The New Me

Chapter 1 – Mengenang Kisah Masa Lalu

Pulchra Arcanum

Hari ini hari hitam – hari suram. Aku berjalan menapaki rerumputan yang juga terlihat murung. Ditemani oleh kakakku, aku melangkah berdampingan menuju ke sebuah pemakaman. Pemakaman di balik mansion yang megah – di balik sebuah kenangan suram.

Banyak pejabat, kerabat, dan tentunya keluarga, datang menghadiri acara pemakaman. Aku berdiri paling depan, di depan batu nisan. Orang yang paling kusayangi dan kucintai, kini telah pergi jauh. Tapi bukan di makam ini, di tanah ini. Bukan! Tubuhnya pergi bersama kepala pelayannya. Kepala pelayan yang selalu berpakaian serba hitam, penuh dengan misteri. Mereka berdua pergi jauh, menghilang, dan tak pernah kembali.

Aku memandangi batu nisan itu. Batu nisan yang terlihat megah dan elegan, sesuai dengan pribadi orang itu. Batu nisan yang telah kulihat untuk yang kedua kalinya. Batu nisan yang bertuliskan : Earl Ciel Phantomhive. Nama itu berhasil mengingatkanku. Berhasil mengingatkanku atas semua kenangan tentang dirinya dan keluarganya. Semua kejadian yang bahkan 100 kali lebih suram dari hari ini. Kejadian-kejadian hitam. Kejadian-kejadian yang sangat mengerikan untuk diingat. Ya, hanya itu yang ditinggalkan olehnya. Oleh Ciel dan kepala pelayannya.

Saat ini adalah saat kedua kalinya aku kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Dulu, aku pernah merasakan hal yang sama. Saat di mana hatiku hancur. Saat ayah dan ibunya tewas dalam kebakaran hebat. Saat, di mana ia menghilang.

Saat itu, aku masih polos – tidak tahu apa-apa. Aku masih percaya pada keajaiban. Keajaiban yang dapat membawanya kembali. Keajaiban yang dapat menyatukan diriku dan dirinya. Dan di situ, aku masih menangis. Tangisan cengeng dari anak manis dan imut seperti diriku.

Keajaiban yang dulu kunanti, pernah terkabul. Ciel kembali. Aku berlari dengan air mata yang mengalir deras, lalu memeluk tubuh Ciel. Tapi tubuh Ciel menjadi lebih kurus dan lebih pendek dari diriku. Senyumnya yang selalu menghiasi wajahnya, kini menghilang, berganti dengan tatapan dingin dan serius. Aku terkejut. Ciel telah berubah.

Hari-hari sering kulewati bersamanya. Berbagai kisah suka dan duka kami lewati bersama. Aku, Ciel, dan kepala pelayannya. Tapi anehnya, hari-hari Ciel ternyata lebih suram dari yang kuduga. Ia banyak menghabiskan waktu untuk menuruti perintah Ratu. Dan perintah Ratu selalu penuh dengan pembunuhan, pengumpulan berbagai barang bukti, dan penanganan banyak kasus. Aku takut kalau Ciel akan menjadi seorang pembunuh karena perintah Ratu. Dan mungkin, itu telah terjadi. Dan itu memang seharusnya terjadi. Itu adalah tanggung jawab seorang kepala keluarga Phantomhive. Tugas seorang Earl. Tugas sebagai 'The Queen's Guard Dog'.

Sebastian. Itu adalah nama kepala pelayan Ciel. Kepala pelayan yang suram – penuh misteri. Entah dari mana Ciel mendapatkan kepala pelayannya itu. Kurasa, yang membuat Ciel kehilangan senyumannya, adalah Sebastian. Bahkan saat Sebastian tersenyum, rasanya ada perasaan aneh dan membuat senyuman itu menghasilkan sebuah misteri tersendiri. Menurutku, Sebastian terlalu sempurna untuk seorang kepala pelayan. Ia selalu bisa menyelesaikan berbagai permasalahan dalam waktu singkat. Ia bahkan bisa menggantikan cincin Ciel yang rusak karena tingkahku. Dari segala tingkah lakunya yang aneh dan luar biasa itu, ia selalu menjawab, "If I can't do that, what kind of butler would I be?", atau, "It's because, I'm the one of hell of a butler.". Ya, itu membuatku berfikir kalau Sebastian memiliki ilmu hitam.

