Kyuhyun menatap lukisan jingga yang tercetak jelas di langit sore. Bias-bias tipis jingga kemerahan terlihat menerobos masuk melalui celah-celah awan. Pria itu tersenyum tipis , memejamkan matanya tatkala merasakan sinar hangat dalam udara berembun itu mengenai wajahnya. Lalu, teringat ia akan sosok tentang seseorang yang sampai saat ini masih tetap berada dalam hatinya.
.
1307's Room
.
Written by hyejinpark©2015
Disclaimer : the story is belong to my mind. Belong to God, they themselves, and their families.
Warning : OOC|GS|KYUMIN|Don't like don't read|Plagiat is not allowed| Gaje|typo always on|Bad diction|Monoton|Romance|Angst|
Cast : Kyumin
Rate : T
(twoshoot)
Happy reading
.
.
.
Pagi pertama di awal bulan Agustus, Cho Kyuhyun melangkahkan kakinya secepat yang ia bisa untuk dapat cepat sampai ke Samsung International Hospital. Pemuda tujuh belas tahun itu sesekali menyeka keringatnya yang mengucur deras. Akibat udara yang amat panas di musim ini.
Pantai-pantai penuh dengan para gadis yang berbikini dan orang-orang yang pesta semangka atau bermain bola voli. Penjual ice cream dan jus keliling pun berjejer di sepanjang jalan dan taman-taman kota.
Pemandian umum dan kolam renang pun penuh sesak dengan kerumunan orang-orang yang berendam dan menyegarkan diri. Tagihan listrik yang meledak karena orang-orang terlalu sering menghidupkan AC dan pendingin lainnya.
"Seharusnya sekarang aku berada di dalam rumah, dan menikmati liburan musim panas ku yang tinggal sebentar lagi. Bermain game dan meminum jus semangka atau es jeruk. Bermalas-malasan di kamar atau berendam air dingin di bak mandi, atau tidur dengan menyetel AC sedingin mungkin seharian di rumah" monolog Kyuhyun.
"Uh" Kyuhyun menggerutu menendang sebuah kaleng coca-cola kosong yang tergeletak di jalanan.
'Tak'
Dan tepat mengenai sebuah tiang listrik di samping halte pemberhentian bus.
"Uh" Kyuhyun mengeluh lagi ,menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya. Tangannya terasa amat basah dan lengket. Bahkan bagian punggung t-shirt biru yang di pakaiannya pun sudah basah karena keringat. Manik obsdiannya yang sudah sipit kian menyipit ketika terkena langsung silaunya sinar matahari siang itu. Dan reflek tangan pemuda itu terangkat, melindungi matanya yang terkena sinar silaunya.
Sungguh Kyuhyun mengumpat atas sikap kakak perempuannya yang seenak jidat menyuruhnya keluar rumah disaat udara panas seperti ini. Kakaknya adalah seorang perawat yang baru beberapa bulan ini dipindah tugaskan di rumah sakit itu. Dan karena alasan itu lah Kyuhyun jadi ikut pindah ke Seoul untuk menemani kakak perempuannya itu. Siang tadi ia menelpon Kyuhyun memintanya untuk mengantarkannya baju ganti.
Untung saja pemuda berkulit putih pucat itu tidak perlu berlama-lama menunggu bus yang lewat. Bus tujuannya sedang berjalan menuju halte tempatnya berdiri saat ini. Kyuhyun memilih duduk di belakang kerena menghindari cahaya. Setelah dirasa menemukan posisi yang nyaman ia lalu mengeluarkan pspnya lalu melanjutkan gamenya.
Bus berhenti tepat di seberang jalan rumah sakit. Mengantongi lagi pspnya lagi, ia pun turun lalu Kyuhyun berjalan ke rumah sakit di seberang sana dengan menenteng sebuah paper bag yang ia bawa sejak tadi.
