Good Bye!

Xu Zhi Lan

a.k.a

Oxile Hwang

DRABBLE

XIUHAN / LUMIN

.

.

.

"Aku bukan orang yang polos Luhan."

.

.

.

"Mari kita bermain Luhan, siapa yang akan menangis lebih dulu."

Xiumin menutup buku tebalnya, berjalan kearah Chen petugas perpustakaan kota. "Hai Chen."

"Hai Min, berikan bukumu." Xiumin memberikan buku yang hendak dipinjamnya tadi pada Chen.

"Seperti biasa." Xiumin tersenyum kecil pada pria tampan didepannya. Jemarinya langsung mengambil bolpen dan menorehkan tanda tangannya pada buku tamu.

"Hari senin, jangan lupa." Xiumin mengangguk paham, dia langsung keluar dari tempat itu setelahnya.

Masih siang, dan Xiumin malas pulang ke-apartementnya. Lagi pula tidak ada yang bisa ia kerjakan, kecuali menunggu Luhan pulang. Xiumin mendengus begitu ia mengingat sang kekasih.

Xiumin muak dengan Luhan, sangat muak. Xiumin bahkan merasa jijik saat Luhan menyentuh tubuhnya seperti memeluk, mengusap, apapun itu yang termasuk berkontak langsung.

Dia membenci Luhan, dan sialnya ia juga mencintai pria brengsek itu. Xiumin terlalu mencintainya hingga ia mengorbankan segala hal. Tapi itu dulu, sebelum Luhan menyakitinya.

Xiumin sudah mengetahui bagaimana kelakuan brengsek Luhan yang sudah ditutupi dengan sikap manis dan lembut yang hanya digunakan Luhan sebagai topeng.

Luhan itu brengsek, bajingan, kata-kata kotor pantas untuknya menurut Xiumin. Cih, Luhan pikir Xiumin bodoh?

Xiumin berhenti disebuah cafe, perutnya terasa lapar. Maka iapun memutuskan untuk mampir sembentar. Xiumin duduk tak jauh dari pintu masuk dan posisinya sangat pas.

Setelah memesan minuman dan makanan favoritenya Xiumin memasangkan earphone pada kedua telinganya namun masih dengan volume sedang.

Saat Xiummin mengedarkan pandangannya kesuluruh penjuru cafe, mata almondnya tak sengaja melihat Luhan. Didalam cafe yang sama dan si brengsek itu bersama seorang gadis berpakaian kurang bahan dipojok seberang Xiumin.

Nampaknya Luhan tidak menyadari kehadiran Xiumin terbukti dari sibuknya pria tampan asal China itu terus menggoda gadis disampingnya. Sementara Xiumin tersenyum miring, ia memasang kembali kacama hitamnya memperbaiki posisi duduk sebelum menyantam makan siangnya.

.

.

.

Luhan bersantai dibalkon apartement miliknya dan Xiumin, ditemani secangkir kopi. Matanya tak lepas dari smartphone miliknya, sesekali ia menghela nafas gusar.

Beberapa kali dia mengirim pesang pada Xiumin untuk segera pulang karena hari sudah mulai sore. Luhan khawatir asal tahu saja. Sunguh lucu sebenarnya, untuk apa dia khawatir pada Xiumin? Yeah~ mengingat kelakuannya dibelakang Xiumin.

"Kau kemana Xiu? Kenapa belum pulang." Gumamnya

Akhirnya Luhan memilih masuk kedalam, dan bersamaan dengan Xiumin yang beru pulang dari acara jalan-jalannya.

"Dari mana saja Kau?" Nada yang digunakan Luhan terdengar dingin, kedua tangannya dilipat didada, menatap tajam pemuda manis didepannya.

"Bukan urusanmu." Xiumin menjawab tak kalah dingin, lalu berlalu begitu saja tanpa menatap Luhan.

Luhan mengeram marah, tidak suka dengan sikap Xiumin barusan. Lantas ia segera menyusul Xiumin kedapur. Setibanya ditempat itu ia langsung menarik Xiumin menghadap kearahnya.

"Apa yang kau lakukan!" Luhan terdiam, untuk pertama kalinya Xiumin membentaknya. Xiumin yang melihatnya langsung melepaskan diri, menepuk bahunya seolah-olah ia baru saja terkena debu.

Luhan memandangnya dalam, ada apa dengan Xiumin-nya? Xiumin-nya terlihat bukan Xiumin yang ia kenal. Kemana tatapan lembut yang mampu membuatnya terpaku? Yang ada hanya tatapan berkesan jijik dan penuh perasaan muak saat iris madu itu menatapnya.

Luhan tertohok, apakah Xiumin-nya telah berubah? Secepat itu?

"Ada apa denganmu sayang?" kata Luhan lirih, ia masih menatap dalam Xiumin.

"Aku baik-baik saja." Xiumin berkata datar, dan bergegas pergi karena ia muak melihat Luhan. Tanpa disangka, Luhan tiba-tiba mencengkram lengannya menghimpit tubuh Xiumin kedinding dan mengurungnya diantara kedua tangannya yang kuat.

"KATAKAN APA YANG KAU SEMBUNYIKAN!" Xiumin lupa jika Luhan punya tempramen tinggi. Xiumin tetap membuka matanya saat Luhan berteriak didepan wajahnya, malahan ia tidak ber-ekspresi.

"Kau mulai berani denganku huh?" Luhan mendesis.

Xiumin terkekeh, "Heh, kenapa aku harus takut denganmu?!" Xiumin mendorong Luhan menjauh dan ia bisa.

"Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan dibelakangku? Aku tidak bodoh Luhan, aku bukan pria polos seperti yang terlihat." Kata Xiumin dengan nada rendah.

Luhan terdiam, jadi selama ini Xiumin tahu semuanya?

"Apa kau terkejut?" xiumin tersenyum mengejek.

"Aku sudah sangat muak padamu Luhan, sekalipun aku mencintaimu! Oh bahkan aku ragu aku masih mencintaimu."

Luhan menatap Xiumin "Ma'af." Gumamnya lirih.

Xiumin tersenyum lagi, "Aku tidak akan memaki-makimu, walau aku sangat ingin. Tapi itu hanya membuang tenagaku saja dan itu juga terlihat seperti wanita." Katanya nada Xiumin melembut.

"Kita Berakhir."

Dua kata itu mampu membuat Luhan terdeduduk lemas, otaknya mencerna seakan mencari tahu arti dua kata itu. Ia hanya bisa menggeleng, tidak. Bukan seperti ini yang ia kehendaki. Ia menangis, ia tidak ingin kehilangan Xiumin dia tidak ingin.

"Xiumin?" Xiumin tidak ada dihadapannya, dan saat gendang telinganya mendengar suara bedebam dari luar. Ia tahu Xiumin telah pergi.

"XIUMIN!" Luhan berteriak.

Ia menangis meratapi semuanya. Ia menyesal sayangnya semuanya telah terlambat. Luhan memporak porandakan dapur, membanting semua benda disekitarnya.

"Kembalilah~

Aku mencintaimu."

THE END

BY : OXILE HWANG

TYPO BERTEBARAN -_-V