Sekarang, semuanya telah pergi. Baik Ciel, Sebastian, ataupun orang tua Ciel. Kini, semua itu malah membuatku semakin teringat akan kisah sedih yang telah kualami. Mengingatkanku terhadap janjiku untuk diriku sendiri.

Dulu, aku pernah membuat sebuah janji penting dalam hidupku. Dulu, saat aku masih tidak mengerti apa-apa, aku sangat ingin menjadi istri cantik dan imut untuk Ciel. Aku tak pernah berharap untuk menjadi istri yang lebih kuat dari Ciel. Aku ingin menjadi istri yang selalu dilindungi Ciel. Tapi, begitu Ciel kembali, aku membatalkan semua janjiku. Aku harus menjadi istri yang selalu melindungi Ciel.

Dan aku tahu, janji itu tak akan pernah bisa terpenuhi. Baik untuk menjadi istri cantik dan imut ataupun menjadi istri yang dapat melindungi Ciel. Aku benar-benar gagal untuk memenuhi janjiku. Dan aku bingung, aku gagal menepati janjiku karena aku memang tidak memiliki kemampuan atau karena aku terlambat? Tapi kurasa, kedua janjiku dan pertanyaan itu tak lagi penting. Kini Ciel telah pergi, aku harus menyiapkan banyak hal untuk melupakan semua tentangnya.

Sekuat apapun aku mencoba, aku tak akan pernah bisa melupakan semuanya. Apalagi dansa terakhirnya. Saat terakhir aku bisa merasakan tubuhnya, melihat wajahnya, dan mendengar suaranya. Saat terakhir aku bersamanya.

Aku sangat ingat bagaimana alunan musiknya berubah menjadi mengerikan. Aku sangat ingat bagaimana kuku jari Ciel berubah menjadi hitam. Aku juga sangat ingat bagaimana mata biru Ciel yang menawan, mulai berubah menjadi merah. Dan aku sangat ingat, bagaimana cara Ciel mengucapkan hal penting itu. Kata-kata yang membuatku bingung. Kata-kata yang mengisyaratkan ke mana Ciel akan pergi.

"Lizzy, aku telah berubah menjadi iblis sekarang. Apakah kau takut?" ucap Ciel dengan nada setengah dingin. Tapi bibirnya, masih tetap tersenyum.

"Kamu… menjadi iblis?" tanyaku pelan. Ciel tidak menjawab, dan tetap tersenyum. "Tidak, aku tidak takut Ciel!" jawabku akhirnya.

"Bagus. Maka dari itu, aku dan Sebastian akan pergi jauh dari sini. Maafkan aku karena aku harus meninggalkanmu lagi," kata Ciel tegas.

"Tidak apa-apa, Ciel! Aku tahu ini berat untuk kita berdua, tapi…. Aku akan selalu berada di sini, dan menunggumu kembali!" jawabku pelan. Ciel tersenyum, menikmati alunan musik yang terdengar semakin menyeramkan. Menikmati dansa terakhirnya.

Tapi, semua itu sudah berlalu. Dan semua yang berlalu biarlah berlalu. Bayak emosi yang tidak bisa aku ungkapkan, tidak bisa aku jelaskan. Amarah, kebingungan, kesedihan, dan hal lainnya, bercampur menjadi satu. Aku tidak mengerti, bagaimana kisah hidupku selanjutnya. Kisah hidupku tanpa Ciel.

Tapi, satu hal yang akan selalu tertanam dalam hatiku. Satu hal yang akan kugenggam selamanya. Satu hal yang akan kubawa hingga aku mati. Satu hal yang akan kuingat dan kupegang hingga sebuah hari gelap datang mengambil nyawaku. Yaitu, bertemu Ciel… bertemu Ciel…. Di Surga..

Aku, Elizabeth Ethel Cordelia Midford, dengan ini berjanji, akan membawa Ciel kembali ke jalan terang. Ke tempat di mana seharusnya ia berada. Dan dengan ini, aku berjanji, untuk melindungi Ciel dari pasukan gelap dan membawanya kembali bersama-sama ayah-ibunya, dan kembali padaku.