"Tsk" Kyuhyun menggerutu lagi ketika ia tersandung batu. Hampir saja ia jatuh saat akan turun dari Bus dan jadi bahan tertawaan orang. Karena ia masih saja menutupi sebagian wajahnya untuk menghindari sengatan matahari.
Sejuk…
Kesan pertama Kyuhyun saat masuk ke dalam rumah sakit. Setidaknya moodnya sedikit membaik akibat dinginnya AC di sana. Pemuda itu berputar-putar mencari keberadaan kakaknya di rumah sakit itu. Mata minusnya memincing, saat melihat siluet tubuh seorang wanita cantik berseragam suster tengah berjalan ke arahnya.
"NUNA!" pekik Kyuhyun saat melihat Heechul, kakak perempuan yang beda tujuh tahun darinya mendengar panggilannya.
"Belikan aku kaset game keluaran tebaru!" ucapnya seenak jidat saat menyerahkan paper bag itu.
"Mwo?" Heechul mendelik kaget. Menatap adik lelaki satu-satunya itu jengah dan tengah bersiap mengepalkan tangannya, seraya memberikan jitakan sayang.
"Appo, kenapa kau suka sekali memukul kepala ku sih! Aku kan cuma minta hak ku saja"
"Mworago?" tanya Heechul tak mengerti maksudnya.
"Iya sebagai bayaranku mengantarkan ini. Nuna tahu betapa panasnya di luar sekarang. Tubuhku hampir saja meleleh" balas Kyuhyun sekenanya, sembari mengipas-ngipas tubuhnya dengan sebuah kertas yang entah dia dapat dari mana.
Tak ayal sebuah jitakan pun melayang di keningnya kembali, "Nuna!"
Kyuhyun mengaduh, mencibir dan menggerutu sekali lagi, "Berhenti bersikap kekanak-kanakkan Kyu. Kau sadar tidak sebentar lagi kau akan masuk universitas" nasehat Heechul, lalu berlalu meninggalkan Kyuhyun yang masih menggerutu di sana.
"Nuna!" panggil Kyuhyun lalu mengikuti kakaknya sampai di meja informasi.
"Wah, apakah dia adik mu Heechu-ssi?" tanya seorang perawat muda yang habis mengecek pasien. Matanya berbinar saar melihat garis ketampanan yang di miliki oleh pemuda itu.
"Bukan dia anak tetangga yang di pungut ibuku dari kardus" ucap Heechul ketus.
Kyuhyun cemberut, lalu melengos, "Jangan dengarkan dia, nuna ku itu memang suka membual orangnya. Cho Kyuhyun imnida," ucapnya manis memperkenalkan diri, "Mianhae harus membuat wanita secantik nuna harus berurusan dengan orang sepertinya" ucap Kyuhyun pada wanita tersebut, sembari memincing ke arah Heechul.
"Hei! Nappeun nom"
"Aww, nuna, sakit-sakit, sakit!" Kyuhyun berteriak kencang saat Heechul dengan tiba-tiba mendaratkan jewerannya ke telinga pemuda itu, membuat Taemin yang melihat hanya bisa diam saja melihat Heechul yang terkenal galak di rumah sakit itu mengamuk pada adiknya.
"Pasien di kamar 1307 kambuh beritahu dokter Im secepatnya" ucap salah satu perawat berambut pirang yang panik, habis berlari tergesa-gesa pada mereka.
"Dokter Im?" pekik Heechul kaget , pasalnya yang dokter saat ini tidak berada di tempat.
"Aigoo bagaimana ini! eonnie-a ppali cepat hubungi dia." Paniknya lagi kemudian bergegas berlari keruang perawatan yang dimaksud.
Heechul langsung menyambar telepon di meja itu dan menghubungi dokter Im secepatnya menyuruhnya datang." Taemin-ah cepat kau hubungi dokter lain yang berjaga"
"Ne"
"Kyuhyun-a jangan pergi dulu urusan kita belum selesai arrasseo!" ancam Heechul menyodorkan bogemnya pada sang adik.
