seolah melengkapi kesialan dirinya, Shikamaru yang tadi pagi berencana pulang malam malah sudah berada di rumah saat ini.

"Kenapa tidak kau matikan mesin cucinya?" Shikamaru segera berjalan untuk mematikan mesin cuci.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?" ia membantu Temari berdiri

"Maaf tuan, saya salah memencet tombol di LCDnya."

"LCD?" Tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya, ia bertanya seolah tak mempercayai pendengarannya, pembantunya yang kata Ino bahkan tak lulus SD tahu istilah LCD.

'Sial, aku kelepasan bicara.'

"Kau tahu tentang LCD?"

'Perfect, tamat sudah karirku.'

To Be Continued...

Akhirnya selesai juga fic ini, another ShikaTema hehe lagi mood bikin pair ini, *nglirik jam di lepi 0:59* udah malem banget ternyata. Jadi kayaknya gak bakal nulis panjang-panjang di author's note udah mulai ngantuk soalnya. Mohon maaf deh kalo banyak typo, trus mohon reviewnya ya