'glek'
Salivanya tertelan kasar, "hei! Nuna tunggu kau mau kemana?"
Tak tahu harus kemana dan harus apa, Kyuhyun yang notabenenya punya rasa tahu yang tinggi malah ikut berlari mengikuti Heechul dan beberapa suster lainya keruangan 1307.
Kyuhyun hampir oleng saat pundaknya tidak sengaja di tabrak oleh seorang dokter yang masuk sambil berlari ke dalam kamar itu. Kamar yang berisikan seorang gadis manis yang tadi berteriak kesakitan di dalam sana.
Pemuda itu tak bergeming, masih berdiri di depan pintu kamar melihat para dokter dan perawat yang masih menangani gadis itu. Niatnya yang tadi mengejar Heechul untuk membalasnya terurungkan karena pekikan tenor dan adegan yang ia lihat dalam kamar itu.
.
.
.
"Sungmin-ssi kau bisa mendengarku?" ucap seorang perawat, menenangkannya karena sedari tadi gadis itu memberontak tidak mau diperiksa atau pun disentuh. Sungmin menggeliat di tempat tidur, menggeram saat rasa sakit itu datang lagi. Ia berteriak dan berulang kali meminta tolong, tangannya mencoba menggapai –gapai udara kosong.
"Sungmin-ssi"
"Sungmin-ssi"
Panggilan- panggilan itu menggema di telinganya, gadis itu bernafas terputus-putus saat merasakan jarum suntik berhasil menembus permukaan kulitnya kembali.
"Ssttt gwancanha" Ucap Heechul yang kemudian mengambil alih tubuh Sungmin, memeluk gadis itu sementara dua perawat lain berusaha mencari selah pembuluh darah di kakinya untuk memasangkannya infuse.
"Omma, ommah…" ucapnya terbata-bata dengan nafas yang terputus-putus. Lalu Heechul mengambil selang oksigen dan memasangkannya untuk Sungmin.
"Dokter Im sedang dalam perjalanan, biar aku yang tangani" ucap seorang dokter yang datang, menggantikan peran dokter Im sementara.
"Ia sudah mulai tenang" ucap Heechul saat merasakan pergerakan Sungmin sudah lebih tenang. Hingga ia pulas walau pun dengan nafas yang terdengar berat.
.
.
.
"Namanya Lee Sungmin" ucap Heechul pada Kyuhyun. Saat ini mereka berdua tengah duduk menikmati waktu istirahat Heechul sembari minum jus kaleng dingin di taman rumah sakit.
"Sungmin, nama yang manis" komentar Kyuhyun, "Ne, seperti namanya, gadis itu memang gadis yang manis, tapi sayang karena penyakitnya gadis semanis itu harus menelan pil-pil pahit setiap hari"
"Dia sakit apa Nuna?" tanya Kyuhyun mulai tertarik dengan cerita Heechul.
"Kanker darah stadium lanjut" jawabnya, "dia seusia denganmu, seharusnya di usianya sekarang yang dia lakukan adalah berkencan dengan pacarnya, atau pergi ke pantai lalu pesta semangka di musim panas, dan bukannya terkurung di sini" Heechul kasihan saat mengingat pertama kali ia bertemu dengan Sungmin beberapa bulan lalu ketika itu dia di tugaskan untuk menjadi perawat di bangsal Kanker.
"Dia sendirian?" tanya Kyuhyun lagi, "Aku tidak melihat satu pun keluarga yang menemaninya tadi di sana?" sambungnya kemudian.
"Orang tuanya sangat sibuk. Sudah sore, nuna masih harus berjaga. Kau pulanglah dulu, ada makanan di kulkas untuk kau makan malam, tinggal di hangatkan saja" Heechul pun beranjak pergi.
"Sibuk?"
Hei, orang tua gila mana yang tega meninggalkan anaknya yang manis berjuang sendirian melawan penyakit mematikan. Kyuhyun bahkan sempat mendengar gadis itu memanggil ibunya dari balik masker oksigen. Ibunya tega sekali, meninggalkan gadis semanis itu sendirian disini. Benak Kyuhyun.
.
.
.
Sudah seminggu lamanya, Kyuhyun tidak mengunjungi rumah sakit tempat Heechul bekerja, dan siang hari ia kembali di tugasi Heechul untuk mengantarkan baju ganti karena malam ini ia akan lembur.
Tiba-tiba keping obsidianya menangkap sebuah pergerakan mencurigakan dari balik semak-semak. Ia melihat siluet gadis yang sepertinya ia pernah lihat sebelumnya. Dan dengan mengendap-ngendap ia pun mencoba menghampirinya.
"Hei!" Kyuhyun menepuk bahu seorang gadis berambut pendek yang tengah bersembunyi di balik semak-semak. Gadis itu terperanjat, merasa terkejut karena Kyuhyun.
"Kau mau kabur ya?" selidik Kyuhyun lalu membawa gadis itu menunduk saat melihat seorang suster di depan sana yang berputar-putar kebingungan .
"Sstt" Gadis itu menaruh telunjuknya ke bibir Kyuhyun, "Andwee, jangan beritahu siapa pun" mohonnya ketika melihat gerak gerik Kyuhyun akan memanggil perawat itu.
"Ku mohon" pintanya lagi kali ini ia menarik tangan Kyuhyun.
Kyuhyun terpana, saat melihat wajah manis gadis berambut pendek itu. Matanya bagaikan manik seekor rubah,yang terlihat begitu manis meski pun rona wajahnya tidak begitu kentara karena ia terlihat pucat.
"Hei! Kau bukankah kau pasien di kamar 1307?" seru Kyuhyun
.
.
.
"Sebenarnya hari ini adalah konser Kim Jaejoong" ucap Sungmin pada Kyuhyun. Kini mereka berdua tengah berada di sebuah taman tersembunyi di rumah sakit tersebut. Karena letak taman itu yang menyempil sehingga jarang di kunjungi pasien atau pun dokter rumah sakit.
"Hei, apa segitunya kau ingin mennonton huh? Kau tidak sadar dengan kondisi mu yang eh, sednag tidak baik" ucap Kyuhyun melirik sederetan luka bekas suntikan di seputar tangan Sungmin.
Gadis itu mengangguk. Ia sebenarnya sadar akan kondisi tubuhny yang kian melemah. Rambutnya saja sudah mulai menipis akibat proses kemoterapi yang menyakitkan. Belum lagi kondisi fisiknya yang pulih benar setelah bangun dari komanya empat hari yang lalu. Dan sekarang ia malah ingin kabur demi menonton konser penyanyi top Kim Jaejoong.
"Kau sebegitu sukanya ya dengan Kim Jaejoong?" tanya Kyuhyun menatap Sungmin yang sedih.
Gadis belia itu pun mengangguk, "Aku sudah menantikan konsernya sejak lama. Jika besok aku tertidur lagi, tidak ada yang menjamin kan kalau aku akan bangun lagi" lirihnya syarat akan luka.
"eh"
Kyuhyun tertegun dengan ucapan Sungmin barusan. "Jangan pesimis begitu. Meski pun aku tidak tahu tentang apa yang terjadi padamu tapi kau harus kuat jangan menyerah begitu saja!"
Sungmin yang mendengar perkataan Kyuhyun barusan pun tersenyum simpul, "Terima kasih"
Cukup lama mereka saling terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Hingga Kyuhyun kembali bertanya pada gadis itu," Jadi, er... kau masih ingin menonton konser Kim Jaejoong dengan kondisi mu yang seperti ini?"
"Iya" Sungmin mengangguk.
"Ini kesempatan ku yang terakhir setelah setahun lalu gagal menonton konsernya. Tiga hari lagi konsernya akan di adakan di Korea. Setelah itu ia akan memulai tour kelilling dunia. Entah aku masih bisa melihatnya atau tidak" jelasnya sedih.
"Kau benar-benar menyukai penyanyi itu ya?" Tanya Kyuhyun kikuk, "yah, maksud ku disaat gadis-gadis lain lebih suka melihat konser grup idol baru, tapi kau malah ingin melihat konser penyanyi lawas yang seusia dengan kakak tertua ku? Terlebih dia wanita. OMONA! Apa kau tidak suka pria"
'TAK'
"AUWWW!"
"Enak saja kalau bicara" seru Sungmin jengkel.
"Hei! Tenaga mu kuat juga ya" adunya kesakitan.
"Makanya jangan asal bicara" serunya serak. Mungkin karena terlalu banyak bicara, dan berada di luar makanya membuat gadis itu jadi terbatuk-batuk. Kyuhyun pun di buat cemas olehnya.
"Kau tidak apa-apa?"
"Nde"
"Hei! Aku panggilkan dokter ya. Wajah mu pucat sekali. Aduh, bagaimana kalau kau pingsan. Aku bisa jadi tersangka ini"
"Jangan berlebihan. Ini hanya batuk biasa. Bisa tolong carikan aku air?" pintanya terbatuk-batuk.
Sambil menunggu Kyuhyun yang berlari secepat kilat guna mencari air. Sungmin menatap sedih telapak tangannya yang terdapat bercak darah.
Ia mencebikkan bibirnya, menatap cairan pekat itu di telapak tangannya. "Aku benar-benar ingin melihat mu tahun ini" ucapnya.
.
.
.
"Hosh, hosh, hosh, hosh. Inih airnya!" ucap Kyuhyun menyodorkan air mineral ke gadis itu. Menunggu hingga batuk gadis itu reda. Kyuhyun terlihat prihatin dan cemas.
"kau yakin tidak apa-apa? Kita kembali saja ke kamar mu ya. Biar aku antar ya?" tawarnya lagi.
Sungmin menggeleng. Ia malah tersenyum dan mengucapkan terima kasih. "Ini sudah biasa, bahkan yang aku alami bisa lebih parah dari ini" guraunya mencoba mencairkan suasana.
"He! Jangan bercanda. Kau hampir membuat ku jantungan"
"Loh, bagus kan itu berarti jantung mu masih bekerja dengan baik" guraunya lagi.
Lalu muncul lah empat buah segitiga siku-siku di kening Kyuhyun. Ia ragu jika gadis ini benar-benar sakit parah. Tapi tak tega memarahinya lantaran tatapannya kembali sendu tatkala melihat baliho besar yang nampak jelas terpasang di seberang gedung Rumah sakit.
"Kau benar-benar ingin menonton konsernya ya?"
Sungmin mengangguk, "Ini kesempatan terakhir ku untuk bertemu dengannya. Sebelum aku pergi jauh. Aku benar-benar ingin melihat dan mendengar suaranya"
Kyuhyun kembali bertanya, "Wah, kau pasti fans setianya ya?"
"Aku jadi iri dengannya. Punya fans setia seperti diri mu" celetuknya lagi.
"Sebenarnya, sebenarnya, dia itu ibu ku"
"HAH, APA?" tanya Kyuhyun yang berusaha menajamkan pendengarannya barusan.
"Nah, disini kau rupanya Sungmin-nah"
"Dokter..."
.
.
.
"Nuna tidak percaya pada ku?"
"Apa perlu aku tegaskan lagi huh?"
"Artis dan penyanyi ternama Kim Jaejoong ternyata memiliki puteri berusia tujuh belas tahun. Tapi tidak kah nuna merasa ganjil, kim Jaejoong masih terlalu muda untuk mempunyai anak seusia Sungmin."
'Tak'
Heechul kembali memukul kepala adiknya itu. Setelah apa yang ia lakukan tadi bersama Sungmin kini ia malah menggosip tentangnya.
Heechul kesal saja karena adiknya itu tidak langsung membawa Sungmin ke kamar. Jadinya gadis itu demam kan sekarang, karena terlalu lama di luar.
"Nuna ini kenapa sih hobi sekali memukul ku" serunya tak terima.
"Jangan bicara yang tidak –tidak. Sudah pulang sana!" usirnya.
"Aduh... siapa sih yang membual, orang Sungmin sendiri yang bilang padaku jika ia ingin sekali menonton konser ibunya. Lagi pula terasa ganjil saja. Tentang status Kim Jaejoong yang masih single di usia tiga puluh dua tahun sudah punya anak berusia tujuh belas tahun" komentarnya panjang lebar.
"Hush, sudah,sudah. Jangan bicara macam- macam. Pulang sana!"
"Ish, iya, iya galak sekali pada adiknya. Nanti ku adukan dengan Hankyung hyung baru tahu rasa"
.
.
.
Tidur Sungmin ter-usik oleh sentuhan Heechul barusan. Keping hitamnya terbuka separuh melihat samar wajah perawat yang kerap kali mengurusnya itu.
"Eonnie mau mengganti infuse ku ya?" tanyanya dengan suara lemah.
Heechul tersenyum dan mengangguk, ia pun memeriksa suhu gadis itu dengan termometer. Demamnya memang sudah turun. Namun tingkat hb dan gula darahnya juga ikut-ikut tan turun. Makanya kondisi Sungmin jadi makin lemah begini.
"Eonnie"
"Hm" sahut Heechul, mendekat ke wajah Sungmin, lantaran suara gadis itu nyaris tak terdengar dari balik masker oksigen.
Menunggu dengan sabar tentang apa yang akan di katakan Sungmin selanjutnya, Heechul pun mengelap bulir-bulir keringat yang bersarang di dahi gadis itu, "Eomma" ucapnya lemah, "Eonnie, sudah memberikan surat ku pada eomma?"
.
.
.
"Jaejoong-ah istirahatlah sebentar. Jangan terlalu memforsir tubuh mu. Tiga hari lagi kau akan ada konser kan. Jadi persiapkan stamina mu baik-baik" ucap sang manager padanya.
"Nde oppa, terima kasih atas hari ini. Kalau begitu aku pulang duluan"
Wanita cantik itu pun membungkuk pada segenap kru dan sang manager kemudian pamit untuk kembali ke apartementnya guna beristirahat.
Ia merasa lelah sekali hari ini. Karena harus menjalani sesi pemotretan, promosi, syuting iklan dan latihan guna menunjang konsernya nanti.
"Kau belum membacanya lagi?"
Jaejoong mendengus malas ketika Junsu, sang asisten pribadi datang membawakannya sepucuk surat itu lagi.
"Aku mana ada waktu Junsu-ah. Kau kan tahu jika jadwal ku sangat lah padat."
Demi Tuhan, Junsu menghela napasnya jengkel. Ini sudah surat ke sepuluh dalam satu bulan ini. Dan tak satu pun surat itu di baca olehnya.
"Eonnie, tidak kah kau merindukan puteri mu? Ini bahkan sudah enam bulan sejak kau hanya melihatnya dari balik jendela kaca ruang ICU musim dingin tahun lalu"
"Aku tidak ada waktu Junsu-ah, aku sangat lelah. Kau sudah mengirimkan biaya pengobatannya untuk bulan ini kan. Aigoo! Anak itu kenapa dari lahir hingga sekarang begitu membuat ku repot"
"Jaejoong Eonnie!" seru Junsu ketika wanita yang sudah lima belas tahun terkahir ini sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.
"Dia puteri mu, tidak kah kau sadar akan hal yang baru saja kau ucapkan?"
Jaejoong menghela napasnya panjang, ia mengurut pelipisnya yang terasa pening, "Cukup Junsu-ah, ini sudah mau pagi dan kau butuh istirahat buat besok. Jangan menambah beban ku dengan membicarakan tentang anak itu!"
"KIM JAEJOONG!"
Tiba- tiba saja suara lantang itu mengejutkan dua orang wanita di sana, "Jaga ucapan mu"
"Yunho-ssi" cicit Junsu kemudian mundur diri, pamit tidak mau berurusan dengan mereka. Karena sudah tahu pasti akan terjadi pertengkaran di sana.
"Cukup Yunho, jangan menambah beban ku. Aku tidak mau membicarakan anak itu lagi. Sudah untung aku masih membiyayai pengobatannya. Tidak dengan urusan yang lainnya"
'Blam'
Pintu kamar tertutup dan meninggalkan Junsu yang menatap gusar kumpulan surat-surat yang tak pernah di baca olehnya.
.
.
.
Jaejoong tidak akan pernah bisa melupakan hari itu, yaitu hari di mana kejadian naas itu terjadi. Dirinya yang kala itu masih berusia lima belas tahun harus melahirkan Sungmin karena sebuah kesalahan seseorang pemuda kota yang tidak ia kenal.
Jaejoong itu hanya gadis desa yang hidup bersama neneknya. Tidak punya orang tua atau pun sanak saudara. Sejak kecil ia sudah di kucilkan karena asal usulnya tidak jelas. Masih untung, ada nenek Lee yang mau merawatnya. Kemudian, kesialan bertambah parah mana kala Sungmin lahir yang tidak ia ketahui anak siapa.
Sungmin yang kala itu masih berusia tiga bulan, ditinggalkan Jaejoong sekenanya. Wanita itu lebih memilih merantau ke kota dan pergi jauh, mengubur masa lalunya. Cibiran dan hinaan orang-orang tidak sanggup lagi ia tanggung. Jadilah Sungmin selama tiga belas tahun di asuh oleh sang nenek.
Namun kenangan kelam Jaejoong kembali muncul, manakalah malam itu Sungmin tiba-tiba datang, berdiri di depan pintu apartemennya dan mengaku sebagai puterinya. Dengan hanya bermodalkan secarik surat dan photo lama. Membuat gadis belia yang saat itu masih berusia empat belas tahun nekat mencari Jaejoong.
Awalnya Jaejoong menyangkal, namun bukti yang ada mematahkan sangkalannya. Jaejoong ingat betul, ekspresi wajah puterinya yang tersenyum senang ketika bertemu dengannya.
Sungmin terlihat kurus, dengan wajah pucat. Namun ia memilik wajah yang manis dan rambut hitam panjang yang indah. Persis seperti yang di milikinya. Selama setahun lebih, Jaejoong terus menyangkal keberadaan Sungmin di dekatnya. Dan selama itu pula, Sungmin terus menempel pada Jaejoong.
Gadis itu begitu menyayangi ibunya dan ingin dekat dengannya. Namun karena status Jaejoong yang seorang artis dan di tambah lagi ia juga sudah bertunangan dengan CEO perusahaan ternama Korea, membuat Sungmin menekan egonya sebagai putri Jaejoong. Meski pun Yunho sendiri tahu jika sebelumnya Jaejoong telah memiliki anak hasil kesalahan.
Tapi apa yang bisa Yunho perbuat, ketika melihat gadis manis itu bersikap. Awalnya Yunho juga ikut-ikutan membenci gadis itu, namun kelamaan setelah tahu apa yang terjadinya sebenarnya, membuat Yunho sadar tidak ada yang patut di salahkan atas hal ini.
Sungmin pun paham dan sadar akan posisinya. Selain ia hanya ingin dekat dengan ibunya, ia juga tidak mau merusak karir yang telah di bangun Jaejoong dengan susah payah. Baginya melihat Jaejoong setiap hari saja sudah cukup. Meski pun Jaejoong juga tidak terlalu jahat dengan tidak menyediakan kebutuhan sandang,papan, dan pangan untuk puterinya itu.
Ia masih punya hati ngomong-ngomong...
Tapi keadaan berubah, sekitar satu setengah tahun lalu. Sungmin di vonis mengidap kanker. Yang menurut dokter adalah penyakit turunan. Hati Jaejoong mendadak panas kembali lantaran mengingat asal-usul Sungminnya ada.
"Pasti karena gen dari lelaki sial itu"
Dan sejak saat itu, Jaejoong memutuskan untuk menitipkan Sungmin di rumah sakit, tanpa sesekali menjenguk atau pun merawatnya...
.
.
.
"Kau keterlaluan Jae" ucap Yunho mencoba berkata halus. Ia tahu jika Jaejoong sedang stress saat ini.
Kenyataan ia hamil dan melahirkan di usia belia, atas peristiwa pemerkosaan, barang tentu menajdi aib yang wajib di tutupi rapat-rapat dari publik untuk publik figure sepertinya. Yunho maklum. Namun jika mengingat ada gadis manis yang terlantar karenanya, membuat nurani pria karismatik itu luluh juga.
"Dia putrimu kau ingat?"
"Kau bahkan belum mengunjunginya lagi setelah enam bulan berlalu. Setelah konser ini kau akan keliling dunia selama empat bulan kan. Kau tidak mau mengecek kondisinya?"
"Junsu benar, ia mungkin sedang menunggu surat balasan dari mu"
"CUKUP! Aku tak mau dengar apa pun lagi. Aku lelah, dan ingin istirahat"
"Jae"
.
.
.
Heechul masih di sini, duduk memegangi tangah rapuh milik Sungmin yang tidak terbalut selang infuse. Napas gadis itu terlihat berat sekali, belum lagi cahaya ruangan yang di buat redup. Keringat juga membasahi dahi gadis itu.
Sebelum jatuh tertidur, gadis itu sempat mengigau tentang nenek dan ibunya pada Heechul. Ia mengira jika tangan yang ia genggam adalah milik ibunya.
"Eomma" igaunya dengan napas terputus-putus...
Heechul tersentak, lalu berusaha membangunkan Sungmin setelah memecet bel memanggil dokter.
"Sungmin-ah," panggilnya dan memberikan pertolongan pertama.
Merasa di panggil, keping hitam itu pun terbuka separuh, menatap kosong Heechul yang cemas berdiri di depannya, "eonnie" panggilnya lirih sekali,
"Nde, ada apa? Apa yang Sungmin rasakan hem? Sebentar lagi dokter datang, tahan ya" ucapnya lembut.
Manik berkedip tatkala rasa sakit itu kembali datang, "Omma" ucapnya terbata-bata, "Aku ingin melihat konser omma" ucapnya dengan susah payah sebelum alat pemicu jantung bergerak datar.
"Sungmin-ah"
.
.
.
"SUNGMIN"
Jaejoong berteriak, terbangun dari tidurnya. Ia banjir keringat ketika bermimpi buruk tentang puterinya.
Apa sikapnya selam ini sudah begitu keterlaluan?
Namun apa yang bisa ia perbuat, kehadiran Sungmin bahkan sudah menghancurkan kehidupannya.
Apa yang bisa ia lakukan jika bukan mencoba lari dan mengumpat,serta mengutuk. Menyalahkan puterinya sendiri atas apa yang terjadi padanya. Tapi hati kecilnya kembali terusik malam ini, ia tak tahu apa hal yang membuatnya merasa tak tenang.
Atau jangan-jangan, gadis itu sudah pergi meninggalkan nya?
'Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing'
.
.
.
Tbc
hyejinpark
0.20(25/08/16)
.
